“Apa yang terjadi? Ibu rasa kemarin kalian berjanji menjemput kami di bandara?” Tanya ibu begitu kami mendudukan diri di sofa.
Aku melirik Sehun yang salah tingkah, “Tadi pagi aku sedikit tak enak badan, Bu. Maafkan kami.”
“Tak enak badan? Kalau kau sakit kenapa memaksakan diri untuk datang?” Kata Ibu khawatir lalu pindah duduk di sampingku,
“Kenapa tidak katakan di telepon tadi? Aku tentu tak akan memaksa kalian untuk kemari,”
“Benar! Kalau kau mengatakannya dari tadi, mungkin kami yang akan datang ke rumahmu.” Timpal ayah.
Aku menghela nafas pelan lalu tersenyum bergantian menatap Ayah juga Ibuku, “Aku baik-baik saja, hanya sedikit morning sickness.”
“M-morning sickness? Mo… Soo-ya, kau hamil?” Tanya ibu dengan suara tercekat. Aku mengangguk pasti sebagai jawaban.
“Ya Tuhan, terima kasih! Terima kasih!” Ibu menekap mulutnya tak percaya, ia memelukku dan berkali mengecup keningku.
“Akhirnya, cucu pertamaku. Terima kasih, Sehun-ah!” Kata Ayah seraya mendekati Sehun dan menepuk keras pundak suamiku, Sehun hanya tersenyum menanggapi tenaga berlebihan ayah. Mungkin ayah mengira ia tengah mengetuk palu, bukannya pundak seorang manusia.
“Berapa bulan?” Tanya Ibu.
“Masuk bulan kedua,”
Ayah dan Ibu mengangguk-angguk, “Cucu pertama ku harus laki-laki!” Kata Ayah tegas,
“Eiy! Mana bisa begitu! Semua tergantung pemberian Tuhan!” Bantah Ibu
“Aku yakin laki-laki,” Ayah tetap tak mau kalah, ia lalu melihat Sehun,
“Kau lebih suka makan daging bukan?”
Sehun tampak terkejut ia mengangguk ragu dan membuka mulut tanpa suara, sementara Ayah bertepuk tangan bahagia, “Aku yakin itu, seorang pria yang lebih banyak mengkonsumsi daging dibanding sayuran akan memiliki anak lelaki lebih banyak! Lihat saja! Cucuku pasti laki-laki!”
“Sayang, laki-laki atau perempuan yang penting mereka sehat.” Tegur Ibu menenangkan Ayah yang bahagia sebelum waktunya, “Lagipula apa bedanya, perempuan dan laki-laki sama saja.”
“Jelas berbeda, kalau cucu pertamaku laki-laki. Aku akan mengajarinya—“
Aku tak begitu memperhatikan rencana-rencana yang telah ayah buat untuk anakku nanti. Saat ini aku sedang berusaha merekam wajah kebahagiaan Ayah dan Ibu, karena mungkin hari ini adalah kesempatan terakhir yang kumiliki untuk memberikan kabar gembira pada mereka.
Ke depannya nanti, kemungkinan besar aku hanya akan menorehkan kekecewaan yang cukup mendalam di hati Ayah dan Ibu. Perpisahanku dan Sehun saat ini telah di depan mata, tentu Ayah dan Ibu takkan gembira jika mendengarnya nanti.
[∆∆∆]
“Apa yang Hyosung katakan?”
Aku berhenti tersenyum pada gagang telepon dan berbalik menatap Ibu yang duduk menanti di balik counter dapur. Beberapa menit yang lalu, ibu menghubungi Hyosung Eonni satu-satunya kakakku. Dan ia sedang berada di afrika mengabdikan hidupnya demi binantang-binatang di sana.
“Eonni mengucapkan selamat atas kehamilanku, dan ia juga menitipkan salam untuk ibu juga ayah.”
“Apa ia terdengar cemburu atau semacamnya?”Tuntut Ibu
Aku menggeleng sambil tersenyum lemah memahami maksud cemburu yang ibu katakan. Ibu berharap setelah mendengar berita kehamilanku, hati Hyosung Eonni mulai terpanasi dan tergerak untuk menerima lamaran Jonghyun Oppa, kekasihnya sejak tujuh tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blinded [✔]
Fanfiction❤[Kyungsoo's Point Of View]❤ Karena aku tak pernah tahu jika mencintaimu harus sesakit ini. -Kyungsoo- Highest rank #8 in Crackpair #23 in Hunsoo