MCBF 4

2.1K 181 3
                                    

Mulai Suka?


Menyendiri, duduk di pinggir lapangan dengan kepala bersandar pada kursi panjang. Dadanya naik turun menikmati udara segar. Angin berembus seolah membelai pipinya, ingin tidur sejenak, melepas penat dan berbagai masalah yang sering berkelut dalam hidupnya.

Gaiska Andaraka, meski sering memenangkan olimpiade matematika, mahir bermain basket, semua tidak begitu menyenangkan baginya. Pujian yang selalu didengar sama sekali tidak membuatnya bangga, justru semakin menambah kepiluan tersendiri dalam dirinya.

Bagaimana tidak, Gais tidak pernah berharap terlihat di mata dunia, dia hanya menginginkan pengakuan dari orang tuanya. Ah, mengingatnya selalu saja membuat dadanya terasa sesak.

"Naaay! Sanayaaa!"
Suara keras dari koridor terdengar, Gais hafal betul itu milik siapa. Murid nakal yang selalu dia jebloskan ke BK. Gusar, kelakuan gadis itu tidak berubah semenjak bertemu di MOS. Entahlah, Gais tidak paham mengapa anak kembar itu sangat berbeda, bukan hanya wajahnya, tetapi prestasi dan akhlaknya.

Gais akui, gadis yang dia tahu namanya adalah Sanaya—termasuk murid pintar, disiplin, tetapi bodoh karena selalu menuruti kemauan Agata—saudara kembarnya yang mirip preman. Agata yang satu kelas dengannya selalu saja membuat ulah, pura-pura ke toilet bersama salah satu temannya adalah kebiasaan buruk yang membuat Gais murka. Tentu sebagai ketua kelas Gais selalu mengawasi siswa di kelasnya, termasuk gadis yang sedang menyuruh-nyuruh kembarannya saat ini.

"Nay, pegangin dulu, deh." Agata mengikat tali sepatunya, dan meminta Naya mengambil alih buku tebal yang tadi dia bawa.

"Lama banget, sih, Ta!" Naya kewalahan karena bukunya sangat berat. Apalagi milik satu kelas.

"Nay, gue ada urusan. Tolong lo bawa ke perpustakaan. Cuma balikin ke rak doang. Bye!" Agata beranjak dan membiarkan Naya mengemban tugas yang seharusnya dia selesaikan.

"Ta! Ini, 'kan, tugas kamu." Naya merengek, tangannya sudah pegal. Tidak ingin bukunya sampai jatuh berantakan, Naya buru-buru ke perpustakaan. Setelah sampai, dia meletakannya di meja, dia menyengir karena lengannya terasa kebas, sepertinya sebentar lagi berotot karena beban tadi.

Setelah itu, Naya mengembalikan buku milik kelas Agata ke tempat asalnya. Tidak ingin keluar tanpa mengerjakan apa pun, dia memutuskan untuk membaca buku lebih dulu.

Gadis itu mengincar buku sejarah, kebetulan jam selanjutnya akan diisi dengan pelajaran tersebut. Namun, letaknya yang terlalu tinggi membuatnya kesulitan, atau memang dirinya yang terlalu pendek.

"Kok, susah." Naya masih berusaha mengambil sampai berjinjit, tangan kanannya hampir kram karena terulur lama.

Tiba-tiba tangan seseorang terulur ke arah yang sama dengannya, tepat di atas tangannya. Mata Naya membulat, tangan tersebut tampak seperti milik lelaki. Sontak, gadis itu memutar tubuhnya, dan sialnya malah membuat dia berhadapan langsung dengan pemuda itu.

Naya menengadah, jantungnya mendadak berdegup tidak terkontrol. Tangan pemuda itu turun bersama buku incarannya tadi.

"Enggak perlu diambilin, aku bisa ambil pakai bangku," ucap Naya merasa tidak ingin dibantu pemuda dingin yang mulutnya kadang tajam juga.

"Gue ambil buat sendiri."

Astaga, Naya hampir saja mengumpat dan bersumpah serapah. Rasanya mati kutu di tempat setelah mendengar jawaban pemuda dingin itu. Ya, siapa lagi yang akan berlaku demikian pada seorang gadis, kalau bukan Gaiska.

Sungguh, Naya ingin melempar buku ke kepala Gais sampai pemuda itu gegar otak, atau kalau perlu amnesia.
Naya merasa pemuda itu sangat angkuh, congkak karena menjadi anak pintar di kelasnya. Setidaknya, jika dia tidak menyukai Agata, dia tidak perlu memperlakukan semua gadis seperti tadi, termasuk padanya, pikir Naya. Namun, kalau dipikir-pikir, apa Naya terlalu banyak membaca buku novel romantis, sampai berharap mendapat perilaku manis dari seorang Gais, terdengar bodoh.

My Coolkas Boyfriend | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang