Ringan Saja, Aku Ingin Menulis

54 0 0
                                    

Tepatnya aku ingin bercerita. Perkenalkan aku adalah sebutan teman-teman kuliah sebagai "Aktifis" namun aku menyangkalnya. Karena jelas aktifis itu memiliki cita-cita keras dan tegas dalam menjaga idealismenya dengan bahasa ringannya adalah menjaga prinsipnya. Aku hanyalah anak yang senang bermain dan bergembira.

Tinggal menunggu beberapa hari lagi untuk mengakhiri permainan ini. seseorang yang berjumlah banyak lantas bertanya "bang, tahun depan masihkan kita lanjutkan mainnya?"

Ini bukan urusan kesenangan lagi anak muda. Ini urusan usia. Urusan ibu. Urusan ayah. Urusan saudara. Semakin lama aku menambah usia dalam bermain dipermainan yang sama ini tentunya aku tidak akan bisa merasakan permainan di tempat yang lain dong. Sederhananya, aku butuh waktu untuk menambah usiaku dalam "penundaan" untuk membahagiakan urusan-urusan ku itu.

Banyak memang untuk sebuah penyangkalan (alasan) menunda kelulusan kuliah.

Tapi ini dariku teman. Mamaku, ayahku, abangku, adek-adekku, membutuhkan sesuatu dariku. Terutama mama, yang paling dia inginkan adalah kelulusanku agar segera aku menikah bukan untuk menimang cucu. Bukan untuk sebuah pekerjaan. Juga bukan untuk melanjutkan warisan keturunan. Tetapi mama lebih kepada – "Siapa" dia yang akan mengurusiku selanjutnya setelah ia tiada nanti. Ia ingin segera dan sangat memastikan bahwa aku anaknya telah dijaga dan diperhatikan dengan seorang wanita yang sangat baik dalam merawat anaknya. Ia ingin memastikan siapa dia wanita yang bisa se khawatir ia ketika anaknya sakit, ketika anaknya sedang dalam perjalanan, ketika anaknya telat pulang ke rumah, ketika anaknya ingin berangkat sekolah dan memastikan pakaian telah disiapkan, ia ingin melihat bagaimana wanita itu memasakkan makanan buat anakknya berangkat dari rumah. Ia ingin segera memastikan seperti apa wanita yang akan membersamai anaknya dalam beribadah kepada Allah, apakah dia seorang yang mendukung, atau mugkin seorang yang akan menjadi penghambat. Ia mamaku hanya ingin memastikan yang terbaik buat aku anaknya. Dengan segala kekurangan yang dimiliki dia "wanita" itu suatu hari nanti, harapnya mama dapat membantuku mengajarkan kepada wanita itu tentang bagaimana menjadi mama berikutnya, menjadi istri.

Sebab, mama tidaklah mengetahui kapan kiranya aku bisa memastikan kepada mama tentang wanita itu. Yang aku bisa pastikan hanyalah Hari ini mamaku masih hidup, dan aku ingin menyegerakannya agar ketika ia telah tiada, ia sedikit lega meninggalkanku anaknya.

Ini juga urusan ayah, sebab ayahlah yang akan mengajarkanku dari pengalamannya begaimana menjadi ayah pula tentunya ayah yang lebih baik daripada dirinya. Agar aku dibekali tekad yang kuat dalam menghormati wanita. Tanpa harusn mencari nafkah dijadikan sebagai alasan mengurangi senyuman dan mungkin menghentikan senyuman kepada "keluarga" ku, kelak. Sebab urusan ini adalah urusan kepada saudaraku tentang bagaimana memperlihatkan sebuah contoh yang mungkin bisa dijadikan sebagai pegangan, acuan, dalam mengambil langkah yang sama berikutnya. Aku ingin segera memperlihatkan dan mengenalkan kepada saudaraku tentang wanita yang baik yang seharusnya didekati dan dilindungi lalu menjadikannya seorang istri. Agar kelak saudaraku memiliki gambaran tentang makhluk yang bernama wanita.

Jadi teman, usia, kematian, itu pasti. Kebahagiaan dan ketenangan itu pilihan. 

#aktifis

PATAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang