4. Hanya...

649 55 0
                                    

Entah kenapa pagi ini aku terbangun dengan sendirinya meskipun tadi malam aku hampir mabuk, sejenak aku terduduk di kasurku lalu terdengar suara

"Jeonghan! Mau tidur sampai kapan?!" Eomoni memanggilku dari luar kamar,

Baiklah mungkin aku memang harus menghadapinya lagi. Akupun bergegas mandi kemudian berangkat ke kantor. Ingin rasaku untuk tidak menemuinya lagi, tapi... aku sudah berada di depan pintu kantornya. Yah... jika aku masih ingin bekerja aku harus menemuinya, dengan langkah mantap aku ketuk pintunya kemudian masuk tapi... tidak ada orang di dalam

"Kenapa kau masuk kerja? Bukankah aku sudah bilang kalau kau di pecat???" terdengar suaranya dari arah punggungku

"Tuan tapi kenapa?" tanyaku saat dia melewatiku

"Apa yang membuat tuan bisa memecatku dengan gampangnya apa karena tuan itu bos?! Jelaskan kenapa harus memecatku?! Wae???!!!!!!!!" marahku tepat di depannya,

Saat sadar aku langsung menutup mulutku dengan kedua tanganku, kenapa aku sebodoh ini?! Sekarang aku benar-benar akan kehilangan pekerjaanku

"Ah jusohamnida... aku memang kurang ajar" kataku,

Aku berencana meninggalkan ruangannya, saat pintu sudah terbuka sedikit dia malah mendorongnya hingga tertutup kembali. Aku yang kini menatap pintu itu mulai khawatir apa dia akan melakukan sesuatu lagi padaku?!

"Kau sangat menyukai pekerjaanmu ya?" aku hanya mengangguk lemah

"Kalau begitu akan aku berikan perusahaan ini padamu jika kau mau" katanya lalu menjilat dan menggigit telingaku, tangannya juga mulai meraba-raba membuatku takut

"Saya tidak mengerti dengan maksud tuan... bisa tuan jelaskan?" tanyaku bernada sopan.

Kali ini dia mengangkatku kemudian merebahkanku di sofa ruangannya dan menindihku

"Tidak mengerti juga?" dia melepas kacamata frame metalnya

"Kalau kamu mau... aku akan berikan perusahaan ini padamu"

"Tapi saya tidak menginginkan perusahaan ini! Saya hanya ingin pekerjaan saya kembali!"

"Mana mungkin aku biarkan ISTRIku bekerja, ISTRIku hanya boleh bekerja si rumahku, bekerja untukku, memenuhi segala keinginanku" ucapnya panjang lebar.

Dia menciumku lembut tidak seperti watu itu... kali ini membuatku... nyaman.

"Eungh~~~ ISTRI???" tanyaku setelah ciuman kita

"Maaf jika kamu kurang faham... maksudku UKE"

Apa?! Uke! Dia menjadikan aku ukenya?! Tapi aku pria normal!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

"Jusohamnida tuan! Tapi sepertinya tuan salah faham... aku tidak ingin menjadi ISTRI tuan. Aku ini namja normal!"

"Tapi kamu sendiri yang bilang kalau kamu menyukaiku, makanya kamu menginginkanku. Kau lupa?!"

"Itu hanya candaan para karyawan! Mereka menyuruhku untuk menggoda tuan apakah tuan gay atau bukanbtapi malah... malah..."

Mengingat hal kemarin kenapa wajahku jadi panas dan sekarang air matakupun tumpah. Aku menangis... menangis di depannya!

"Mianhae... apakah aku membuatmu takut??? Mianhae jika aku menakutimu" ujarnya lirih saat memelukku erat

"Aku hanya mencintaimu... begitu mencintaimu. Hingga membuatku menggila ketika ada kamu di dekatku dan menjadi semakin gila ketika kemarin kamu mengatakan kata-kata cinta aeperti itu" pelukannya terasa semakin erat dan terlepas kemudian

"Silahkan kembali bekerja besok dan jika semua yang terjadi di antara kita membuatmu tidak nyaman lupakanlah semua... tapi aku tidak akan berhenti mencintaimu. Aku hanya akan menatapmu saja"

Dia membiarkanku pergi. Apakah dia sebegitu cintanya padaku hingga membiarkan pergi??? Kenapa aku harus memikirkan dia?! Aku ini namja normal!

Tbc.................

Can't Let GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang