Aku terjaga hingga keesokan harinya dan tetap tak menemukan kehadiran Sehun di rumah. Mataku menelusuri garasi rumah dan berharap jika mobil Sehun tiba-tiba muncul seperti dalam kartun sambil berbunyi “Ting!” lalu Sehun akan keluar dari sana dan berlari untuk memelukku sambil mengucap ribuan kata maaf karena kejadian semalam. Tapi tidak, semua itu hanyalah khayalanku.
Aku tak tahu Sehun berada di mana sekarang, dan aku juga tak mau mencari tahu. Harga diriku terlalu tinggi untuk menghubunginya lebih dulu setelah apa yang kami alami semalam, dan aku juga terlalu pengecut untuk mengakui kalau kini aku kalah dalam jebakan perempuan itu.
Aku yakin dengan pasti bahwa Luhan telah memperkirakan ini semua, ia yakin aku tak akan tega jika membiarkan Sehun tak tahu apa-apa dan setelah itu Sehun akan berlari menghampirinya. Aku kalah kali ini, dengan langkah gontai aku kembali masuk ke dalam rumah dan menemukan Baekhyun berdiri di ambang pintu.
"Kau darimana? Dan kenapa dengan penampilanmu itu?" Cecar Baekhyun.
Aku menilik penampilanku sendiri, ah…benar-benar menyedihkan. Piyama yang aku pakai berlumuran krim dan tak terkira kusutnya. Semalam, setelah kepergian Sehun yang tiba-tiba, aku menyerang habis-habisan cake dalam lemari es sambil menonton tv meski tak satupun acara itu yang kini berbekas dalam ingatanku.
"Aku habis berpesta, ayo masuk" Aku merangkul lengan Baekhyun ke dalam dan mengabaikan decakan tak suka saat ia bersentuhan dengan pakaianku yang kotor.
"Aku hanya mampir sebentar, aku tahu sebentar lagi kau akan berangkat kerja. Dan aku kesini hanya ingin memberimu ini.” Jelas Baekhyun ketika kami duduk di ruang tamu, ia mengeluarkan selembar undangan dan menaruhnya di atas pangkuanku.
"Amour Caffe?" Aku membaca tulisan yang tertera dan menatap tak percaya Baekhyun,
"Kalian membuka sebuah caffe? Selamat Baekhyun-ah!" hamburku memeluk Baekhyun.
"Ya, Soft openingnya tiga hari lagi, Chanyeol bilang kau harus mengajak Sehun. Dan ia tak mau tahu karena semenjak kelulusan, mereka sangat sulit bertemu.”
Aku menatap hampa undangan dalam tanganku dan sepertinya Baekhyun belum menyadari perubahan sikapku, ia malah menyampirkan tas tangannya dan bersiap-siap untuk pergi.
Mengajak Sehun, bertemu dengan Sehun, berbicara dengan Sehun. Aku menelan ludahku dengan susah payah saat menyadari bahwa aku sangat menyedihkan, bahkan aku tak tahu sekarang ia dimana, mungkin bersama perempuan itu. Tapi sisi hatiku yang lain mengatakan jika Sehun sedang berada di kantor, menyibukkan diri dengan pekerjaannya seperti biasa. Di awal pernikahan kami, ketidaktahuanku tentang suamiku sendiri tak membuatku merasakan apapun, tapi kini aku benar-benar merasa sangat menyedihkan.
[∆]
Keringat dingin tak berhenti keluar di pelipisku, wangi parfum dari Hyuna lah penyebabnya. Sebelumnya aku tak pernah bermasalah dengan wangi parfum siapapun, tapi hari ini sedikit saja bau-bauan melewati hidungku, perutku mulas hingga mual ingin mengeluarkan isi perutku. Namun kali ini aku tak mungkin berlari begitu saja ke toilet di tengah-tengah seminar. Akibatnya aku hanya mampu menahannya yang berdampak pada rasa pusing serta keringat dingin yang terus-menerus keluar.
Hyuna yang duduk di sampingku kini mengubah posisi duduknya, ia mengangkat lengan kanan ke atas meja menahan lembaran berkas yang kini tengah ia baca. Wangi parfum yang ia gunakan semakin menguar, membuat pandanganku berkunang. Ya Tuhan, mungkinkah aku dapat bertahan beberapa menit lagi? Perutku memberontak, rasa panas kini mulai mendominasi perutku dengan gerakan pelan aku mengusap perutku berharap dapat sedikit menenangkan.
"Kau lapar?" bisik Hyuna beberapa saat kemudian, ia sedikit mencondongkan tubuhnya ketika bicara, membuatku semakin ingin muntah.
'Benar sekali, aku ingin memakanmu!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Blinded [✔]
Fanfiction❤[Kyungsoo's Point Of View]❤ Karena aku tak pernah tahu jika mencintaimu harus sesakit ini. -Kyungsoo- Highest rank #8 in Crackpair #23 in Hunsoo