MCBF 36

730 95 13
                                    

Tentang Gais dan Naya

"Orang yang sering menghibur, bukan berarti tidak memiliki masalah dan beban, melainkan dia rapuh dalam kesendirian."

Lututnya gemetar, tubuhnya melemas, tetapi Naya tetap memberanikan diri untuk datang ke ruangan papanya. Dia ingin bertanya sekali lagi pada lelaki itu setelah dulu pernah menanyakannya—tentang bagaimana dia ditemukan. Kini, matanya menatap sang Papa dengan perasaan cemas.

"Pa ...."

"Kenapa sayangnya Papa?"

Lelaki itu sangat menyayanginya, tetapi akan mengecewakan jika pertanyaan yang akan Naya berikan adalah kebenaran.

"Apa Naya benar-benar ditemuin di depan pintu dengan kardus?" tanya Naya membuat Marko bangkit dari tempatnya duduk.

"Papa udah bilang jangan pernah bahas itu. Kamu anak Papa!" tegas Marko tidak ingin kembali tersakiti dengan pertanyaan semacam itu. Lelaki itu tidak akan pernah berpikir bahwa gadis manis di depannya bukanlah darah dagingnya. Dia tidak akan mengubah status Naya.

Namun, Naya sudah terlanjur tahu dia bukan anak Marko, semenjak mendengar pertanyaan seorang Dokter yang merawatnya kala sakit di umur 10 tahun.
Secara tidak sengaja, Marko membawanya ke Dokter yang dulu menangani kelahiran Agata, dia menanyakan mengapa Marko memiliki dua anak yang dinyatakan kembar, padahal jelas-jelas Dokter tersebut yang menangani persalinan mamanya Agata, dan saat itu hanya ada satu anak. Apalagi, Dokter juga menyatakan golongan darah papanya sama sekali tidak cocok dengannya, dan Agata pun demikian, sehingga lelaki itu jujur jika Naya bukan anak kandungnya.

Bahkan, yang lebih mencengangkan lagi, meski tanggal ulang tahun selalu dirayakan bersama karena anak kembar, Naya selalu mendapat hadiah di tanggal yang berbeda setiap tahun, tetapi tidak dengan Agata.

"Kenapa?" Naya kembali bertanya. "Apa selimut bayi di kamar Papa punya Naya?"

Mendengar pertanyaan itu, Marko membulatkan matanya, bagaimana bisa anak itu mengetahui tentang selimut bayi di kamar? "Naya, kamu berani ke kamar Papa?"

Naya tidak berani menunjukkan gelang di genggamannya, dia memilih menyimpannya saja.

"Ayana? Siapa dia?" Naya terus bertanya meski sejak tadi tidak mendapat jawaban, matanya sudah menitikan benda bening ke pipi.

"Denger! Kamu anak Papa!" Marko berseru karena tidak ingin membahas ini, intinya Naya adalah putri kesayangannya, tidak ada yang dapat merubah itu.

"Pa!" seru Naya ingin penjelasan.

"Kenapa tanggal lahir di gelang rumah sakit dalam selimut itu pas banget sama tanggal setiap Papa kasih kado ke Naya? Apa itu milik aku?" Naya bertanya dengan dada begitu sesak. Parahnya, lelaki di depannya hanya diam, tentu menambah kepercayaannya kalau perkataannya benar.

"Jangan bilang ini benar, Pa? Kenapa Papa sembunyiin ini dari Naya?!"

"Nay! Kamu udah lancang masuk ke kamar Papa!" bentak Marko. Baru kali ini dia membentak gadis itu, sungguh rasanya menyakitkan sekali.

"Kenapa? Papa enggak mau jujur ke Naya?" tanya Naya satu kali lagi.

"Kamu anak Papa, enggak ada yang bisa merubah itu Sanaya!"

"Kalau Papa enggak mau bilang, biar aku cari tau sendiri."

"Naya!" Tar!

Naya membuka matanya, dia kembali pada kesadarannya, ketika seseorang memanggilnya.

My Coolkas Boyfriend | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang