#Part12

118 20 5
                                    

Lepas Ashar, Ustadz Ahmad pulang. Ia hanya menemui istrinya sementara kedua putrinya sedang tidak di rumah. Ustadz Ahmad lalu menceritakan semuanya kepada Ummi di ruang tamu.

"Benarkah?" Ummi antusias sambil meletakkan secangkir teh panas di meja. "Berarti, Riana akan segera ta'aruf?"

"Iya." Abi menghela napas. "Ummi ... apa pilihan Abi sudah benar? Lee Joo Hwon orang jauh. Dia dari Korea. Abi takut Riana dibawa pergi."

Ummi duduk di sebelah suaminya. Menyentuh bahu suaminya menenangkan. "Abi, Lee Joo Hwon datang ke Indonesia untuk kemudahan hidupnya yang menjadi mualaf. Dia juga datang ke pondok ini untuk belajar agama Islam. Kalau akhirnya dia menikah dengan Riana, itu bukan kesengajaan atau bagian dalam rencana hijrahnya ke Indonesia. Lee Joo Hwon menemukan Islam karena hidayah Allah, bukan paksaan atau suruhan, tapi kehendak sendiri. Apa yang perlu ditakutkan? Abi patut takut jika mualafnya itu karena paksaan atau suruhan."

Ustadz Ahmad tersentak. Ummi benar, kenapa ia tidak pernah terpikirkan hal itu?

"Masya Allah, Ummi. Ummi benar." Ustadz Ahmad menarik napas semangat. "Tujuh hari Abi istikharah memohon petunjuk untuk perkara ini. Tapi belum ada atau ada tapi Abi tidak menyadari. Tidak selalu petunjuk itu melalui mimpi atau firasat. Allah Mahabesar yang memberikan petunjuk dengan banyak cara."

Ummi tersenyum manis.

"Alhamdulillah, Ummi. Sekarang Abi yakin. Insya Allah, apa yang kita pilih sudah benar."

"Alhamdulillah, Bi." Ummi menarik tangan kanan Ustadz Ahmad dan menciumnya sebagai tanda hormat.

Tidak lama, Riana dan Hana pulang.

"Assalamu'alaikum," sapa keduanya.

"Wa'alaikumussalam," jawab Umi dan Ustadz Ahmad berbarengan.

Hana dan Riana bergantian mencium tangan Ummi dan Ustadz Ahmad. Hana pamit ke kamar dan akan mandi lebih dulu. Ummi menahan tangan Riana untuk tinggal sejenak. Riana mengerti dan mengambil posisi di sofa yang lain.

"Riana, Lee Joo Hwon sudah memilih," kata Ustad Ahmad.


Riana menahan degup jantungnya. Ia berdebar menunggu kabarnya dan semoga bukan ia pilihannya.

"Alhamdulillah, Lee Joo Hwon memilihmu."

Tiba-tiba napas Riana terasa berat. Kepalanya pusing dan pandangannya berkunang-kunang. Ummi yang melihat dengan khawatir langsung mendapati putrinya.

"Riana, apa kau sakit?" Ummi menahan kedua bahu Riana.

Riana merunduk memegangi kepalanya. Ia menggeleng perlahan.

"Kenapa?" tanya Ustad Ahmad.

Riana menangis. Rasanya seperti ingin pingsan. Sayangnya, Riana dididik untuk tidak melawan orang tua jadi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia tidak bisa menjawab iya atau tidak untuk menanggapi berita itu. Jika saja boleh, ia ingin berteriak menjeritkan kata tidak. Tapi diamnya seorang perempuan berarti iya.

"Baiklah. Nanti saja, setelah Maghrib kita bahas rencana ta'aruf-nya. Sekarang, istirahat dulu di kamar." Ustadz Ahmad bangkit ikut menopang Riana. "Apa kau sudah salat Ashar?"

Riana mengangguk perlahan sambil berjalan tertatih dibantu Ummi ke kamarnya.

Bersambung ke Part 13



A Moment To Decide (Oppa Meets Santri KPop) - READY AT GRAMEDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang