Menggantung

166 20 16
                                    

Jan lupa vote dan komen❤

Enjoy for reading gaeess.... 😊😊

~•~•~

Dua hari kemudian...

"Besok perlombaannya. Apa saja yang sudah kau siapkan??"

"Aku sangat gugup untuk besok"

"Aku sudah menyiapkan pistol terbaik"

Suara bising memenuhi pendengaranku. Dalam dua hari terakhir, aku akhirnya melihat sekolah ini hidup.

Siswa-siswi saling bertatap wajah dan berbicara, ya... Walaupun percakapannya sangat tidak pantas untuk dibicarakan oleh anak sekolah.

Dalam dua hari juga, tidak ada hal-hal aneh. Kehidupan sekolahku normal. Tidak ada pembunuhan atau pun perselisihan.

Rao?? Kami tidak pernah berbicara semenjak kejadian dikelas dua hari yang lalu.

Namun, tatapannya tidak berubah, tetap dingin. Tapi ia tidak pernah mengajakku berbicara, ia hanya terus menatapku.

Sama seperti sekarang.

Tatapan tajamnya tertuju kearahku. Padahal aku keperpustakaan untuk mengistirahatkan telinga dari keributan luar.

Tapi sekarang, suasana tidak nyaman menghantui.

Kami saling berhadapan dibatasi dengan meja panjang perpustakaan.

Didalam keheningan, suara napas kami yang teratur sebagai pengiring suasana.

"Hei... Qe" aku menghela napas lega. Akhirnya ia mengeluarkan suara. Aku sudah hampir kehabisan napas jika dalam situasi yang sama.

"Maaf" lanjutnya. Aku bosan dengan kata itu.

"Ya" balasku pelan.

Kenapa ia menganggap pembunuhan itu sesuatu yang bisa dimaafkan dengan mudah??

Aku terkadang merasa heran dengan jalan pikiran Mrs. Xilla maupun siswa-siswinya.

Sekolah apa ini sebenarnya?? Setahuku, tidak ada sekolah seperti ini dijaman sekarang.

Ataukah... Ini bukan jaman sekarang??

"Ada yang ingin kau tanyakan padaku, Qe??" suara berat itu mengembalikan kesadaranku.

Aku menggeleng pelan, menghilangkan imajinasi gila yang sempat terlintas. Mana mungkin aku terlempar kemasa lalu.

"Hm... Aku ingin menanyakan sesuatu" kemudian aku berhenti berbicara. Menatap mata Rao, dan mencari ketulusan dimatanya.

Syukurlah. Ada ketulusan disana.

"Sudah berapa tahun sekolah ini berdiri??"

"Lima belas tahun"

"Apakah dari dulu Mrs. Xilla kepala sekolah disini??"

"Ya"

Aku terdiam. Berpikir sejenak. Rao benar-benar menjawab semua pertanyaanku.

"Ber - huh - berapa umur Mrs. Xilla??"

"Tigapuluh lima tahun"

Aku kagum. Itu masih sangat muda. Ia sudah menjadi kepala sekolah dari umur duapuluh.

Pertanyaan kali ini, apakah ia bisa menjawabnya??

Aku memutar mata, berpikir. Mencari pertanyaan yang sedikit melenceng dari jalur.

Qe [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang