“Seandainya kalian memang hanya masa lalu, kurasa kau tak akan kesulitan menceritakan semuanya padaku. Dan mungkin juga, dengan tangan terbuka aku akan membantunya lepas dari masalahnya.”
"Baiklah, aku mengaku bersalah. Kumohon, jangan cemburu berlebihan pada Luhan" ucapan nya membuatku mendelik,
"Kau bilang aku cemburu? Tidak. Aku hanya merasa tak dihargai, aku merasa menjadi orang bodoh yang menunggumu berhari-hari di sini dan tak tahu sedikitpun kabar tentangmu. Lalu tiba-tiba saja aku melihatmu di supermarket bersama dengan mantan kekasihmu, dan ketika orang-orang bertanya apa yang dilakukan suamimu disana? Aku hanya bisa membuka tutup mulutku seperti ikan yang kehabisan nafas"
"Kau sendiri yang tak menanyakan kabarku sekali pun, jangan melimpahkan kesalahanmu padaku Kyungsoo!"
Hari ini, banyak hal yang terjadi untuk pertama kalinya. Ini adalah pertama kalinya Sehun berbicara dengan nada tinggi padaku, aku sedikit mengkerut dan takut melihat ia marah karena aku tak pernah menghubunginya selama di Beijing, tapi aku bukannya tak perhatian, justru aku tak ingin mengganggunya dengan hal yang tak penting.
Aku mendecak, ini tidak benar. Kami hanya akan bertengkar seperti anak remaja, saling menyalahkan dan mengungkit kesalahan masing-masing. Aku tak berniat menyelesaikan makan malam atau membereskan meja makan, dengan kesal aku berdiri dan meninggalkan Sehun sendiri.
"Soo, tunggu dulu" Sehun menarik pergelangan tanganku,
"Maaf, aku yang salah. Kalau kau ingin kami tak lagi bertemu, aku akan melakukannya"
Aku sontak berbalik, aku lupa jika rambutku tergerai jadi ketika berputar ujung rambutku mengenai pipi Sehun dan membuatnya meringis. Di situasi lain mungkin aku akan tertawa melihat ekspresi Sehun saat ini, ia mengerjap dan mengusap-usap pipinya, persis anak kecil. Tapi aku tetap memasang wajah datar, ekspresi andalanku saat di ruang sidang.
"Aku bukan lagi anak remaja belasan tahun yang posesif Hun, aku hanya tak suka dengan perasaan ini. Aku tak ingin lagi merasa tak dihargai oleh suamiku sendiri" ucalku lalu masuk dan menutup pintu kamar.
Aku mengambil bantal dan selimut ekstra dari dalam lemari, ketika membuka pintu aku melihat Sehun masih berdiri di ambang pintu, ia menatapku dengan sendu. Hampir saja aku luluh dan membiarkannya masuk jika bayangan kejadian tadi siang tak melintas lagi dalam kepalaku.
"Malam ini aku ingin sendiri" ujarku, dan Sehun menerima selimut dan bantal itu tanpa mengucapkan apapun.
Sebelum menutup pintu, aku melihat kilatan aneh di dalam mata Sehun yang membuat bulu kudukku meremang. Entahlah, ada perasaan tak mengenakkan saat aku melihat tatapan mata Sehun tadi. Aku mengelus perutku pelan, semoga malam ini aku dan anakku baik-baik saja.
[∆]
Dering ponsel membangunkanku besok paginya, saat membuka mata aku merasa beban berat berada tepat di pinggangku. Mataku mengerjap tak percaya saat melihat Sehun yang tertidur sambil memelukku dari belakang.
Ya Tuhan, kesalahanku menikah dengan pria penggila kerja sepertinya, ia tentu hafal kelemahan lawan sehingga dapat menyusup masuk disaat lawannya lengah. Sehun pasti sengaja menungguku hingga benar-benar terlelap sehingga ia bebas masuk ke kamar.
Ponsel kembali berdering, aku mencari-cari ke seluruh penjuru kamar. Dan karena itu bukan nada dering ponselku, akhirnya ponsel itu kutemukan di saku jas Sehun.
Ternyata alarm. Aku mematikannya dan layar ponsel kembali ke layar utama, menampilkan foto pernikahan kami.Dahiku berkerut melihat begitu banyak notifikasi panggilan tak terjawab juga tiga pesan masuk. Semua dari kontak yang sama dan isi pesan yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blinded [✔]
Fanfic❤[Kyungsoo's Point Of View]❤ Karena aku tak pernah tahu jika mencintaimu harus sesakit ini. -Kyungsoo- Highest rank #8 in Crackpair #23 in Hunsoo