× Amy ×
"Filmnya jelek ya, tadi?"
Aku membuka percakapan, aku dan Luke baru keluar dari bioskop, habis nonton film... aku gak tau, aku lupa judulnya udah gitu filmnya gak jelas. Aku lihat Luke, ia mengangguk. Ini hari Sabtu dan aku lagi berkencan dengan Luke sekarang. (Aku anggap ini kencan)
"Aku gak lapar, Kamu lapar, Amy?" Luke bertanya, aku menggeleng. Aku gak tau harus kemana lagi, aku gak mau kalau cukup sampai sini doang, terus pulang? Big no... "Shopping yuk!" Kata-kata itu keluar dari mulutku tanpa aku mau, serius deh. Luke mengerutkan alisnya, "Seriously?"
Aku mengangguk sambil tersenyum, memasang wajah memohon, dan dia mengangguk. Aku dan Luke kembali berjalan menuju toko-toko baju, sepatu, terserah apalagi. "Biasanya, kalau lagi jalan kayak gini, cowo suka megang tangan cewenya dengan tiba-tiba, kan?" Aku tertawa, dia menyengir, "Mungkin?"
Aku dan Luke sama-sama tertawa, "Bagaimana kalau aku meminta izin padamu?" Heh? "Izin apa?" Dia menggaruk bagian belakang kepalanya,
"Memegang tanganmu."
SUMPAH AKU TIDAK PERCAYA LUKE BERKATA BEGITU!
LUKE MODUS!
KAWAN AKU SUDAH TIDAK WARAS!
Seriously, aku bingung harus berkata apa, aku hanya tertawa, pura-pura tertawa, oke. "Takut banget aku hilang, eh?" Aku menatapnya, Luke tersenyum-senyum malu lalu mengangguk. Luke dengan cepat menggengam tanganku, "Apa boleh buat? Aku tidak tahan lagi, kau lama sekali menjawabnya."
Dia mencuri kata-kata ku! Yaampun, aku tersenyum begitupun dengan Luke. Kau percaya atau tidak? Luke unyu Hemmings itu mengenggam tanganku, kau tahu aku menyukainya? Menyukainya lebih dari setengah tahun? Kau tahu kalau aku baru berani memberi pesan kepadanya tiga minggu lalu?
Luke mengajakku mengobrol terus-menerus. Membicarakan CC, Ashton dan Michael, rambutnya kalau lagi berantakkan, dan buku sejarah aku. Bagaimana kalau aku menanyakan tent--
"Luke, kau menyukai Hillary ya? Atau apa? Sesekali aku melihatmu dengan Hillary berjalan bersama, kau merangkulnya, kau menggengam tangannya, kau membetulkan rambutnya yang berantakkan, kau mengusap-usap rambutnya, kau membetulkan kacamatanya yang melorot, bahkan, aku pernah melihat kau membetulkan tali sepatunya yang lepas."
Berikan tepuk tangan yang meriah untuk Amy Zenith. Kenapa tiba-tiba kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku, padahal aku sudah bilang pada mulutku kalau itu tidak boleh disampaikan kepada Luke. Dan sialnya lagi, air mata ku mau turun, jangan sampai pipiku menjadi sungai.
"Amy, kau berkata apa?" Hanya itu yang dikatakan Luke, ia melepaskan genggamannya, terdiam didepan ku, kami berhenti berjalan disaat aku bilang kata-kata gila tadi. "Aku tidak tahu, aku tidak menyukainya, tidak mencintainya, tidak menganggapnya sebagai sahabat ataupun teman, aku tidak mengerti."
Luke mengambil jeda, "Dia itu seperti orang asing bagiku." Aku menatap wajahnya yang kelihatan bingung, sangat polos, panik, apalagi? Aku tak tahu. "Tapi kau memperlakukannya seperti kau menyukainya." Seriously... Amy Zenith menyedihkan sekali. Dia mengangkat bahunya, tepat sekali, lagi-lagi aku menangis didepan Luke.
"Jangan menangis, Amy Zenith." Dia memegang wajahku, mengusap air mataku. "Amy Zenith, aku mau beli sesuatu untukmu, ayo!" Luke langsung mengenggam tanganku, lalu menarik tanganku dengan cepat.
×
Amy: Haha, terimakasih untuk beanie-nya, Luke.
Luke: Sama-sama!
Amy: Menurutmu, kalau aku menangis didepanmu, alasannya apa?
Luke: Alasan kau menangis?
Luke: Karena kau sedih, karena kau cemburu?
Amy: Cemburu?
Luke: Aku peka, kan?
Amy: ASTAGA LUKE AKU TIDAK MENYUKAIMU
Luke: Hey, aku tidak bilang kalau kau menyukai ku!
Amy: Oke.
Luke: Aku bercanda soal kau cemburu, alasan yang tepat menurutku karena kau sedih.
Luke: Oke, Amy Zenith, jangan menangis lagi? Selamat malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
LA :: l.h
FanfictionIni tentang Luke dan Amy. Bukan tentang kota Los Angeles. VOTE AND COMMENTS, OKAY?