Rumah
"Bun?" Panggilan itu sudah dua kali keluar dari bibir Gio Alkausar. Lirih, karena takut mengagetkan wanita yang sedang duduk di dekat jendela kamarnya. Namun, justru hal itu membuat Gio khawatir. Bukan tuli, tetapi bundanya melamun seperti biasa.
Akhirnya, Gio mengulurkan tangan menyentuh bahu bundanya. "Bun, melamun aja."
"Ah!" pekik Dona ketika terperanjat, dia langsung menoleh dan menggenggam tangan putra semata wayangnya.
"Lagi ngapain, sih? Bunda udah makan?" Gio bertanya lembut, sebagaimana seperti ajaran Ayah-bundanya.
"Bunda udah makan. Ronald sama Gais udah pulang?"
Gio mengangguk. "Udah. Bun ...."
"Hm?" Dona berdiri dan menatap mata putranya. Selalu saja begini, mata warisan dari ayahnya membuat suasana hati Dona tenang.
"Jangan suka sendiri, kalau Mbak di rumah udah selesai, mending Bunda ngobrol sama Mbak di bawah." Gio memberi saran, bukan tanpa alasan, bundanya masih saja berduka setelah kehilangan anaknya. Ah, Gio tidak tahu harus berbuat apa sebagai Kakak.
"Bunda baik-baik aja. Cuma lagi lihatin pemandangan aja." Dona berusaha kuat di depan anaknya, dia tidak ingin membuat yang lain ikut sedih.
"Bun, aku mau curhat." Gio mengajak bundanya duduk di kasur.
"Curhat tentang apa?" Dona mengerutkan kening, tidak terasa Gio sudah sebesar itu, sampai ingin mencurahkan hati dengannya.
"Gio pacaran boleh enggak?" Gio menaikturunkan alisnya, menggoda sang Bunda.
"Emang Bunda pernah larang? Tapi satu, Bunda enggak akan ngizinin kamu pacaran kalau ketahuan kurang ajar," sahut Dona memperingatkan.
"Tapi, gebetan Gio itu galak, nakal, gimana dong?"
"Siapa?" Dona mendadak penasaran.
"Bunda tau anak yang mantan anggota militer?"
"Yang pakai kacamata?"
Gio memanyunkan bibir, ternyata wanita itu malah lebih mengingat Naya daripada Agata. "Satunya lagi, kembarannya."
Dona mengingat-ingat. "Yang rambutnya pirang? Mereka kembar? Bukannya Kakak-beradik?"
Gio menggeleng. "Mereka kembar tapi beda. Tapi semua orang taunya mereka Adik dan Kakak."
"Terus?"
Gio tersenyum simpul. "Agata cantik, 'kan? Gio suka."
Dona mengusap rambut Gio, lalu merapikannya. "Cantik, tapi kalau dia enggak suka sama anak Bunda gimana?"
Gio mendengkus, penuturan bundanya sangat tepat sasaran. "Itu dia, Gio mau minta saran dari Bunda, enaknya gimana?"
Dona menggeleng tidak mengerti. "Enaknya sekarang kamu keluar dari kamar Bunda, dan tunggu Ayah pulang."
Dona mengusir putranya dari kamar seraya terkikik geli karena pemuda itu masih mencerocos ingin tanya-tanya. "Tanya sama Ayah gimana dulu taklukin Bunda."
"Bun!" Gio menghela napas pasrah, pintu sudah ditutup. Detik kemudian, dia terkekeh karena merasa lucu pada Bunda, beruntung wanita itu tidak seterpuruk dulu.
Gio memutuskan ke kamar, lalu berbaring dan membuka ponselnya. Dia berniat menghubungi Agata, gadis bawel yang suka sekali berteriak. Ponsel di telinga, dan telepon langsung terhubung.
![](https://img.wattpad.com/cover/151571342-288-k353718.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coolkas Boyfriend | END
Ficção AdolescenteGaiska adalah ketua kelas teladan yang menjalani kehidupan keluarga yang pelik, dikenal sebagai pemuda dingin dan tegas. Namun, karena sebuah alasan, dia memacari gadis berkacamata bernama Sanaya, saudara musuhnya, yakni Agata. Di sisi lain, pemuda...