-7-

1K 176 9
                                    

"Sayang, aku pulang." Sehun melepas sepatunya lalu menaruh jas di punggung lengannya.

Wajahnya terlihat sangat lelah, tapi senyumnya tak pernah lekang dari mataku. Berapa kalipun aku melihatnya senyum itu tak pernah membuatku bosan, aku selalu ingin melihatnya. Ia lalu duduk dan melonggarkan ikatan dasinya, membuatku ikut duduk di sofa yang lain.

"Sayang, kau tahu, hari ini aku bertemu Chanyeol di pengadilan. Anak itu, ia benar-benar menuntut Ahn Sajang. Aku tak mengira jika ia akan seberani itu. Padahal dulu ia sendiri yang mengatakan akan menyelesaikan semua secara kekeluargaan, dan mengatakan uang yang diinvestasikannya juga tak seberapa. Park Chanyeol itu, dia sudah banyak berubah."

Aku hanya tersenyum mendengarnya, bukan hanya Chanyeol yang berubah. Kau juga berubah, suamiku. Dulu kita sama-sama merasa malu jika panggilan sayang seperti tadi terdengar di rumah ini. Tapi hari ini, dua kali kata itu kau ucapkan. Ini adalah hari yang lain, karena aku merasa badai dalam hubungan kami telah berlalu.

Aku berjanji, aku tak akan pernah mengungkit masalah itu. Cukuplah itu menjadi masa lalu kami, suatu tahap yang harus kami lewati. Dan membuat rumah tangga kami kokoh serta utuh.

"Sayang, kau mendengarkanku?" Teriak Sehun.

Ya Tuhan, tak perlu berteriak seperti itu aku hanya berjarak kurang dari satu meter di dekatmu. Aku melihat Sehun berdiri dan melenggang menuju dapur,

"Sayang, sebenarnya apa yang kau masak hingga tak dapat menyambut suamimu ini, huh?"

Aku yakin jika jantungku terbuat dari balon pasti saat ini sudah meletus dan menimbulkan suara yang sangat keras. Di depan mataku sendiri, aku melihat suamiku memeluk seorang perempuan. Perempuan itu membelakangi kami, ia memasak di dapurku dan menggunakan perlengkapan memasakku. Apa ini?

"Oh Sehun!" Pekikku, sontak membuat kedua orang itu berbalik dan memandang heran padaku.

Dan sudah dapat diperkirakan jika perempuan yang ada dalam rengkuhan Sehun adalah Luhan. Pembohong besar, ia berjanji telah menyerah dan akan menghilang dari hidup kami.

"Apa yang kalian lakukan?" Tanyaku seperti orang bodoh, aku melihat apa yang mereka lakukan, Tapi hanya itu yang ada dalam otak panasku sekarang.

"Ini bukan urusanmu." ucap Luhan

"Bu-bukan?" Nafasku tercekat, berani sekali ia mengatakan itu.

"Sehun, kumohon jelaskan semua ini, selama aku masih memberimu kesempatan."

"Soo-ya, bukankah semua sudah jelas. Untuk apa aku menjelaskan lagi."

Kakiku bergetar, bukan ini jawaban yang kuharapkan. Sehun berjalan ke arahku, ia menangkup wajahku dan menghapus air mataku.

"Soo, aku yakin kau cukup pintar untuk menyimpulkan semua ini sehingga kurasa aku tak perlu menjelaskannya lagi." Sehun tersenyum, senyumnya sama seperti senyum yang ia tunjukan tadi. Tapi aku membenci senyumannya kali ini.

"Aku memilih Luhan, dan sidang perdana perceraian kita dijadwalkan besok siang. Kuharap kau tak terlambat, Soo. Aku tahu kau hebat dalam hal itu. Kau selalu tepat waktu dan dapat kuandalkan."

"Tidak." Bantahku dengan lemah, air mataku terus saja mengalir tanpa henti. Aku menggeleng dengan panik, Sehun menyentuhkan jari telunjuknya di permukaan bibirku.

Blinded [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang