luke & amy - 46

835 113 0
                                    

Luke: Jadi atau tidak? Aku malas, nih.

Amy: Tidak, deh. Ini sudah pukul delapan malam dan besok masih sekolah.

Luke: Jadi, deh! Aku udah bangun soalnya!

Amy: Tidak usah!

Luke: Love, aku sudah bangun, 10 menit aku akan datang.

×

× Amy ×

"Hemmings, aku tidak suka kalau kau memanggil ku dengan love, panggilan macam apa itu!"

Well, kau tahu kan, Luke akan menemaniku pergi malam ini. Sebenarnya aku meminta Luke untuk menemani aku ke fresh market, bukan ke festival malam atau sejenisnya sesuai imajinasimu. Aku tahu aku bisa meminta kepada Mom atau Dad untuk menemani ku, tapi, mereka sedang pergi dan akan pulang malam.

"Panggilan, uhm, sayang?" Kata Luke tiba-tiba, aku menatapnya, "Heh? Panggilan sayang macam love? Aku jijik, tahu." Aku mendengar Luke tertawa, "Yaudah, aku ganti." Jawab Luke, aku memasukkan sereal ke dalam keranjang, "Jadi apa?" Aku bertanya, "Gaperlu tau, nanti kamu protes!"

Aku dan Luke berjalan ke kasir, "Hanya ini?" Aku dan Luke mengangguk, setelah aku membayar, aku dan Luke menuju mobil Luke lalu menaruh barang-barang yang tadi ku beli, "Toko musik! Buruan, Luke!" Aku menarik tangan Luke dengan cepat, aku tahu sekarang pukul sepuluh malam, dan beberapa menit lagi toko itu akan tutup.

Aku masuk ke dalam, pelayan yang disamping pintu tersenyum ramah, "Anda punya waktu lima menit, toko ini akan tutup." Aku mengangguk pertanda mengerti, aku menarik tangan Luke, agar ia tidak hilang dan aku tidak harus mencarinya. "Ngapain kesini? Tokonya sudah mau tutup kau malah--"

"Ini dia! Cepat, kan? Ayo ke kasir!" Aku menarik tangan Luke lagi menuju kasir. "Malam-malam begini hanya ingin membeli album terbaru Katy Perry?" Tanya pelayan tadi yang berada disamping pintu, "Ini belum malam." Pelayan tadi menatapku dengan tatapan dasar-perempuan-aneh.

"Katy Perry? Seriously, Zenith? Seleramu--" Astaga, "Luke, hadiah untuk Dad." Luke terdiam kemudian tertawa pelan, "Zenith? Nama-mu Zenith?" Aku mengganguk, "Aneh sekali, oh, maaf, ini kembaliannya." Dia menyengir, aku mengambil kembalian ku, "Dasar pelayan tidak sopan, Terimakasih."

Aku tersenyum kepadanya lalu menarik Luke keluar dari toko, "Hadiah untuk Dad? Dia berulang tahun? Seriously, kapan?" Dia bertanya sambil menyalakan mobil, "Besok, kenapa?" Aku menatap Luke, lalu Luke mulai menyetir mobil. "Aku gak diundang makan malam?" Goda Luke, dia tertawa. Aku berpikir sejenak, aduh, ada sesuatu yang harus aku katakan pada Luke.

"Hey, aku bercanda, Zen--"

"Makan malam?"

"Yaampun, cukup! Aku hanya bercanda, Amy, kau waras tid--"

"Oh, Ya Tuhan! Aku lupa sesuatu!" Aku teringat sesuatu itu yang harus ku katakan pada Luke. "Ada apa?" Tanya Luke dengan heran, ingat waktu aku menghilang dari mereka dan membuat mereka (sampai sekarang aku tidak tahu mereka itu siapa saja) khawatir? Waktu itu, Dad bilang padaku, setelah ujian aku, kita (aku, Mom dan Dad) akan pergi ke Italia!

Aku menolak ajakan Dad waktu itu, karena aku berencana setelah ujian aku akan menggila dengan Luke dan CC (ini baru rencana ku). Tapi setelah Dad bilang padaku kalau aku boleh mengajak satu teman ku, aku langsung setuju padanya. Aku baru mengajak Clarisse kemarin, tapi dia bilang tidak bisa karena dia harus ke Amerika setelah ujian nanti.

Setelah itu, aku langsung teringat pada Luke. Tapi gila saja! Aku bisa-bisa diejek Mom seperti 'Dad, anakmu itu mengajak pacarnya, bukan temannya.' Jadi, aku mengajak Calum terlebih dahulu. Dan sialan, Calum tidak bisa karena dia sudah berjanji akan berlibur dengan teman lamanya.

Sayang sekali, kan, jika aku mengajak teman-temanku yang tidak terlalu dekat denganku? Jadi, kenapa tidak? "Aku mengajakmu liburan setelah kita ujian nanti." Aku menatapnya, Luke terkejut. "Seriously? Kemana?" Tanyanya dengan cepat, "Italia."

Luke menganga, lalu aku merasa kalau Luke sedang berpikir. "Italia? Aku akan coba bilang kepada Mom dan Dad." Aku tersenyum dan diapun juga tersenyum, "Jangan pikirkan soal tiket pesawat, karena Dad akan membayarkanmu! Aku boleh mengajak satu teman--oke, kau bukan temanku, jadi, aku mengajakmu!"

Aku berseru, Luke menggeleng dengan cepat, "Kau mempermalukan aku, tidak! Love, kalau kau mau aku ikut, aku bayar sendiri." Dia menolak, "Luke! Tapi, aku yang mengajakmu, kan? Yang mengajak berrarti yang membayar, diamlah, ikuti saja!" Luke tetap menolak dan ia bilang kalau ia tidak mau ikut, dasar laki-laki berkepala batu kerikil!

"Aku benci padamu, turunkan aku disini saja." Aku mendengus kesal, lalu Luke memberhentikan mobilnya, sebelum aku ingin membuka pintu mobil, Luke mencegah ku. "Jangan terlalu dramatis, love! Ayolah, aku akan bicara pada Mom dan Dad kalau aku diajak oleh teman--pacarku, ke Italia, dan tiket pesawatnya gratis."

Aku berhenti, lalu tersenyum. "Itu, kan, kemauan pacarku?" Dia masih menggengam tanganku, aku mengangguk. Aku tersenyum puas padanya, "Kau terlalu dramatis tadi, aku geli." Aku tertawa lalu memeluk Luke, "Terimakasih, love." Aku memeluknya lalu dia memelukku. "Wait, kau juga memanggilku love, astaga!"

"Terpaksa, diamlah." Aku melepaskan pelukan tersebut lalu Luke mulai menyetir mobil kembali. "Oh, aku lupa sebentar lagi ujian." Kata ku, Luke setuju padaku kalau ujian adalah hari kematian bagi para murid. Siapa yang tidak benci dengan ujian? "Besok ada acara makan malam dirumah, pukul tujuh malam, oke?"

"Seriously? Makan malam acara ulang tahun--"

"Jangan banyak omong, datang saja, pastikan kau sangat tampan besok, pastikan juga kalau kau boleh pergi ke Italia." Kata ku panjang lebar, sebenarnya tidak ada acara makan malam, sih. Dad bilang kita merayakannya di Italia saja, itu lebih keren, katanya. Tapi, apa boleh buat, ini pasti akan menyenangkan!

"Aku lelah, sampai besok." Kata Luke, oh, sudah sampai rumah rupanya. "Aku sendirian dirumah," Kata ku sambil menarik barang-barang yang ku beli, "Ini kpde sekali, love. Mau kutemani?" Tawarnya, aku menggeleng. "Aku hanya memberitahu, salah, ya? Selamat malam, Luke love Zenith."

"HEY NAMA MACAM APA ITU HAHAHA!"

Luke polos memang memalukkan, aku akui. Aku berterimakasih kepadanya lalu tersenyum, lalu aku turun dari mobil. "Kenapa masih diam aja? Cepat pulang, love. Kau lelah, kan?" Ya, dia sampai sekarang juga belum melajukan mobilnya. "Aku belum dapat kecupan! Aku tidak mau pulang!" Teriak Luke dari dalam mobil, aku tertawa mendengarnya.

"Aku keberatan membawa barang, See you tomorrow!" Aku langsung berbalik lalu membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. Aku tertawa mengingat kejadian-kejadian tadi, setengah tahun aku ingin berkenalan dengannya agar ingin mendapatinya, kini aku mendapatinya dalam tujuh minggu minus 2 hari, benar, kan? Aku harap benar.

LA :: l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang