Enaena

2.4K 43 0
                                    

Saat gue sedang membereskan toko, Onah datang menjemput gue yang sedang sibuk menghitung pemasukan di meja kerja gue.

"Mayon" teriak Onah dari luar ruangan yang bisa gue denger dengan jelas.

"Masuk nah"

Gue melihat sosok cantik menghampiri Gue.
"Onahku sayang" ujar gue sebelum kemudian di lempar baju oleh Onah.

"Apaan sih lebay deh" ujar Onah. "Ayok pulang" ajaknya.

"Belum beres"

"Beresin lah"

"Ini lagi"

"Ya buruan!"

"Iya iya ini di beresin"

"Alah lama!" keluh Onah.

"Eh kecoa, bisa diem enggak? Duduk aja sana"

"Si laler di suruh cepet malah ngomel"

"Brisik lu"

Jangan heran jika gue dan Onah sering bertengkar karena sebelum kami menikah kami adalah musuh bebuyutan yang kemudian saling merindukan saat di pisahkan jarak karena saat itu gue pindah kerja dan belum punya toko ini sampai pada akhirnya gue punya toko dan gue kumpulin niat dan mental buat ngelamar Onah. Karena background kita adalah musuh, saat gue ngelamar gue di kira becanda dan lamaran adalah jebakan biar Onah masuk perangkap. Padahal emang bener pernikahan adalah jebakan yang gue pasang buat Onah biar dia mau brojolin anak buat gue dan kita menjadi orang tua merawat anak sampai kita mempunyai cucu dan cicit.

Seonggok Rangga tiba-tiba saja masuk tanpa aba-aba.

"Bro!" sapanya nyelonong gitu aja.

"Oy, kebetulan. Onah udah jemput jadi elu beresin ya lanjutin" ujar gue sembari berdiri dari tempat duduk.

"Eh gue kan belum bilang apa-apa"

"Besok aja. Gue mau Enaena"

"Enaena?"

Gue menghampiri Onah dan kemudian melambaikan tangan pada Rangga, "Anterin kunci kerumah gue. Lu nguntit gue sunat dua kali" ujar gue sok berkuasa.

"Eh kadal!" Rangga memaki yang lebih tepatnya memanggil namun gue gak noleh gue langsung pergi meninggalkan ruangan itu dan pulang kerumah mengendarai minivan high mpv gue.

Saat tiba di rumah gue langsung menghambur ke kamar mandi untuk membersihkan diri sementara Onah langsung membereskan dapur. Selesai mandi gue menghampiri Onah yang sedang menonton televisi.

"Nah mandi gih!" ujar gue. Kemudian Onah mandi selesainya langsung maghrib dan kami sholat maghrib beserta isya berjamaah.

Setelah sholat gue dan Onah duduk berduaan kita duduk sampingan dengan bedan gue yang pelan-pelan mendekat. Layar televisi menunjukan adegan dramatis yang membuat Onah mengeluarkan air mata. Tangan kanan gue mengelus kepalanya kemudian merangkul dan merebahkan kepalanya di pundak gue sementara itu tangan kiri gue mengusap pelan paha Onah yang kebetulan mengenakan pjamas yang berbahan sangat lembut dan gue perkirakan itu tipis. Onah diam dan tidak memberontak. Gue mencium ujung kening istriku tercinta lalu Onah menatap gue penuh binar di matanya kami bertatapan, satu detik, dua detik wajah kami semakin dekat sampai pada akhirnya Onah memejamkan mata dan gue menempelkan bibir gue tepat di atas bibirnya. Bibir kami baru benar-benar menempel sampai tiba-tiba entah gue harus sebut dia manusia apa yang mengganggu aktifitas kami dengan menekn bel dan tak hentinya. Gue mendengus sementara Onah langsung menjauh sesaat.

"Coba buka pintu" ujar Onah.

"Males ah, ganggu aja" ujar gue.

"Ya udah" Onah berdiri dan membukakan pintu.

Lima detik kemudian gie mengikuti Onah dan penasaran siapa yang datang. Gue menghampiri Onah dan melihat seseorang yang menyebalkan.
Manisia setengah biawak! Sialan. Batin gue.

"Ngapain lu?" tanya gue pada Rangga.

"Nih" Rangga menyodorkan kunci berbandul minnie mouse pemberian Onah. Yaps. Kunci toko.

"Ganggu aja. Sana pulang" dengus gue.

"Kan tadi di suruh nagnterin"

"Udah, masuk dulu aja. Gaenak ngobrol depan pintu" Ajak Onah.

"Nahh" gue mengeluh.

"Gapapa Yon, kasian siapa tau biawak ini haus" ujar Onah.

Gue hanya diem membisu merasa kesal sekaligus senang Onah berada di pihak gue. Atu dia tidak memihak?

"Makasih nah nanti aja ya kapan-kapan" ujar Rangga.

Gue tersenyum kecut, "Bagus elu sadar" ujar gue lantang.

Rabgga memincingkan matanya, "Awas lu ya di toko gue bales" ujar Rangga.

"Macem-macem gue pecat"

"Udah-udah gausah ribut"

"Gue pulang" seru Rangga kemudian berbalik.

Gue dan Onah balik ke kamar. Onah naik ke ranjang gue mengikuti.

"Naahhh.. " ujar gue mengelus lengannya.

"Hmmm"

"Enaena"

"Ngantuk" Onah menyingkap selimutnya menutupi kepala.

Mood Onah mendadak menyebalkan. Siluman Biawak itu benar-benar bikin gue kesel tujuh rupa. Aktifitas auh auh gue yang seharusnya berjalan lancar demi anak lucu berpipi tembem digagalkan oleh Rangga. Gue mendengus kesal. Enatah bagaimana gue jelaskan perasaan gue saat gue sangat menginginkan auh auh tapi Onah menolak.

Akhirnya kita tidur saling membelakangi. Mata gue terpejam tapi belum tertidur lima belas menit kemudian gue merasakan Onah berbalik dan memeluk gue sembari mencium punggung gue dan dengan sigap gue langsung balik badan hingga posisi kami berhadapan. Gue tersenyum, dan menciun kening Onah.

"Enaena" ujar gue.

"he'em" Onah mengangguk manja.

Gue meresa girang sampai akhirnya lompat-lompat dan kasurnya jebol dan gak jadi auh auh karena di marahin Onah. Oke bukan gitu itu cuman imajinasi gue. Gue langsung gue menepis energi girang gue untuk berlompat ria dan menghindari kasur jebol dan akhirnya mengeles rambut Onah, makin turun dan turun sampai pada akhirnya gue mengelus paha Onah dengan lampu pencahayaan yang remang yang membuat gue semakin tergoda. Onah diam tak bereaksi sampai pada akhirnya gue meremas bokongnya dan Onah menghentikan langkah gue.

"Tunggu"

"Kenapa?"

"Pake pengaman"

Onah mengulurkan sebuah pengaman kepada gue dan dengan kesal gue terima. Sebenarnya gue gak mau memakainya tapi karena hasrat auh auh gue sudah menggebu akhirnya gue pake juga.

Bebi lucu berpipi gembul nanti aja yah papa cetak kamu, mama belum siap nak. Kamu sabar aja.

*****

Dikit dulu yaaaa sampai jumpa nanti.
Jangan lupa voment yaaa.
Ditunggu vote dan comment nya

FUNNY COUPLE (PASUTRI? GANTI JUDUL) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang