Rania menutup hidungnya ketika melewati dapur. Ia baru saja dari wc. Kehamilannya sudah menginjak delapan bulan dan ia masih tidak suka dengan bau minyak goreng. Terlebih shampoo kesukaannya. Hanya dua itu yang ia tidak suka baunya. Perlahan, ia duduk di lantai menonton bersama si kembar.
"Kakak mau?" Bagaskara menawarkan makanan cimolnya.
Rania menggeleng sambil tersenyum.
"Mau jus, kak?" kini Banyu yang menawari jus Alpukatnya.
Rania menggeleng dan tersenyum lagi.
Hari ini dia sudah begitu banyak makan dan minum. Membuat ia harus bolak-balik wc. Bertahan melewati dapur yang menyengatkan aroma minyak goreng.
Bagaskara dan Banyu nampak menikmati menonton kartun kesukaannya di televisi sore ini. Kedua kucil ini sudah di beri pengertian dan di ajak kerja sama, untuk tidak membocorkan tentang kehamilan Rania ke keluarga Mama ataupun (alm) Papa. Dengan cepat mereka menyetujuinya. Karena mereka belum mengerti kejadian yang sebenarnya.
Handphone Rania berdering notifikasi pesan. Banyu bergegas ke kamar untuk mengambilkan handphone Rania dan memberikannya. Rania mengucapkam terima kasih dan Banyu mengucapkan ya khas anak TK. Lalu menonton kartunnya lagi.
"Nomor baru?" bingung Rania melihat nomor yang tidak di kenalnya dan ia langsung membacanya.
aku tau kamu berbohong tentang kehamilanmu. termasuk mengatakan dia anakku. siapa yang tau, kamu di luar sanapun 'tidur bersama' dengan pria lain. tapi kamu bilang itu anakku. kalau memang itu anakku, aku ingin melihatnya. karena aku juga Ayahnya.
Kesal. Rania meremas handphonenya. Ia tidak menyangka kalau cowok yang pernah di cintainya sejahat ini. Entah setan apa yang merasukinya dulu hingga dia mau mempertahankan cowok model begini. Mengabaikan saran dan masukkan dari sahabat-sahabat dan Mamanya.
Argh!
Andai saja ia mendengarkan mereka dulu. Mungkin semua tidak begini jadinya. Ia masih akan bisa membahagiakan Mamanya dan si kembar. Rania menghembuskan nafas berat. Mengelus perutnya yang membesar.
"Sudahlah. Baiknya aku tidak menyesali kehadiranmu," ia tersenyum. Berusaha menerima kenyataan ini. Rania pun mengabaikan pesan tersebut.
Handphone Rania berdering lagi. Kali ini notifikasi chat Whats App. Rania membacanya. Dari Bintang.
Ran, gw cb pk akun gw yg hode buat liat Fb si bangsat. Dy trnyta pcrn sm cewe lain. Ini ada fto brg mrka. Gw g mw krm k lo, lgian gw yakin lo g mw tw. Gila. Gw g phm sm pemikiran manusia laknat itu. Knp dy g mkr sm skali udh hamlin anak org, trs kabur. Lo yg sbr y.. kbrn gw sm Siska klo lo udh lahrn. Gw pgn liat ponakan gw. Sehat terus ya, Ran. Salam buat kluarga lo
Rania sedih tapi juga bahagia membacanya. Sahabatnya bisa seperduli ini dengannya. Terima kasih, Tuhan. Setidaknya di balik kesedihanku, Kau berikan aku sahabat-sahabat yang baik...

KAMU SEDANG MEMBACA
YANG TERBUANG
RomanceRania, wanita karir yang menjalin hubungan LDR dengan Ardo. Membuat mereka jarang bertemu dan jarang jalan bersama layaknya orang pacaran pada umumnya. Hingga akhirnya Rania melakukan apapun untuk Ardo, agar kekasih hatinya tetap bersamanya. Namun...