Setelah lima hari Rania tidak bekerja karena sakit, akhirnya hari ini masuk. Bagaimana kabar berkas-berkas jangan di tanya. Tetap saja menumpuk meski sudah di handle beberapa karyawan Accounting yang lain.
"Jangan terlalu di forsir badan. Lo baru sembuh," ucap Siska yang menghampiri meja kerja Rania.
Rania tersenyum. "Gue udah sembuh total. Tenang aja," ucapnya di akhiri cengiran. Lalu berkutat lagi dengan komputernya.
"Yaudah. Gue balik ke meja kerja gue lagi ya. Ngga enak di liatin pacar gue tuh," ucap Siska sembari ngeloyor pergi ke meja kerjanya.
"Oke," saut Rania singkat. Kemudian ia mematung.
Apa katanya barusan? Pacar? Hah? Siapa? gumam Rania dalam hati. Bingung. Masa sih pacarnya si... Rania melihat ke ruang kerja Bintang. Sosok tampan itu berdiri di ambang pintu sembari tersenyum dengan kedua tangannya di saku celana bahan berwarna hitam.
"Ya Tuhaaann..!" pekik Rania senang mendapati kenyataan kedua sahabatnya akhirnya jadian. Membuat yang lain menoleh ke arahnya. Bintang geleng-geleng kepala sambil tepuk jidat, sementara Siska menutup wajahnya karena malu.
Setelah seharian berkutat dengan komputer dan berkas, Rania pulang juga. Tentunya dengan senda gurau dan fakta baru kalau dua sahabatnya ini udah jadian. Bukan main heboh dan keponya Rania menggali kisah mereka. Bagaimana bisa jadian dan lainnya. Rania sempat sewot waktu Siska dan Bintang tidak langsung mengabarinya, dengan alasan demi kesembuhan Rania, mereka tidak memberi tahu.
"Pulang duluan ya, Ran. Lo hati-hati," pesan Siska sebelum masuk ke mobil Bintang.
"Iya, pasangan baru. Kalian hati-hati ya," pesan balik Rania di saut kata oke dari Siska. Kemudian masuk ke dalam mobil BMW berwarna hitam milik Bintang. Tak lama mobil keluar parkiran dan meninggalkan perusahaan di sertai satu klakson tanda perpisahan. Rania berdadah ria. Kini gilirannya untuk pulang.
"Rania," panggil seseorang dari depan pagar kantor.
Rania agak memicingkan matanya guna melihat siapa yang memanggilnya.
Ardo.
"Hah? Ngapain dia disini?" gumam Rania. Tanpa pikir panjang, ia pun masuk ke dalam kantor lagi menghindari Ardo.
Sejam setengah waktu yang agak lama untuk Rania di dalam kantor. Menghindari Ardo yang masih status kekasihnya karena belum ada kata putus di antara mereka. Rania pun memberanikan diri keluar kantor. Dirinya yakin kalau Ardo sudah pergi dari situ karena lama menunggu. Dengan langkah ceria Rania menjajaki tangga menuju pelataran kantor.
"Rania," panggil seseorang yang ternyata Ardo. Dia masih disana! Rania menutup mulutnya dengan tangan kanan.
"Oh Tuhan. Rania harus gimanaaa.." panik Rania.
Setelah nego dan menghindar ngga jelas juntrungnya, pada akhirnya Rania pulang bersama Ardo. Karena kebetulan Rania tidak membawa motor karena Rania takut belum kuat menyetir. Kini mereka berada di dalam kamar Rania. Ini br ketiga kalinya Ardo masuk ke dalam Rania. Sebelumnya Ardo masuk karena keperluan merawat Rania yang sakit pasca liburan beberapa hari. Sakit yang tidak di ketahui Mama karena Rania sengaja tidak mengabari agar Mama tidak cemas dan jauh-jauh ke Jakarta.
Mereka berdua duduk di kasur, namun dengan posisi berjauhan. Rania duduk di tepi kanan kasur, sementara Ardo duduk di bagian tepi ujung kaki kasur.
"Aku minta maaf sama kamu, Rania... Aku.. udah salah banget sama kamu... kasar sama kamu.. menodai kamu kemarin... bohongin kamu tentang statusku dan lainnya... mukul Mamaku di depan kamu... dan kesalahan burukku lainnya... Maaf..." ucap Ardo pelan sambil menunduk.
Rania memainkan jari-jari tangannya. Dia enggan menjawab.
"Aku memang sudah menikah dan punya anak... Maaf aku menutupinya... Karena aku takut kamu ngga mau sama aku karena aku... terlanjur suka sama kamu... Tapi, statusku sekarang sudah cerai sama dia. Aku udah talak dia meski masih secara agama..." jelas Ardo lagi.
Rania masih terdiam. Menunggu penjelasan selanjutnya.
"Mamaku pasti udah cerita semua ke kamu soal anakku Dera dan cewek itu... Jadi... aku rasa aku ngga perlu jelaskan apapun kecuali yang tadi... bahwa aku udah talak dia secara agama. Untuk hukum masih dalam proses..." tambah penjelasan dari Ardo lagi.
Entah mengapa, Rania merasa lega mendengarnya. Senyum simpul muncul di permukaan bibirnya.
"Kamu kayaknya udah cukup muak sama aku... Gimana keputusanmu aku coba terima... walaupun aku ngga mau kita pisah. Karena aku mau kamu jadi istriku..." pinta Ardo.
Rania tersipu malu.
Oh shit! Cuma di gombalin gitu doang gue seneng! batin Rania mengutuk dirinya.
Lama mereka terdiam. Ardo akhirnya berdiri dan berjalan ke arah Rania. Menaruh handphone dan ATMnya di samping Rania.
"Ini aku kembalikan... Terima kasih ya. Barang yang lainnya nanti aku paketin aja kesini," ucap Ardo. Dia pun beranjak pergi setelah Rania tak menatapnya sedikit pun.
"Kenapa kamu masih ketemu mantan kamu?" tanya Rania akhirnya buka suara.
"Aku minjem duit sama dia. Dia mau kasih asalkan aku nemenin dia jalan kemanapun. Ya aku iyain. Daripada aku minta terus sama kamu, aku ngga enak. Minta Mama apalagi. Ngga akan di kasih," jelas Ardo.
"Duitnya kamu pake 'ngobat'?"
"Iya,"
Rania terdiam. Entah dia harus mengatakan apa lagi.
"Tapi aku udah coba berhenti buat pakai narkoba. Karena aku takut ngelukain kamu sama keluargaku kayak kemarin,"
Rania kini memandang Ardo yang memunggunginya. "Beneran?" tanya Rania.
"Iya," jawab Ardo singkat.
Rania terdiam memandang Ardo yang masih memunggunginya. Ia meraih tangan kanan Ardo dan menggenggamnya.
"Jangan pergi," ucap Rania.
WAIT. WHHAAATT??? KENAPA GUE MALAH MENGHENTIKAN DIA DAN MINTA DIA JANGAN PERGI? OH GOSH. INI SALAH!!! batin Rania bertentangan dengan apa yang di lakukannya. Tapi, dia tidak bisa menghentikannya.
Ardo memutar badannya menghadap Rania. Lalu memeluk Rania. Erat.
"Maafin aku.. Maaf, Ran," ucap Ardo menyesal.
"Iya, Do.. iya," Rania memeluk balik. "Jangan peluk kenceng-kenceng. Gue baru sembuh," ucap Riana agak sesak.
Ardo segera melepaskan pelukannya.
"Kamu sakit apa?" tanyanya cemas.
"Agak mual, pusing, ngga enak badan, enek, sama pipis terus," jawab Rania.
Ardo terdiam. Kedua alisnya bertaut. Ia seperti berfikir sesuatu. "Kamu ngga ke dokter?" tanya Ardo.
"Aku takut hamil," jawab Rania langsung.
"Ngga bakal hamil kok. Kemarin di 'luar'," Ardo coba menenangkan Rania. "Yaudah. Besok kita periksa ya. Aku temenin," lanjut Ardo.
Rania mengangguk.
Ardo mengecup kening Rania. Rania menatapnya sendu dan Ardo merasa terpancing.
"Aku ngga mau cium disitu lagi. Takut kayak kemarin," ucap Ardo.
Rania tersenyum sambil tertunduk. Mereka kini saling menatap lagi. Perlahan wajah mereka mendekat dan mereka mulai berciuman. Tangan Ardo mulai menjalar nakal. Kejadian itu pun terulang lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/156158106-288-k594362.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
YANG TERBUANG
RomanceRania, wanita karir yang menjalin hubungan LDR dengan Ardo. Membuat mereka jarang bertemu dan jarang jalan bersama layaknya orang pacaran pada umumnya. Hingga akhirnya Rania melakukan apapun untuk Ardo, agar kekasih hatinya tetap bersamanya. Namun...