Sebelas

2.6K 238 4
                                    

Yoochun menghela napas untuk yang kesekian kali, tangannya bergerak memijit daerah kepalanya yang sedikit pusing. Lelaki itu menatap kosong Tv di depannya. Ini sudah ketiga harinya dia seperti orang kurang akal, duduk termenung setiap kembali ke rumah, padahal selagi di kantor, dia baik-baik saja, tapi entah kenapa setiap memasuki rumahnya, seketika perasaannya berubah dalam sedetik.

Dia paham betul apa yang terjadi pada dirinya, bahkan Sunny seringkali menasehatinya dan berkata. "Sudahlah, sebaiknya kita batalkan saja semuanya!" tapi dia selalu menggeleng dan memberikan alasan yang sama setiap kali Sunny mengingatkannya.

Baekhyun yang baru turun dari kamarnya berhenti berjalan saat melihat Yoochun sedang duduk diam sambil menyesap kopi. Namja manis itu meletakkan barang yang dibawanya ke atas meja, kemudian menghampiri ke arah Sofa dimana Yoochun berada.

"Kau termenung lagi, Ayah," ucap Baekhyun ketika sudah berada di samping lelaki itu.

Yoochun terlonjak kaget, kemudian melirik ke arah Baekhyun yang sedang menatapnya penuh iba. Yoochun cuma membalas dengan senyumannya.

"Ayah hanya menenangkan pikiran, Baek!" balasnya tersenyun lembut. Baekhyun menghela napas lelah, selalu saja kalimat itu yang diucapkan Yoochun, seperti kehabisan kosa kata saja. Atau memang Yoochun tak berniat menjawab, tapi terpaksa karena Baekhyun yang kelewat khawatir.

"Baik, itu adalah ke dua-puluh-limanya Ayah mengucapkan hal yang sama, dalam kurun waktu tiga hari." ujar Baekhyun seakan mengingatkan, dan hanya dibalas tawa renyah Yoochun. Tidak Ayah, tidak anak sama-sama suka tertawa tidak jelas! pikir Baekhyun menatap dongkol ke arah Yoochun yang masih terkekeh di sofa, dan kembali menyesap kopinya.

"Kau mau kemana, Baek?" tanya Yoochun, ketika melihat Baekhyun sudah beranjak darinya. Mata lelaki itu melirik ke arah namja yang sedang memegang sebuah kotak besar di tangannya.

"Aku mau minta izin untuk ke rumah Yifan Hyung. Dia mengundangku ke acara Ulang Tahunnya," ujar Baekhyun, memang tadinya dia sekalian mau minta izin Appanya.

"Yifan? Teman Chanyeol itu bukan?" tanya Yoochun mengerutkan dahi mencoba mengingat-ngingat.

"Ah ya, dia memang teman Chanyeol Ayah," balas Baekhyun tidak bohong. Memang benarkan kalau Yifan itu teman anaknya.

Yoochun menghela napas, kemudian mengangguk. "Pergilah, tapi jangan pulang terlalu larut," seru Yoochun. Baekhyun hanya mengangguk patuh.

Baekhyun melirik ke arah Appanya, kemudian berdehem pelan. "Emm, apa Chanyeol belum pulang?" tanya Baekhyun pelan.

Yoochun menoleh dan melihat raut bingung dari wajah namja manis di dekatnya. Baekhyun sedang menunduk, takut-takut kalau pertanyaannya menyakiti hati Yoochun atau mengingatkan Yoochun pada malam hari itu. Yoochun diam, sebenarnya ini memang salahnya yang terlalu keras dengan Chanyeol malam itu, dan tidak seharusnya juga dia sampai menampar dua kali wajah anaknya, namun melihat tingkah namja itu yang semakin kelewatan malah membuat darah Yoochun naik.

"Bahkan dia sama sekali tidak pulang, Baek." balas Yoochun masih dengan senyum. Baekhyun tak enak hati, dia kembali berdehem karena merasa suasana di sini terasa canggung. Ucapan Yoochun tidak salah, bahkan Chanyeol tak muncul di sekolah mereka. Kemana perginya namja itu pun Baekhyun tidak tahu.

"Ya sudah Ayah, nanti aku tanyakan ke Yifan Hyung saja, siapa tau Chanyeol ada di rumahnya," ujar Baekhyun sambil berlalu pamit dari rumah dan bergegas ke bagasi untuk mengambil sepeda milik Chanyeol. Karena dia tidak bisa mengendarai mobil, dan lagi dia terlalu malas naik bus malam-malam begini, jadi diputuskannya untuk pakai sepeda saja. Hitung-hitung jalan malam pikirnya.

Namja manis itu mengendarai sepedanya sambil sesekali tertawa, dia langsung berteriak senang ketika angin malam dengan sengaja menerpa lembut wajahnya. Bahkan Baekhyun tak henti-hentinya menyunggingkan senyuman di sepanjang jalan.

Sweet Lies -Chanbaek- (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang