Mimpi Buruk

498 31 15
                                    


Warning!! Ada adegan kekerasan!

Jan lupa Vote dan komen❤

Enjoy for reading gaees~~

~•~•~

PRAAANG!!!

Suara vas bunga itu memekakkan telinga. Ibu kembali menusukku dengan serpihan kaca yang berserakan di lantai ruang keluarga.

Darah segar mengalir dari bekas luka di kepalaku.

Ibu benar-benar tidak memberi ampun.

Aku sudah sering mendengar semua orang, bahkan ayah dan kakak laki-laki ku, mengatakan bahwa ibu memiliki gangguan kejiwaan.

Ia suka marah tanpa sebab dan selalu melampiaskan kekesalan nya kepadaku.

Saat ia mulai kehilangan kendali, semua orang akan menjauhinya, dan, membiarkan tubuh mungil ku menanggung semua kepedihan.

Sama seperti malam ini. Ibu kembali berteriak kencang kepadaku. Ayah dan kakak laki-laki ku bersembunyi didapur, ketakutan.

Terlihat jelas oleh mata hijauku, walaupun sedikit tertutup poni.

Ibu kembali menghantam ku. Sekarang, menggunakan kursi besi yang ada di sekitar nya.

Entahlah.

Hari ini, amarah ibu sangat mengerikan.

Apakah aku masih diberi kesempatan hidup oleh tuhan??

Kursi itu menyentuh permukaan kulit putihku.

BRRAAK!!! 

Senyumku sedikit mengembang. Perlahan mataku tertutup pelan. Aku yakin masih hidup. Karena detak jantung ku masih bekerja.

Gelap seketika.

~•~•~

"Permisi. Nona! Nona! Kau baik-baik saja?"

Sesuatu -Oh- atau maksudku, seseorang mengguncang tubuh ku kuat. Seakan-akan aku ini akan mati.

Dengan malas aku membuka mata sayu. Seorang laki-laki tinggi berdiri didepanku dengan tatapan khawatir.

Rambutnya berwarna biru tua. Walau hanya dibantu dengan cahaya bulan, sosok laki-laki itu terlihat jelas oleh mata hijauku.

"Kau baik-baik saja, nona?" tanyanya untuk kedua kali.

Sebelum benar-benar sadar apa yang terjadi, tubuh ku terasa ringan. Aku melirik kesana kemari.

Duduk dikursi taman yang sepi dengan seorang laki-laki asing terlihat membingungkan.

Saat menoleh untuk bertanya kepada laki-laki aneh itu, ia sudah berbicara mendahuluiku.

"Rao. Rao Houten. Namaku" perkenalan yang terdengar menggelikan.

Aku menatap datar kedalam matanya yang berwarna biru tosca.

Mata yang indah.

"Namamu? Nona?" ia bertanya tidak sabaran. Mungkin karena sedari tadi hanya dibalas dengan tatapan datar.

"Qe. Qe Cevinna. Ini... dimana, ya?"

Rao menatapku dingin. Mungkin ia berpikir aku gadis aneh yang tersesat di kota antah berantah lalu tertidur dikursi taman.

"Kau ada di taman belakang sekolah. P. A. S. School, lebih tepatnya. Aku heran, mengapa kau bisa sampai disini? Apa kau punya penyakit amnesia jangka pendek?"
Jawabnya dengan sedikit kekehan.

Penjelasannya terlihat meyakinkan, sedangkan pertanyaan yang ia lontarkan terlihat seperti candaan yang garing.

Aku menggeleng.

"Entahlah. Yang pasti, saat membuka mata, hanya dirimu yang kulihat"  keraguan yang bisa kuberikan.

Rao tersenyum. Kalau begitu, ia memiliki seorang teman perempuan sekarang.

"Oi.. Qe. Bagaimana kalau kau masuk kesekolah ini, mendaftar, mengikuti pelajaran, lalu lulus dengan tenang. Bagaimana?"

ide gila itu terlintas dalam pikirannya? Yang benar saja?!

Aku berpikir sejenak, tidak ada salahnya. Sebagai jawaban aku mengangguk pelan. Rao kembali tersenyum.

"Umurmu?"

"15 tahun"

"Oke. Kita seumuran. Kemungkinan besar kita satu kelas. Ayo keruang kepala sekolah"

Rao berjalan terlebih dahulu. Meninggalkanku dibelakangnya, yang sedang berpikir sejenak.

Author Pov's

"Hei! Ini sudah jam berapa? Bagaimana jika kepala sekolah masih tidur?"

Rao berbalik. Menatap lekat mata hijau zamrud milik Qe. Ia baru sadar, mata itu indah dan terlihat memiliki magnet terhadap sesuatu, atau, hanya perasaannya saja.

Ini bukan saatnya memikirkan hal seperti itu. Batinnya berusaha sadar dari hipnotis mata hijau tersebut.

"Mrs. Xilla, namanya. Sekarang, hm... Jam 6 pagi" jawab Rao sambil mengangkat telunjuk kirinya dan menunjuk langit.

Qe melirik keatas. Benar. Cahaya bulan yang tadinya menyinari bumi berganti dengan cahaya matahari pagi yang lembut namun sedikit menyengat kulit pucatnya.

Rao kembali berjalan, dengan segera Qe berdiri dari kursi, berlari mengejar ketertinggalannya.

~•~•~

Kursi goyang didalam ruangan gelap itu bergerak teratur. Menghasilkan bunyi decitan yang mengganggu.

Sang pengguna, duduk dengan tenang dan berpangku tangan santai sambil fokus melihat objeknya.

"Hee... Lihatlah mereka berdua"

Ia menyeringai.

"Terlihat sangat menyedihkan"

~•~•~

Next??

Mohon Voment nya kawan kawan seperjuangan.

Kritik dan saran dibutuhkan, atau ide cerita yang gila juga boleh 👍👍

Terimakasih~~
By Sweetghost

Qe [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang