Pekerjaanku hari ini melelahkan sekali banyak dokumen yang harus di buat ulang,
"Hyung... bagaimana kalau kita mampir sebentar membeli takoyaki? Aku sedang ingin itu..."
"Tidak bisa Hao... aku harus mengambil gajiku... di kantor bos kita"
"Kalau begitu aku menemanimu"
"Jangan... aku takut dia tidak akan membiarkan aku pulang begitu saja"
"Geuraeso??? Kalau begitu fighting! Aku pulang dulu ne..."
"Eoh..."
Kenapa........... aku harus berhadapan dengannya lagi! Wae!!!
TOK TOK TOK
"Permisi tuan..."
"Masuklah... ada apa?"
"Begini... kemarin adalah hari gajian dan saya... belum menerimanya" tangannya merogoh laci meja mencari sesuatu
"Ini gajimu..." sebuah amplop cokelat yang dia sodorkan aku terima dengan sumringah
"Setelah ini... apa kau ada acara? Aku ingin kau malam ini" Dia mengatakan hal seperti itu tanpa ekspresi!!! Psyco!
"Jusohamnida tuan tapi orang tua saya sedang pergi malam ini jadi saya harus menjaga adik saya. Saya permisi..." akhirnya aku bisa keluar tanpa adanya cidera mental.
"Dasar gila! 'Ingin aku malam ini' Hah dasar psyco!" umpatku sambil berjalan keluar dari kantor.
"Aku pulang!" tapi tidak ada jawaban
"Kenapa sepi sekali??? Byuuuul!!! Kau di mana?!" masih tidak ada jawaban, harusnya jam segini dia pulang sekolah dan jadwal latihan basketnya juga bukan hari ini??? Kemana dia???
"Aku pulaaaaaaaaaaaaang!!!" itu dia
"Baru pulang..? Dari... astaga! Ada apa denganmu?!" begitu aku berbalik menatapnya betapa kagetnya aku. Dia memotong rambutnya sama persis seperti aku
"Wae? Sekaget itukah? Apakah sekarang kita seperti anak kembar..." senangnya sambil merangkulku.
"Memang kau sudah tanya Abeoji dan Eomoni?"
"Mereka bilang terserah aku saja, lagipula aku pakai uangku sendiri untuk potong rambut" aku masih menatap rambutnya yang tadinya panjang kini sudah pendek sama seperti milikku
"Hahaha tadi bibi depan supermarket salah mengira aku sebagai Hyung... mungkin matanya mulai rabun".
Setelah berganti baju aku melihat matahari sebentar lagi tenggelam, lebih baik aku masak
"Kau ingin makan apa malam ini?" tanyaku pada Byul yang tengah menonton tv sambil menyantap ice creamnya
"Ramyeon!"
"Kenapa tidak buat sendiri???"
"Aku ingin buatan Hyung" katanya sambil nyengir padahal ice cream belepotan di sekitar bibirnya, terlihat konyol
"Ramyeon habis. Aku akan beli di supermarket..."
Astaga... aku masih tidak habis pikir kenapa pengusaha muda, tampan, dan kaya raya sepertinya bisa suka dengan namja seperti aku. Padahal jika dia normal dia pasti sudah memiliki banyak yeoja yang mengelilinginya... dia bisa jadi playboy cap tuna. Kenapa juga aku harus memikirkan kisah cintanya! Aigo... dan kata-katanya itu
"Kalau begitu akan aku berikan perusahaan ini padamu, jika kau mau" apa benar jika aku berpacaran dengannya dia akan memberikan perusahaan itu padaku??? Kenapa aku jadi memikirkannya terus!!! Tuhan selamatkan akuuuuuuuu! Hm kenapa rumah masih gelap? Apa Byul lupa menghidupkan lampunya lagi?
Tiba-tiba terdengar suara teriakan Byul dari dalam rumah. Langsung saja aku berlari ke dalam rumah mencarinya.Dalam minimnya cahaya aku menemukannya di dapur sedang bersama siluet seseorang yang memeluknya, kuhidupkan lampu dan berkata
"Siapa kau?! Beraninya mengganggu adikku?! Hah..." Byul melihatku kemudian berlari mencari perlindungan di belakang punggungku
"Hyung...aku tidak kenal dengannya" dari suaranya sepertinya Byul sedikit menangis karena takut... sudah lama aku tidak melihatnya menangis seperti ini. Orang itu hanya menatap kami berdua, kaget... sepertinya Mingyu-ssi salah mengira Byul adalah aku karena potongan rambut kami yang hampir sama dan juga karena gelapnya ruangan
"Aku antarkan kau ke kamar..." kataku lirih.
"Neo gwenchana?" tanyaku lembut sambil memegangi pundaknya
"Ne Hyung... Hyung... kenal dengannya?"
"Nanti saja ceritanya..." kuelus rambutnya yang tadinya panjang itu dengan lembut lalu meninggalkannya menemui Mingyu-ssi
"Lebih baik kita bicara di kamarku... aku tidak ingin adikku mendengar pembicaraan kita" dia mengikutiku sampai ke kamar
"Mianhae... aku kira... tadi..."
"Kenapa kemari?" potongku
"Katamu orang tua kalian sedang pergi jadi aku kemari untuk menemuimu... tapi aku malah salah mengira adikmu sebagai kau..."
"Jika tidak ada hal penting yang perlu dibicarakan. Silahkan pergi" kataku dingin
"Dengar, aku tidak bermaksud menyakiti adikmu. Aku hanya ingin menemuimu"
"Tapi aku tidak ingin menemuimu... meskipun membosankan aku ingin kehidupan normalku kembali!"
"Aku tidak bisa membiarkan itu... aku mencintaimu"
"Berapa kali harus kukatakan itu nafsu bukan cinta!!!" dia mendekatiku kemudian memelukku
"Inilah cintaku..." dia hanya memelukku... tidak melakukan hal lain... hanya memeluk, tak berapa lama dia melepaskannya, kita saling menatap dengan jarak yang sangat dekat, aku malu sekali jika dia menatapku terus seperti ini... tangannya menyapu bibirku reflek aku menatapnya
"Bolehkah???" sepertinya wajahku memerah mendengarnya dia menunggu jawabanku, aku harus jawab apa? Tentu saja aku ingin menolaknya tapi... perasaanku tidak enak jika menolaknya, kupejamkan mataku dan berkata "Lakukan! >,<"
Kukira dia akan brutal seperti tempo hari tapi kali ini dia sangat lembut... kuakui ciumannya memabukkanku, "Akh!" terasa dia menggigit kecil bibirku, lidahnya mendobrak masuk mencari lidahku, tangannya menekan tengkukku berusaha memperdalam ciumannya, memelukku lebih erat lagi... perlahan dia mendudukkanku di kasur
"Boleh aku lanjutkan?" tanyanya ketika ciuman kami terhenti
"Te, tentu saja tidak!" tolakku, apa dia tidak mengerti jika aku...
"Apakah kamu membenci aku?" tanyanya dengan ekspresi sedih
"Aku hanya... tidak suka dengan... namja yang saling bersentuhan. Semacam itulah..." jawabku ragu, kenapa aku tidak bisa mengatakan kalau aku membencinya?
"Apakah itu artinya... kamu tidak membenci akukan?" jawabanku hanyalah menggeleng lemah.
"Dengan tidak membenciku saja... kamu sudah membuatku bahagia..." ujarnya
"Kukira cukup sampai di sini... hanya karyawan dan bos. Aku akan membiarkan kehidupan normalmu kembali" kenapa mendengar kata-katanya aku jadi sesak, hatiku sakit!
"Mulai sekarang... aku akan membiarkanmu pergi dan ini hal terakhir yang ingin aku sampaikan padamu" dia mencium keningku dengan lembut
"Gomawo... untuk semua yang pernah kita lalui. Sampai jumpa" dia pergi... terdengar pintu depan tertutup. Rasanya seperti akan berpisah dengannya... perasaanku terluka... Bisa-bisanya dia memulai suatu hubungan kemudian juga memutuskannya secara sepihak. Menyebalkan! Ini membingungkan perasaanku jadi tidak karuan bercampur menjadi satu sehingga aku tidak tahu perasaanku yang sebenarnya...
Tbc...........

KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Let Go
RomancePokoknya sederhana aja~ Sekuat apapun penolakan di hati Jeonghan, namun Mingyu tetap mampu membuat dirinya sendiri masuk ke dalam relung hati Jeonghan... yang penasaran silahkan mampir...