Lumpur Niat

290 1 0
                                    

Kita menjadi canggung sesaat setelah kita saling bertanya. Ternyata kiranya jawaban kita sama terhadap sesuatu.

Aku yang berada pada lumpur sibuk mencari cara agar keluar dan membersihkan diri. Sementara kamu, sedang gamang berada diantara kebaikan dan ketidaktahuan akan perasaan yang menggebu kala perbincangan itu berlangsung.

Istiqomah katamu kepadaku, sedang Tobat saja aku belum tahu bagaimana caranya.

Tak terlintas dipikiranku untuk meminta tolong kepadamu, dan aku mengerti kenapa sejauh ini pun kamu tidak menawarkan pertolongan kepadaku. Sebab kamu tidak tahu mana yang lebih baik diantara menolongku atau mendoakanku.

Seperti tersesat, jika berhenti maka selamanya tidak akan kemana-mana. Aku memilih tetap berjalan. Entah untuk lumpur yang semakin bau atau justru aku menemukan genangan air bersih yang cukup untuk membersihkan diri dan berwudhu.

Nyatanya yang ku temukan adalah daratan gersang yang kosong bahkan sebagian tanahnya retak tandus dengan sisa sisa ranting pepohonan yang telah mengering.

Aku mencarimu bukan pada tempat biasanya kau berada. Aku mencarimu justru ditempat kau tiada. Untuk apa? Untuk memastikan niatku, perlukah kita bertemu?

PATAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang