Budayakan vote sebelum membaca dan koment setelah membaca, thankyou:)
Hari demi hari dalam ruangan terasa hening dan hanya suara detak jantung yg menggema diseluruh ruangan. Lia belum sadarkan diri dari kecelakaan yg terjadi seminggu yg lalu. Lia mengalami luka yg mendalam cukup parah, hingga dia koma lebih dari seminggu entah kapan lia sadarkan diri.
"Tata kapan lo bangun? Gua, Riska dan Rafa nungguin lo" tetesan air pun jatuh tepat dihadapan muka Thalia yg pucat dan tak berdaya itu. (Tata adalah panggilan Irene dan nyokap nya ke Thalia)
"Iya Lia, kapan lo bangun kita semua kangen sama lo, asal lo tau dibikin nunggu itu gak enak sakit tau apalagi ditambah rindu. Lo ga kasian apa sama gua Lia, disekolah gua duduk sendiri sedangkan lo hanya bisa tiduran diatas ranjang kasur dalam ruangan berAC ini. Gak ada lo itu kelas kita sepi Lia. Ayo dong lia bangunnn!!! " Riskapun tak kalah deras nya meneteskan air matanya.
tangisan demi tangisan dalam ruangan melihat kondisi Lia yg tak berdaya ini.
"Lo ceramah, curhat atau latihan puisi? Orang lagi sakit lo nyerocos aja kek burung beo" cetus rafael.
(nyengir) "maafin, maklumlah gua kangen sama Lia sahabat gua sendiri. Bayangin deh udah seminggu loh gua ga curhat sama Lia" jawab Riska sambil mengangkat sepuluh jari saat mengatakan udah seminggu loh.
"Heh lo bego atau ogeb si!, diajarin gak si sama guru lo. Seminggu itu tujuh hari kenapa jari lo sepuluh bego! "
"Oh iyaa gua lupa sorry terlalu terbawa suasana nih gua" mengusap air matanya "lagian lo juga kenapa gak ngasih tau gua si kalo seminggu itu tujuh hari" sambung Riska memasang wajah yg tak berdosa itu kepada rafael.
"Njir, semerdeka lo udah. Ngomong sama lo sampai gorilla bertelur juga gabakal selesai" rafael mendecak kesal.
"Pinter tau aja lo kutil kebo, jadi sayang deh gua sama lo" ucap Riska cengengesan.
"Arghhh!!! Gua sleding juga lu!" Rafael menahan amarah nya untuk tidak menga
Habisi cewek aneh dihadapannya."Wle! Emang gua takut sama lo" Riska tersenyum sinis.
"Untung lo temennya Lia masih bisa sabar gua, kalo gak udah gua mutilasi kali lo, tapi karena gua menaati peraturan pancasila negara Republik Indonesia jadi gua hargai lo sebagai warga negara yg baik" cetus Rafael merasa diri nya paling bijak.
"Hey! kalian kenapa ribut mulu si gak ada akurnya apa! kapan kalian akur coba?" Irene sebagai kakak yg baik berusaha menengahi mereka supaya berhenti adu mulut kalo nggak udah berabe udah tuh ruang jadi pasar malem.
"Kapan-kapan"serempak Riska dan Rafael.
Mereka berdua saling melirik dengan tatapan tajam.
"Yaudah minta maaf sekarang!" Ucap Irene memegang tangan mereka untuk saling minta maaf.
"Ogah!" Serempak lagi Riska dan Rafael, melepaskan genggaman tangan Irene dengan kasar
"Istt lo ngikutin gua mulu ya!" Geram riska sambil mengangkat dan mengepal kedua tangannya.
"Idihh ke-GRan lo siapa juga yg ngikutin.mau banget gua ikutin" ucap Rafael tak mau mengalah
"Stoppp!!! bisa berhenti bertengkar dulu gak si? ini rumah sakit bukan pasar malem. Udah tau temen lo pada lagi sakit bukan nya ngedoain biar Lia cepet sadar malah ribut di sini" bentak irene hampir kehabisan kesabaran.
"Iya kak gua minta maaf" jawab riska dengan rasa sangat bersalah.
"Gua juga sorry kak"
"Yaudah, lo pada udah makan belum?" Tanya Irene memberi perhatian pada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Kapten Hati Lia
RandomCover by: Mira Susanti "Ngomong-ngomong cinta nih, pas gue tadi udah hampir nyerah banget. Eh, ada orang yang bikin gue semangat lagi" Happy Reading 🙂