Keputusan Hinata

576 34 8
                                    

Satu minggu sudah. Saat ini Hinata sudah lebih tenang dari hari sebelumnya. Kini ia bisa menentukan pilihannya. Namun, tak dapat dipungkiri, rasa gelisah masih menggelayuti pikirannya. Pasalnya berulang kali Itachi dihubunginya, namun hasilnya tetap sama. Ponselnya tidak aktif. Akhirnya Hinata berakhir disini. Apartemen Itachi.

Hinata meneguk ludahnya berkali-kali menatap pintu apartemen Itachi didepannya itu. Tubuhnya semakin tak tenang. Pikirannya berkecamuk, mengingat apa reaksi Itachi nanti setelah Hinata memberikan jawaban final atas janjinya waktu itu. Ia harus menjelaskan semuanya sekarang pada Itachi, memberikannya penjelasan agar ia mengerti keputusannya.

"Hinata, kau disini?" Suara baritone yang asing bagi Hinata tiba-tiba saja menyapa gendang telinganya. Hinata tersentak ketika membalikkan badannya menyapa ke sumber suara.

"Kiba?'' Gumam Hinata kaget.

''Sedang apa kau disini? Ah-bukankah ini adalah apartemen Itachi?'' Detik kemudian Hinata seolah kehilangan udara. Semakin sesak bernafas kala ternyata Kiba, yang merupakan sahabat dan bawahan Naruto yang notabene kekasihnya itu mengetahui dirinya berada di apartemen Itachi.

"B-bagaimana k-kau tau ini adalah apartemen Itachi-Kun?'' Seolah tak percaya, Kiba membulatkan matanya kala mendengar Hinata yang notabene kekasih sahabatnya itu tadi memanggil Itachi dengan panggilan yang sangat intim. Kun? Apa ia tak salah dengar?

''Aku pernah bertemu dengannya disini saat aku bertemu dengan kawanku juga di apartemen ini. Ah-kau kemari sendiri? Tak bersama Naruto? Ada apa?" Sahut Kiba seraya mengamati perubahan wajah Hinata yang semakin pucat pasi. Tubuh Hinata semakin gemetar, Kiba jelas tau pastilah ada yang Hinata sembunyikan.

''Apa kau harus tau urusan semua orang yang akan menemuiku?! Suara baritone dari belakang dengan aura dingin terdengar digendang telinga Hinata dan Kiba. Langkah itu semakin mendekat, tatapan tajam nan kelam semakin menyeruak tanda tak suka pada kelancangan Kiba yang selalu ingin tau. Dan ia sangat tak suka apalagi ia mengusik privasi Hinata dengannya.

Itachi menghentikan langkahnya sejenak, Kiba meneguk ludahnya kasar. Sekarang Kiba sudah mencium jelas bentuk sebuah pengkhianatan.

"Ayo,Hinata. Kita bicarakan didalam.'' Ucap Itachi dengan nada dingin seraya menaikkan tudung kepala jaketnya, memboyong Hinata masuk kedalam apartemennya. Menguncinya rapat dan meninggalkan Kiba yang penuh dengan tanda tanya.

"Naruto harus tau..." Gumam Kiba pelan lantas mempercepat langkahnya.

XxX

"Apa yang ingin kau bicarakan, Hime? Apakah kau akan menepatimu janjimu?" Suara berat syarat akan penagihan janjinya pada Hinata membuat Hinata tersentak.

Hinata menundukkan wajahnya sejenak untuk mengendalikan perasaannya. Hinata menggeleng, ia harus menuntaskan ini semua. Sekarang atau akan terjebak dalam lembah dusta yang semakin dalam.

Ditariknya oksigen di ruangan itu dalam-dalam, berharap mampu menetralisir perasaannya yang mulai berkecamuk setelah memberanikan diri menatap kelamnya mata Itachi.

"Tidak seperti yang kau pikirkan, Itachi-Kun." Jawab Hinata sarkatis seraya menatap Itachi. Itachi mengernyitkan dahinya, menaikkan alisnya dengan kata-kata Hinata tadi.

''Apa maksudmu?'' Suara Itachi semakin dingin.

Hinata menelan ludahnya-lagi. Ditariknya oksigen hingga memenuhi paru-parunya yang semakin kosong udara ini.

"Itachi-Kun, kurasa tak ada yang perlu kita pertahankan lagi dengan hubungan ini. Karena aku sudah menentukan pilihan sekarang. Dan pilihan itu sudah terlihat dengan jelas. Aku juga sudah lelah mempermainkan perasaan kau dan Naruto-Kun selama ini. Dan aku baru sadar, jika pria yang ku cintai itu bukan kau. Meskipun tak dapat kupingkiri, aku pernah menjalin hubungan bahkan lebih gila denganmu, tapi Naruto-Kun terlalu baik. Aku tak bisa mengkhianatinya terlalu dalam, dan aku tak bisa meninggalkannya. Dan keputusanku sekarang, aku memilih Naruto-Kun daripada dirimu. Aku tau kau akan begitu terluka menerima kenyataan ini, Itachi-Kun. Maafkan aku yang tak bisa menepati janjiku dan mala melepasmu. Kumohon agar kau dapat mencari kebahagiaanmu sendiri, meski tanpa aku. Maafkan aku, Itachi-Kun..." Jelas Hinata panjang lebar.

Ia beranjak pergi didetik itu juga,merapatkan jaketnya yang berwarna lavender, "Selamat tinggal, Itachi-Kun... Semoga kau bahagia bersama kekasihmu nanti." Lanjut Hinata ketika sudah mencapai pintu apartemen Itachi seraya meninggalkan Itachi yang masih terpaku di tempatnya.

Itachi bergeming. Ia mengeratkan kepalan tangannya hingga buku jarinya memutih. Dadanya terasa sakit. Bahkan darahnya berdesir marah hingga ubun-ubunnya. Menyadari hati Hinata yang telah berpaling darinya membuatnya kalut dan untuk pertama kalinya Hinata melukainya terlalu dalam. Wanita itu telah kembali pada kekasih yang sebenernya. Kekasihnya bukan dirinya, melainkan Naruto. Itachi begitu membenci keputusan Hinata.

''HINATAAAAA..."

BUG...

Dindingpun menjadi pelepasan emosinya sekarang. Dinding itu retak, persis dengan hatinya sekarang.

PRANG...

Dilemparnya hingga pecah berkeping-keping seperti keadaan hatinya, figura Hinata yang berada dimeja. Figura yang selalu menjadi pelepasan rindunya kini hancur. Dan Hinatalah penyebabnya. Itachi mengamuk hilang kendali. Inilah akhir dari penagihan janjinya pada Hinata. Akhir dari hubungannya.

Detik kemudian kamar itu sudah seperti kapal pecah. Remuk redam, berantakan dan banyak kepingan kaca dilantai.



Bersambung...

ROOM 409Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang