-9-

889 152 13
                                    

#HappyReading#

Sama seperti anak perempuan lainnya, semasa kecil aku juga sering bermain peran seorang Ibu. Karena sikap keras kepala dan tak mau kalah yang kumiliki, aku selalu mendapatkan peran menjadi istri dan ibu rumah tangga yang baik. Sementara Baekhyun, ia terpaksa mengalah menjadi seorang suami sekaligus pegawai kantoran yang berangkat pagi pulang petang.

Dua puluh tahun kemudian, peran kami ditukar. Baekhyun lah yang menjadi ibu rumah tangga mengurus seorang anak dan menanti dengan sabar kepulangan suaminya. Dan aku, Do Kyungsoo berangkat ketika matahari baru mengintip dan pulang ke rumah saat angin telah menyapu malam.

Ternyata mengajukan pensiun dini tak semudah yang kukira, banyak hal yang harus kuselesaikan dan memerlukan waktu berbulan-bulan. Mungkin aku baru bisa diam di rumah ketika perutku telah sangat membulat.

Satu minggu setelah pengajuan, aku masih berkutat dengan file-file kasus di ruanganku. Seperti siang ini, kepalaku tenggelam diantara tumpukan data. Besok siang sidang pertama salah satu klienku, dan untuk memantapkan penampilan esok hari aku bekerja ekstra hingga hari ini.

"Pengacara Do, ada panggilan untuk anda di line dua" Kim Yeri, assisten ku yang baru mengetuk pintuku lalu berlalu meninggalkanku yang mengangguk dengan wajah kosong.

"Soo, kau baik-baik saja?" Sehun, kenapa dia menghubungiku melalui telepon kantor? Tanganku yang tak memegang handle telepon meraba-raba isi tas yang kusimpan di kolong meja, mencari ponsel.

"Ponselmu tak aktif kalau kau bertanya kenapa aku menggunakan nomor kantormu." Ah, aku menepuk dahiku keras.

Semalam setelah mencari resep baru, aku menaruh ponsel di atas kulkas dan setelah itu sepertinya aku tak menyentuh lagi barang itu. Itu artinya, ponselku tertinggal di rumah dan mungkin habis baterai karena tak sempat di charger.

"Jangan katakan kau lupa membawanya lagi."

Aku tertawa hambar menjawab tebakan suamiku, ya akhir-akhir ini aku sering sekali melupakan sesuatu. Entah itu berkas-berkas kantor, bahan makanan yang telah kubeli dan lupa kuambil di meja kasir, dan yang paling sering adalah ponsel.

Dua hari yang lalu Sehun bahkan terpaksa datang ke ruanganku malam-malam karena aku meninggalkan benda itu di laci meja, saat itu ada file yang harus ku kirim dan file nya hanya kusimpan di memori ponsel.

Hanya satu hal yang dapat membuat seorang Do Kyungsoo yang perfeksionis ini menjadi ceroboh. Pikiranku terganggu. Ya, sehebat apapun aku menyembunyikan perubahan perasaanku karena gaun merah yang kutemukan di mobil suamiku, aku tetap tak dapat mengendalikan pikiranku sendiri.

Setiap kali kepalaku berhenti memikirkan pekerjaan, maka saat itu pula bayangan gaun merah itu muncul. Tapi sungguh, aku tak memiliki keberanian untuk menanyakan kepemilikan gaun itu pada Sehun. Setelah menikah, selain ceroboh aku pun berubah menjadi penakut.

"Soo, kau sudah makan siang?" Lagi-lagi aku meringis saat melihat jarum jam dinding,

"Ah, sebentar lagi." Terdengar dengusan keras dari seberang saluran,

"Ingatlah Soo, ada makhluk lain dalam tubuhmu sekarang."

"Ya, kenapa kau menyebutnya makhluk lain? Memangnya anak ini alien?"

Sehun tertawa keras, "Maksudku bukan seperti itu, Ya Tuhan Soo, kau sensitive sekali. Hmm.. baiklah pilihan kataku memang kurang tepat. Maksudku, ingatlah pada janin yang kau kandung, sayang..."

Baiklah, aku menyesal telah mengamuk tadi. Sehun memang terlahir sebagai cassanova, dengan mudahnya Ia mengubah suasana hatiku saat ini. Aku menggigit bibir bawahku dan memainkan bolpoint di tangan.

Blinded [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang