Ustadz Ahmad sampai di rumahnya. Ia berhenti sejenak melihat beberapa kendaraan motor terparkir di depan rumahnya.
"Assalamu'alaikum," sapa Ustadz Ahmad memasuki rumahnya.
"Wa'alaikumussalam," serentak Ummi dan beberapa tamu menyambut salam.
Umi tersenyum menghampiri suaminya. Ia mencium tangan Ustadz Ahmad. "Ada tamu. Sudah cukup lama menunggu."
Ustadz Ahmad mengambil tempat duduk di sofa di antara para tamunya. Ternyata tamunya adalah Rahman, santri alumni ponpesnya. Santri itu datang bersama ayah dan ibunya. Mereka datang untuk melamar Hana, anak bungsu Ustadz Ahmad, adik dari Riana.
Hana sudah sering mendapat ajakan ta'aruf, tapi selalu ditolak. Kali ini Hana menyukainya. Ustadz Ahmad sedih, kenapa Riana belum ada yang mengajak ta'aruf. Sebagai ayah, ia ingin Riana juga segera menikah. Ternyata Ummi juga mengkhawatirkan hal yang sama.
***
Joo Hwon sampai di apartemennya. Ia meletakkan kunci mobilnya di meja tamu lalu duduk menghela napas lelah. Joo Hwon berbaring di sofa sambil memejamkan mata. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Ia duduk dan memandang sekeliling ruangan.
"Benar juga," gumam Joo Hwon tersenyum. "Untuk apa lagi? Apa lagi yang kucari? Ternyata hidup sendirian jauh dari keluarga memang menyedihkan. Baru kusadari sudah sejauh ini aku berjalan. Bekerja dan berpenghasilan, memiliki apartemen dan kendaraan. Enam dalam tujuh hari aku bekerja. Setiap aku pulang, aku hanya makan mie rebus sedikit camilan, lalu tidur dan terbangun untuk kembali bekerja. Hidupku ternyata monoton. Aku mungkin kesepian. Pasti menyenangkan punya seseorang di rumah yang bisa diajak bicara. Bicara dan bercerita banyak hal. Soal pekerjaan, soal kesukaan atau ... soal perasaanku ...."
Joo Hwon tertawa. Ia berjalan menuju dapur, mengambil mie instan cup dari lemari dan menyeduhnya. Ia beralih ke kulkas, mengambil susu putih dingin dan meneguknya. Joo Hwon kembali memandang seisi ruang apartemennya.
"Seperti apa, ya, calon istriku?" Joo Hwon tersenyum membayangkan. "Apa dia baik dan ceria?"
Joo Hwon teringat seseorang. Seorang gadis berjilbab putih dan berwajah mungil yang ditemuinya dua bulan lalu. Joo Hwon sudah hampir melupakannya. Namun, ia tiba-tiba jadi teringat kembali. Meski rasanya tidak mungkin, tapi Joo Hwon sempat berharap. Joo Hwon menghela napas dan meneguk susu dinginnya lagi.
"Mana mungkin dia," gumam Joo Hwon. "Emm, apa istriku nanti suka tinggal di apartemen?"
***
Bersambung ke Part 7
KAMU SEDANG MEMBACA
A Moment To Decide (Oppa Meets Santri KPop) - READY AT GRAMEDIA
Romansa(Sudah Terbit Oktober 2018) Bayangkan jika ada Oppa Korea ala ala Park Hae Jin-Oppa dan selevelnya tiba-tiba menjadi soleh? Hmm...nyaris sempurna dong ya? Apa kisahnya akan se-dramatic K-Drama sungguhan? Buat kamu... Sebuah novel oleh Dian Dhie (Dia...