Chapter 4

3.9K 340 32
                                    

Cklek..

Sehun mau berterima kasih pada siapa saja karena dirinya bisa bernafas lega karena Luhan seketika berhenti menangis saat seseorang membuka pintu ruangannya. Dan sedikit kesal juga karena dirinya berniat akan memarahi Luhan jika saja pintu itu tidak terbuka.

"Astaga. Apa yang terjadi?" Ucap seorang wanita dengan menggendong seorang bocah berusia 5 tahun. Sedikit terkejut karena posisi Sehun sedikit menindih Luhan di sandaran sofa. Walau maksudnya Sehun hanya ingin membuat Luhan terdiam dengan raungan seperti singanya. Tapi tentu jelas berbeda bagi siapa saja yang baru datang mengartikan apa yang telah mereka lakukan.

"SSAEM!"

"Boa noona?"

...RICHMAN...

"Astaga Sehun kenapa anak didikku sampai menangis. Apa kau memarahinya?"Tanya Boa cemas menghampiri Sehun yang terlihat diam tak berkutik.

" SSAEM!..-hikss"Isak Luhan berlari untuk bersembunyi di belakang punggung Boa.

"Luhan? Astaga kau kenapa?" Boa sedikit memutar kepalanya melirik Luhan yang berada di belakangnya.

"Ssaem.. Aku ingin pindah saja hikss." Adu Luhan meremat punggung Kemeja Boa dengan sedikit kasar

"Tapi kenapa?" Boa menambahkan dengan dahi menyerngit tak mengerti dengan apa yang sebenarnya sang Direktur dan siswi prakerinnya lakukan. Boa sempat melirik - lirik kearah Sehun dan Luhan bergantian. Berharap diantara keduanya bersuara untuk menjelaskan hal apa yang membuat mereka tampak resah.

"Pokonya aku tidak mau disini lagi ssaem!" Tegasnya dengan menghentak - hentakkan kakinya lucu tak lupa dengan bibir yang selalu mengerucut imut dengan tingkah kesalnya.

Boa yang sempat akan marah pada Luhan karena tak mengerti sedikit mereda melihat tingkah menggemaskan anak didiknya yang akan menginjak umur 18 tahun. Jaehwi yang melihat tingkah Luhan pun bertepuk senang hingga tertawa di gendongan Boa menganggap bahwa yang dilakukan Luhan itu adalah sebuah lelucon menggemaskan untuk menghiburnya.

"Aku mau pindah!" Ulangnya lagi. Kali ini Luhan mengembungkan pipinya imut dan melipat kedua tangannya kesal. Tentu saja hal itu membuat semua orang tertawa dan berlomba - lomba ingin membawa pulang Luhan karena tingkat menggemaskannya melebihi bayi maupun balita didunia. Sehun yang sempat terdiam pun tersenyum melihat tingkah konyol Luhan yang selalu membuatnya ingin cepat mengantongi Luhan untuk dirinya sendiri.

"Tidak bisa. Kau tidak akan pernah bisa pindah." Potong Sehun dengan nada tegasnya menatap tajam Luhan yang menatap dirinya tak kalah tajam.

"Dan kenapa aku tidak bisa pindah?" Tanyanya dengan nada kesalnya.

Sehun maupun Luhan sempat terdiam karena acara saling menatap mereka yang cukup mengartikan perdebatan versus. Keduanya saling menatap tak berkedip sebelum Sehun memalingkan wajahnya terlebih dahulu takut dirinya tak bisa menahan diri lagi melihat bibir Luhan yang terus mengerucut imut. Karena objek kedua Sehun setelah menatap kedua bola mata Luhan adalah bibir tipisnya yang begitu mengundang gairahnya untuk segera melahap habis bibirnya. Oh astaga ini berlebihan. Tapi siapapun bisa mengerti itu jika seorang pria melihat gadis remaja yang ingin terlihat kesal tapi terlihat gagal dimata Sehun karena nyatanya Luhan selalu menampilkan aura menggemaskannya.

"Kau memang tidak bisa pindah dengan mudah nona Xiao Lu. Kau terikat kontrak denganku." Katanya membuat Luhan menggelengkan kepalanya tak setuju.

RICHMAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang