-1-

53 8 0
                                    

[HASIL REVISI]

Vote and comment

Happy reading~

---------------------------------------

3 tahun kemudian

Curah hujan nampak tinggi hari ini, Shafa yang baru saja mengumpulkan tugas kuliahnya di ruang dosen kini hanya bisa berdiri di lorong-lorong gedung universitas sambil menunggu hujan mereda. Matanya terus melirik ke arah jam tangannya yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Sesekali ia pun juga melirik ke jendela, melihat apakah hujan mereda. Tapi nampaknya setelah 30 menit, hujan belum reda.

"Apa masih lama ya ?" gumam Shafa.

Sekarang kampus sudah sepi, hanya tinggal beberapa dosen dan pegawai kebersihan. Syukur-syukur tempat ini tidak nampak menyeramkan karena suasana yang nampak mewah. Sesuai juga dengan biaya masuk kampus. Namun dengan bermodal beasiswa, Shafa dengan mudah masuk ke kampus ini tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak.

Gadis itu duduk sebentar untuk beristirahat sejenak karena lelah berdiri cukup lama. Ia mengambil handphone nya dan memberi pesan kepada kedua orang tuanya bahwa ia akan pulang sedikit terlambat karena curah hujan yang tinggi. Setelah itu ia menyempatkan diri untuk muraja'ah hafalannya agar tidak lupa dari ingatannya begitu saja. Gurunya dulu juga pernah bilang,

"Hafalan Al-Qur'an lebih mudah lepas dariapda ikatan tali kuda yang longgar,"

Begitulah kata-kata gurunya yang selalu ia ingat sampai sekarang. Karena itulah ia selalu menyempatkan diri memuraja'ah hafalannya minimal 30 menit sehari. Tapi kadang ketika sedang sibuk, ia hanya mendengarkan murattal sambil mengikutinya agar lebih mudah.

Setelah 1 jam menunggu akhirnya hujan mulai mereda. Hanya tinggal rintikkan hujan yang tidak begitu deras. Shafa mengucapkan hamdalah kemudian segera mengambil tasnya dan berlari menuju parkiran sebelum hujan kembali turun. Apalagi memang sekarang sedang musim hujan dan sesuatu yang baginya langka ketika Palembang memiliki suhu dingin.

"Aku harus cepat-cepat.." gumam Shafa sambil memakai helmnya yang berwarna hitam. Kemudian segera menyalakan mesin dan melaju membelah jalan raya yang cukup ramai dengan pengendara lainnya.

Sesampainya di rumah, Shafa mengucapkan salam sambil masuk kedalam rumahnya. Hari sudah menunjukkan pukul 21.00 sehingga ketika sampai dirumah, semua keluarganya telah tidur di kamar masing-masing. Perlahan-lahan ia mengunci pagar dan pintu rumah agar tidak mengusik mereka.

"Syukurlah hari ini tidak bergitu larut.." gumam Shafa ketika ia telah masuk kedalam kamarnya.

Gadis itu merenggakan tubuhnya yang terasa pegal setelah kuliah seharian. Syukurlah mata kuliah hari ini tidak berat jadi ia menikmati mata kuliah hari ini meski setelah itu tubuhnya terasa pegal semua.

"Besok kuliah siang ya.." ucapnya sambil melihat jadwal kuliahnya besok.


--------

Hari ini suara keramaian bandara Sultan Mahmud badaruddin II begitu mendominasi, parkiran penuh dengan mobil yang datang menjemput dan para supir taksi sudah berdiri di depan jalur keluar dari bandara untuk menunggu adanya penumpang yang naik ke taksi mereka.

Muhammad Ridho Al-Fatih baru saja selesai mengambil kopernya dari bagasi pesawat dan bergegas keluar dari bandara. Matanya menatap area sekitar bandara sambil tersenyum tipis. Sudah lama ia memimpikan bisa datang kesini, akhirnya bisa terwujud setelah usaha kerasnya selama berada di Kalimantan.

"Habis perjalanan jauh, jadi lapar juga.." gumam Ridho, manik hitam nya menatap sebuah restoran cepat saji yang masih berada di area bandara. Kakinya pun perlahan berjalan menuju tempat tersebut.

Hari ini adalah sesuatu yang dinantikan oleh Ridho, berharap dengan usaha dan do'anya selama ini semua akan berjalan dengan baik, meski ia tahu pasti akan ada ujian didalamnya. Namun ia selalu berusaha dan sabar karena ia yakin pasti Allah akan memberikan jalan yang terbaik untuknya.

Sambil terus memikirkan perasaan itu, Ridho belum juga menyentuh makan siangnya. Padahal perutnya sudah protes dan segera ingin mendapatkan asupan. Tawa kecil terdengar saat sadar bahwa perutnya sudah mengamuk, Ridho pun mengentikan pikirannya sesaat dan memilih untuk memakan makanannya itu terlebih dahulu.

'Sudah 3 tahun ya.. tapi rasanya kejadian itu seperti baru kemarin..' batin Ridho. Bayangan-bayangan kejadian 3 tahun yang lalu dimana semuanya berakhir namun awal bagi Ridho untuk berjuang. Hari-hari yang tidak akan pernah dilupakannya.

'Tunggu aku ya..'

Setelah selesai menghabiskan makanannya yang tidak perlu waktu lama karena porsinya yang memang sedikit tapi cukup mengenyangkan baginya. Ia melihat ke area sekitar yang masih ramai oleh para orang-orang yang hendak berangkat, orang yang menjemput dan orang-orang yang baru saja tiba dari penerbangan.

"Tadi sampai di Palembang jam berapa ?" tanya seorang wanita dari sambungan telepon

"Sudah dari 2 jam yang lalu sih," ucap Ridho sambil tiduran di atas tempat tidurnya.

"Kok nggak langsung telpon mama sih, kirain belum sampai," ucap wanita tersebut yang merupakan mamanya Ridho.

"Maaf ma, tadi aku makan siang dulu," ucap Ridho.

"Ya sudah, kamu hati-hati disana. Mama ada urusan sebentar, nanti mama telpon lagi Assalamu'alaikum,"

"Iya ma wa'alaikumussalam,"

Ridho meletakkan kembali handphone nya itu di samping bantalnya tepat setelah sambungan itu terputus. Memang tidak banyak kegiatannya hari ini, hanya mengurus beberapa hal setelah itu kembali ke rumah kontrakannya. Namun rasanya ia begitu kelelahan, apa mungkin karena ia membereskan banyak barang pindahannya kemari seorang diri. Ia juga baru saja diterima bekerja di sebuah galeri mobil di pusat kota beberapa hari yang lalu dan baru akan bekerja besok pagi.

------------

Pagi-pagi sekali Ridho telah siap dengan seragam kerjanya yang begitu rapi. Ia pun segera keluar dari rumahnya setelah ojek online pesanannya sudah tiba di depan rumahnya. Tidak lupa untuk mengunci pintu dan menyimpannya di tempat aman.

Jam 6 pagi, kota Palembang sudah cukup ramai dengan pengendara yang berlalu lalang di jalan raya. Setiap hari memang selalu seperti ini, apalagi di malam minggu bisa lebih ramai dari sekarang. Udara yang meniup seakan-akan terarah hanya untuknya.

Lokasi tempat bekerja yang tidak jauh dari rumahnya membuat laki-laki berusia 24 tahun itu datang lebih cepat dari lainnya. Bisa dilihat hanya ada satpam yang berdiri disana untuk menjaga tempat tersebut. Ridho mengulum senyumnya sambil menyapa para satpam tersebut,

"Assalamu'alaikum pak," sapa Ridho dengan ramah. Sapaan itu juga disambut ramah oleh para satpam sambil tersenyum.

"Pegawai baru ya ? baru lihat," tanya salah satu satpam

"Iya pak, baru masuk hari ini," jawab Ridho.

"Kerjaanmu bagus juga," puji salah satu senior Ridho ketika laki-laki itu baru saja selesai menservice sebuah mobil.

"Makasih.. saya juga masih belajar," ucap Ridho dengan sopan.

"Istirahat aja dulu, hari ininggak banyak mobil yang harus di service kok," ucap senior itu sambil menepuk pelan pundak Ridho kemudian pergi meninggalkannya.

Hari ini Ridho telah menyelesaikan 3 mobil dalam waktu setengah hari. Syukurlah ia dibantu oleh salah satu rekannya yang juga merupakan seniornya. Dengan tubuh yang cukup lelah, ia duduk di salah satu kursi yang berada di ruang pegawai.

'Hanya tinggal waktu saja sampai aku bisa menemuimu..' batin Ridho sambil memejamkan matanya untuk sesaat.

--------------------

To be continued


Palembang, 18 Juli 2018 [Revisi]


Assalamu'alaikum semuanya..

Maaf untuk chapter awal ini mungkin kesannya membosankan. Tapi insya Allah akan berusaha sebaik mungkin agar cerita ini tidak membosankan. Jangan ragu juga untuk memberi author kritikan dan saran supaya cerita ini bisa lebih baik lagi :'

Terima kasih yang sudah baca cerita ini.. :)

You and Our PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang