Part 3

2.7K 406 150
                                    

Ada yang menunggu kelanjutan ff ini?

Happy Reading!

.
.
.
.
.

"Wen, kamu udah gak ada jam ngajar lagi?" tanya seorang dosen cantik bermata sipit ketika melihat Wendy sedang membereskan mejanya ㅡlebih tepatnya sih, meja Bu Yoonaㅡ.

"Udah enggak ada lagi nih, Seul. Kebetulan hari ini cuma satu kelas aja." Wendy tersenyum pada dosen cantik bernama Seulgi tersebut.

Seulgi menghela napas. "Enak banget. Aku masih harus ngajar tiga kelas lagi." lalu dia tersenyum pada Wendy. "Kamu jadinya langsung pulang?"

Wendy mengangguk. "Iya nih. Aku mau langsung pulang soalnya ada urusan."

"Oh begitu.. Ya udah, kamu hati-hati ya! Kapan-kapan aku mau main ke rumah kamu. Boleh gak, Wen?"

Wendy mengangguk antusias. "Boleh banget, Seul."

Seulgi adalah dosen pertama yang menyapa dan mau berteman dengan Wendy saat perempuan setengah Kanada itu menginjakkan kaki di ruang dosen. Makanya saat si cantik bermarga Kang itu ingin berkunjung ke rumah, Wendy dengan senang hati menerimanya.

"Yes!" Seulgi bersorak, membuat Wendy tertawa kecil.

"Kamu mau ke lantai dasar sekarang?" tanya Seulgi. Wendy mengangguk.

"Barengan yuk! Aku juga mau ke lantai dasar. Mau makan dulu sebelum ngajar. Hehehe." ajak Seulgi.

"Yuk!"

Wendy dan Seulgi keluar dari ruang dosen. Selama di lift, mereka saling bercerita tentang apa saja. Setelah sampai di lantai dasar, mereka berpisah. Wendy berjalan menuju pintu keluar, sementara Seulgi berjalan menuju kantin.

Wendy berdiri di dekat pos satpam. Si cantik keturunan Kanada itu mengeluarkan handphone dari dalam tas. Setelah menekan beberapa nomor di layar handphone, Wendy mendekatkan benda persegi panjang tersebut ke telinga.

"Halo, aku udah selesai ngajar. Baru aja mau pulang. Kamu masih di sana?"

"..........................."

"Oh begitu. Gak apa-apa. Aku pulang sendiri aja hehe."

".............."

"Beneran hehe. Gak apa-apa kok. Aku pesan ojek online aja. Kamu jangan lupa makan dan jangan terlalu maksain diri ya."

"..........."

"Me too."

Setelah mengakhiri panggilan, Wendy menghela napas. Dia lalu membuka aplikasi ojek online dan mengorder. Orderannya diaccept dengan cepat.

Wendy tersenyum. Dia tidak perlu menunggu terlalu lama.

Wendy menunggu kedatangan ojek onlinenya. Tapi sudah hampir setengah jam, ojek online pesanannya belum sampai-sampai juga. Wendy yang mulai hilang kesabaran langsung menghubungi si ojek.

"Eh, ini gimana cara ngangkatnya?"

Terdengar gumaman si tukang ojek dari sebrang sana.

"Mas, lagi di daerah mana?"

"Kamu siapa?"

"Saya Wendy, yang order ojek."

"Wendy siapa? Icing gak kenal siapa Wendy? Kamu jangan-jangan Wendy temannya Peterman itu kan?"

Wendy melongo. Astaga, tukang ojek ini ngomong apaan sih? Btw, Peterpan kali, bukan Peterman. Mau-maunya Icing aja deh ah.

"Mas, jangan main-main! Saya lagi buru-buru nih." kesal Wendy, meskipun nada bicaranya masih lembut. Wendy sih gak bisa ngomong kencang-kencang. Memang sudah dari orok, suaranya Wendy lembut menggetarkan hati. Eaa.

▶Wendy & Her Lovers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang