Kemarahan Itachi

718 53 9
                                    

Klik...


Itachi melempar ponselnya kesal, tak biasanya Hinata sang kekasih indigonya itu akhir-akhir ini susah dihubungi apalagi ini sudah lima hari semenjak kepergiannya kembali ke Tokyo.

''Apa jangan-jangan Hinata sibuk dengan Naruto?'' Pikirnya semakin menambahi kekesalannya.

''Arghhhh... Awas saja jika sampai besok kau tak kunjung tiba Hime...'' Ucap geram Itachi dengan mengepalkan erat kedua telapak tangannya hingga buku jarinya memutih.





XxX





Hinata melihat 20 panggilan tak terjawab dan 25 pesan yang semuanya dari Itachi. Kekasihnya di Korea. Memang lima hari belakang ini,Hinata akui sangat sibuk dengan Naruto. Ah bukan sibuk. Tapi takut.

Yah, Hinata takut dengan ancaman yang dilayangkan Naruto padanya. Ia bahkan tak pernah barang sekalipun membalas semua pesan dari Itachi, apalagi memang Naruto sangat menyulitkannya yang selalu terus bersamanya.

"2 Voice note?" Lirih Hinata-lagi kala memandangi ponselnya itu.


"Hime, kau tak menjawab pesan atau panggilanku sama sekali? Apa kau sesibuk itu dengan Naruto?''

"Apa kau melupakanku disini,Hime????"


Mendengar 2 pesan voice note itu membuat senyuman dibibirnya merekah. Memang ada rasa bahagia dihatinya, karena Itachi masih dan teramat merindukannya, masih menghubunginya tiap waktu, masih takut akan kehilangan dirinya.
Namun tak lama senyuman itu berubah menjadi sendu,

''Maafkan aku Itachi-Kun...''





XxX





Angin malam terasa berhembus cukup kencang, tapi entah ada apa pria bersurai kuning itu justru tetap enggan beranjak dari balkon kamarnya yang berada di lantai dua. Suara helaan nafas keluar dari mulutnya, iris kebiruannya tak beranjak memandangi langit malam yang dipenuhi banyak bintang disana hingga iris biru laitnya itu tertuju ke ponselnya.

''Entah ada magnet apa aku terus merinduimu, Hime..'' Gumamnya yang tak lama kini ia terlihat mengotak atik ponselnya dan langsung menempelkannya di telinganya, sepertinya sedang menghubungi seseorang.

"Hime, apa kau sudah tidur hm?"

"Belum Naruto-Nun. Ada apa?''

"Gomen mengganggumu, aku hanya ingin mendengar suaramu sebelum aku tidur Hime. Entah aku selalu merinduimu. Kau memakai aura apa eh?" Kekeh Naruto yang semakin terdengar.

"Aishhh kau ini ya? Baru tadi bertemu dan ah kan sudah enam hari ini kau selalu menempel padaku dan kau masih saja rindu." Naruto semakin merekah mendengar gerutuan kekasihnya itu melalui sambungan telfon. Kantuk dan rasa rindunya semakin lenyap entah kemana. Dan entah karena sihir apa.

"Kau memang taukan Hime aku tak bisa jauh darimu barang sedetikpun. Hmmm katakan, apa kau merindukanku Hime?"

"Apa memang harus kukatakan, Naruto-kun?"

"Katakanlah Hime. Aku ingin mendengarnya. Dan aku tak akan menutup telfonnya jika kau tak mengatakan jujur padaku." Desak Naruto yang nadanya semakin kearah rengekan. Membuat kekasih yang ditelfonnya sedikit menghela nafasnya karena kekasih kuningnya itu selalu manja padanya.

"Kau tau Naruto-Kun, aku tak bisa tahan jika mendengar rengekanmu itu."

"Jadi katakan Hime! Agar aku bisa tidur." Desak Naruto-lagi semakin tak sabar.

''Baiklah-baiklah dasar manja. Dengar baik-baik Naruto-Kun, Aku merindukanmu, selalu dan selalu. Apa kau puas sekarang?'' Ucap Hinata yang lembut dan menekan dikata 'Aku merindukanmu' jujur saja memang itu hanya kalimat penenang untuk Naruto. Melainkan hanya kepalsuan. Dan Hinata tau jika kekasih kuningnya itu selalu percaya dengan apa yang dikatakan padanya. Tragis bukan? Tapi itulah kenyataannya.

''Aku mencintaimu, Hime... Selamat tidur dan mimpikan aku.'' Dan detik kemudian teleponnya sudah di putus sepihak. Semua itu sudah cukup membuat Naruto bahagia dan bisa tidur malam ini. Satu lagi yang disesalkan disini, Naruto memang telalu bodoh dibohongi.





XxX





Ini sudah satu minggu. Hinata benar-benar tak menepati janjinya. Membuat Itachi semakin geram.

Prang...

Gelas wine ditangannya dilemparkannya asal. Membuat gelas itu kini menjadi kepingan kecil tak berbentuk. Itachi sudah menenggak beberapa minuman laknat itu hingga kepalanya semakin pening.

Kepalanya sudah tergeletak dimeja kerjanya, salah satu tangannya mengambil bingkai foto yang memang sengaja diletakkan dimejanya. Foto Hinata. Kekasih yang teramat dicintainya.

''Kau bilang satu minggu lagi akan kembali, tapi mana? KAU BERBOHONG HIME... ARGHHHH...'' Diawal kalimatnya sangat lembut namun diakhir semakin terdengar desisan emosi yang sudah memuncak. Saking marahnya, bingkai foto itu ia hempaskan ke lantai hingga terdengar kaca bingkai itu remuk redam bersama dengan gelas wine disana.

''Hinata...'' Gumamnya lirih. Itachi frustasi.

''ARGHHHHH... HINATAAAAA..." Teriaknya menggema disesisi ruangan. Desah nafas dengan isyarat kemarahanpun masih terdengar mendayu.

''Kau memilih untuk tak menepati janjimu Hime. Lihat saja, aku akan beritahu padamu konsekuensinya karena bermain denganku...'

Berjanji tapi tidak ditepati sama saja dengan mengantarkan nyawamu sendiri.





Bersambung...

ROOM 409Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang