Prolog

1.7K 73 33
                                    

"Hinata, Kapan kau pulang? Kau tau,aku sangat merindukanmu."

"Bukankah aku sudah bilang kalau aku ada pekerjaan di Korea selama satu minggu Naruto-Kun." Jawab Hinata dari sebrang telfon dengan nada datarnya. Tidak peduli bila kemungkinan Naruto yang berstatus sebagai kekasihnya itu akan merasa terluka dengan nada bicaranya.

"Tapi bukankah hari ini kau seharusnya sudah di Tokyo, Hime?"

Suara lembut mendayu pria bersurai kuning jabrik itu tidak berubah meskipun kekasih indigonya itu sangat acuh menanggapinya.

"Aku sedang menyelesaikan pekerjaanku disini, Naruto-Kun. Ada sedikit yang belum kuselesaikan. Aku pasti akan pulang dengan pesawat tengah malam nanti jika sisa pekerjaanku selesai."

Klik...

Sambungan telfon pun tidak lagi terhubung, tanda memang Naruto tidak akan rewel lagi menanyakan kapan kepulangan Hinata ke Tokyo.

Hinata menghela nafasnya kasar, mencoba meraup semua udara diruangan yang sangat dingin itu. Setelah meletakkan ponselnya di nakas samping ranjang king size, Hinata berbalik menatap seorang pria dengan surai biru gelap nan panjang yang tengah berbaring tepat disebelahnya. Menatap pada sosok yang tengah tertidur itu dengan helaian surai biru gelap yang menutupi dahinya.

Rasa bersalah sekali lagi mengusik pikirannya setelah menjawab telfon dari Naruto. Bagaimana tidak, Naruto adalah sosok kekasih idaman para kaum hawa. Tampan, baik, supel, royal, lembut dan sangat sabar terhadapnya yang selalu banyak mengabaikannya. Namun ia malah berselingkuh di belakangnya.

Hinata masih dalam lamunan rasa bersalahnya ketika sepasang mata pria yang menjadi selingkuhannya terbuka.

''Ada apa?" Tanya pria itu penasaran.

"Tidak apa-apa, Itachi-Kun..." Sahut Hinata dengan tersenyum.

"Apa Naruto kembali menghubungimu, Hime?" Gerakan Hinata yang sedang memakai piyama tidurnya itupun terhenti. Ditatapnya wajah prianya itu. Wajah yang dihiasi sepasang mata yang sangat menjerat Hinata begitu mereka saling menatap. Mata itulah yang membuat Hinata lupa diri hingga jatuh terlalu dalam sehingga ia rela mengkhianati Naruto, sosok kekasih yang dipacarinya satu tahun yang lalu.

"Hime, kau melamun?" Panggil Itachi datar.

"Aku harus pulang, Itachi-Kun." Pria yang dipanggil Itachi itu langsung menatapnya tak suka. Ia duduk tegak, mengabaikan selimutnya yang terjatuh dan mengekspos tubuh atasnya yang toples.

"Kau berkata padaku akan pulang besok kan?" Nada suara Itachi berubah tajam. Ada kemarahan didalamnya dan tak rela.

"Kekasihku menunggu, Itachi-Kun. Jika aku tak pulang, Naruto pasti akan curiga." Detik kemudian, Itachi menatap Hinata, sosok mungil dihadapannya itu dengan tatapan kecewa.

"Pada akhirnya kau kembali memilih Naruto. Kapan kau akan memutuskannya untukku, hah?" Ucap Itachi semakin dingin bak es. Berbeda dari beberapa jam yang lalu.

''Maafkan aku, Itachi-Kun. Untuk sekarang aku belum bisa.'' Hinata bermaksud meninggalkan Itachi, namun tangan Itachi menahannya telak.

"Apa kau memang sengaja menggantungkan aku dan Naruto, hm? Apa kau memang ingin dia tau jika kau selama ini bermain dibelakangnya?'' Itachi berkata dengan dengusan kekecewaan.

"Maafkan aku Itachi-Kun. Tapi setidaknya sebelum aku pulang, aku akan menemanimu sebentar lagi.

Jangan marah, Itachi-Kun. Kau tau kan jika aku tak bisa melihatmu marah padaku?" Bujuk Hinata dengan bersandar didada bidang Itachi, dirabanya perlahan dada Itachi yang membuat pria itu tak kuasa hingga menghela nafasnya perlahan. Kekasih mungilnya itu memang tau, apa yang bisa membujuknya kala marah.

ROOM 409Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang