MAKING LOVE

6K 212 2
                                        

Rania mengambil langkah cepat untuk segera keluar dari kamar Ardo setelah menyaut tasnya. Dia begitu cemas dan takut akan kejadian berikutnya.

"Mau kemana?!" tanya Ardo tiba-tiba berdiri dan menarik tangan Rania dari belakang.

Rania mencoba menepis tangan Ardo, tapi tenaganya tidak cukup kuat menepis cengkraman tangan Ardo.

"Lepas! Aku mau pulang! Aku ngga bisa disini terus. Bisa-bisa nanti kita.."

"Kebablasan?" saut Ardo. Dia pun menarik tangan Rania hingga Rania berada di pelukannya. "Well, kita bakal lakuin itu, sayang," ucap Ardo menatap tajam Rania dengan seringai.

DEG!

Rania terkejut. "Ngga, Do! Aku ngga mau!" tolak Rania kuat mencoba melepaskan diri.

Ardo memojokkan Rania ke dinding.

"Aku udah lama banget pengen nyentuh kamu.. Badan kamu. Aku udah cukup menahannya selama kita berpacaran. Lagian ini annive kita kan? Kasihlah aku hadiah manis," ucap Ardo buas.

"Ngga, Do. Aku ngga bisa! Please, lepasin aku," Rania memohon. Ia mulai menangis.

"Uuu, sayaang.. semakin kamu memohon, aku semakin suka liatnya. Ah! aku udah ngg tahan liat bibir kamu," Ardo hendak menciumnya lagi.

Rania meronta dan kemudian ia mendorong kuat badan Ardo untuk menjauhinya. Ia pun segera ke arah pintu dan menggerakan engsel pintu kamar.

TERKUNCI!

Rania panik. Ia semakin menangis dan mencoba terus menggerakan engsel pintu.

"BUKAAAA..!!! SIAPA AJA TOLONG BUKAAA..!!!" pekik Rania kini sambil menggedor pintu dari dalam.

"Percuma, sayang. Teriakanmu ngga akan terdengar. Kamar ini kedap suara. Lagipula ngga akan ada yang berani nolong kamu. Mereka takut sama aku," ucap Ardo seraya mendekati Rania yang membelakanginya.

Rania menoleh ke belakang dan semakin panik saat Ardo mendekatinya. "PERGI!!!" bentaknya. Rania balik badan hendak menendang Ardo. Sayang, Ardo mendapatkan celah untuk bisa langsung menggendong Rania di pundak kanannya.

"LEPASIN ARDO!!! LEPASIINNN!!! KAMU GILA, DO!!! KAMU GILAAA!!!" teriak Rania meronta-ronta di gendongan pundak Ardo.

Ardo pun menjatuhkannya di kasur yang cukup empuk. Karena Ardo menjatuhkan Rania cukup kencang.

"Teriak yang kencang, sayang. Percuma. Mereka ngga akan dengar," ucap Ardo sambil menduduki kaki Rania yang terus meronta. Tangan Ardo pun juga menahan tangan Rania pada masing-masing sisi.

Rania menangis kencang dan berteriak. Tapi, itu justru membuat Ardo tertawa senang.

Ardo pun mulai melumat bibir Rania. Rania tidak membalasnya. Ardo pun menggigit kencang bibir Rania hingga Rania berteriak kesakitan.

"Makanya balas, sayang," ucap Ardo dan melumat bibir Rania lagi.

Kini Rania membalasnya sambil menangis. Ardo memeluk Rania erat seperti mengunci agar Rania tidak bisa meronta lebih kuat.

Lama Ardo memainkan bibir Rania, kini bibirnya menjalar di leher Rania. Menciuminya dan menjilat kecil. Kink kedua tangan Ardo pun memainkan dada Rania dari dalam BH-nya.

"Ah besar," ucap Ardo puas menatap Rania yang menangis di bawahnya. Ardo hendak mengangkat baju Rania yang berkancing. Tapi, susah. Karena Rania menahan badannya. Kesal tidak di beri ruang, Ardo berdiri dan mengambil sesuatu dari dalam laci.
Rania pun segera berdiri dan berlari ke arah pintu. Menendang pintu kamar sekuatnya.

BRAK!

Ardo menoleh ke sumber suara. Raut wajahnya terlihat kesal. Ia pun menjambak Rania dari belakang. Menarik kencang ke arah kasur membuat Rania kesakitan. Rania menangis sejadi-jadinya. Ardo pun mulai mengikat kedua tangan Rania di masing-masing sisi layaknya huruf Y. Setelah itu, ia mulai melucuti celana jeans Rania dan celana dalamnya. Baru mengikat kedua kaki Rania dengan cara agak di tekuk dan membuka lebar.

Dan selanjutnya, hal itu pun terjadi...

YANG TERBUANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang