FLASHBACK

5.7K 232 7
                                    

Ini hari kedua Rania tidak masuk kerja karena sakit. Hujan terdengar cukup deras. Terlihat dari luar jendela kamar kost Rania. Namun, tatapan mata Rania terlihat sendu, sedih, dan kosong. Seakan ia sedang mengingat sesuatu yang menyakitkan. Sesuatu yang tidak bisa ia lupakan sama sekali.

Tepatnya sebulan yang lalu. Sejak kejadian pemaksaan 'making love' itu, Rania merasa trauma dan takut. Ia masih ingat betul bagaimana kondisinya saat itu ketika ia keluar kamar Ardo. Begitupun apa yang di katakan Mama Ardo, Rania masih mengingatnya dengan jelas. Tatapan mata dari dua karyawan warteg dan juga Januar.

"Ya Tuhan, Rania.." ucap Mama Andro kaget dan panik ketika mendapati keadaan Rania yang tidak karuan. Bukan hanya wajahnya saja, tapi juga pakaiannya yang habis di sobek. Hanya BH, celana dalam, dan celana jeans yang selamat.

Saat itu Rania keluar kamar sambil menutupi badannya bagian depan hanya menggunakan tas yang di bawanya. Sambil menangis, ia akhirnya di perbolehkan keluar dari kamar terkutuk itu.

Mama Ardo yang melihatnya langsung memeluk tubuh Rania yang lunglai. Januar pun yang saat itubada di situ, mau tidak mau juga menahan badan Rania yang hampir ambruk menimpa Mama Andro. Karena dua karyawan wartegnya tidak ada yang berani mendekat.

"KAMU GILA ARDO! GILA!!! DEMI TUHAN! MAMA NGGA NYANGKA KAMU BEGINI! INGET! KAMU UDAH PUNYA ISTRI SAMA ANAK!" teriak Mama Ardo tak terbendung lagi. Menahan semua unek-uneknya. Langsung membuat Rania yang mendengarnya bagai di sambar petir. Rania menoleh ke belakang, tepatnya ke arah Ardo yang berdiri membetulkan celananya jeans yang dipakainya. Rania merasa jijik dengan sosok di hadapannya. Kekasihnya yang ternyata suami orang bahkan sudah memiliki anak. Dengan sengaja menyembunyikan itu.

Mama memeluk erat Rania yang kini menangis terisak-isak di pelukannya.

"INGET DERA ANAK KAMU! ANAK KAMU SAMA CHINTYA! LUPA KAMU!? MAMA UDAH SERING BILANG SAMA KAMU BUAT JUJUR SAMA RANIA! BERHENTI MANFAATIN DIA! KARENA MAMA TAU, DUIT YANG RANIA KASIH KE KAMU DI PAKAI KEMANA! SAMA SIAPA AJA! APA YANG KAMU PERBUAT DI BELAKANG RANIA PUN MAMA TAU! MAMA CAPEK NUTUPINNYA! PUKUL MAMA AJA LAGI KALO KAMU MAU! PUKUL! BELI LAGI SANA NARKOBA YANG BANYAK!" teriak Mama Ardo semakin jadi. Membuat Ardo kesal dan naik pitam. Ia langsung menghampiri Mamanya dan melayangkan tangan ke pipi kiri Mamanya.

PLAK!

"BERISIK!!!" teriak Ardo kencang.

Satu pukulan telak benar-benar mengenai pipi kiri Mamanya. Tanpa tendeng aling-aling, Januar membalas pukulan Ardo hingga Ardo terberembap ke belakang.

"JANGAN PERNAH BERANI MUKUL MAMA, BANGSAT!!!" pekik Januar dengan wajah merah padam. Ia pun naik pitam juga. "Bi Asih, bawa Mama sama Kak Rania ke kamar kalian. Biar Bi Sare yang jaga warteg," perintah Januar.

"Baik, Den," Bi Asih langsung bergerak membantu Mama Ardo berdiri. Membawa Mama Ardo dan Rania ke kamarnya yang ada di lantai bawah. Sembari tetap berusaha menutupi tubuh Rania. Sementara Bi Sare dengan wajah bingung mau ngapain, turun ke bawah menjaga warteg.

Entah apa yang selanjutnya terjadi di lantai atas. Yang jelas di lantai atas sangat terdengar teriakan makian antara Januar dan Ardo. Gedebak gedebuk pun tak luput dari pendengaran mereka yang ada di kamar Bi Asih. Rania pun telah memakai baju milik Bi Asih.

"Rania, maafin Tante.. karena menutupi ini. Sebenernya Tante ngga mau menutupi ini," ucap Mama Ardo membuka percakapan. Lemas. "Tapi, Ardo selalu meminta untuk menutupi. Hingga akhirnya kemarin Tante ngga kuat sama perlakuan dia. Tante ngerasa, dia udah keterlaluan ke kamu. Uang yang kamu pakai, dia pakai foya-foya sama teman-temannya untuk beli narkoba. Kalau habis, dia minta ke Tante, tapi Tante ngga kasih. Akhirnya ngamuk dan mukulin Tante. Makanya muka sama badan Tante pada lebam. Untung ada Januar. Kalau ngga ada Januar, mungkin Tante udah meninggal," jelas Mama Ardo lagi.

Rania tercekat mendengar penjelasan Mama Ardo. Ia hendak menyaut, tapi Rania tau Mama Ardo masih mau berbicara lagi.

"Kadang juga mantannya suka main kesini dan mereka jalan bareng. Berangkat pagi, pulang malem. Tante ngga tau kemana. Kalo ditanya ngga mau jawab. Kamu juga harus tau ini, Ardo sebenernya udah punya anak sama istri,"

Air mata Rania tiba-tiba meluncur bebas dari kedua matanya.

"Tante bener-bener mau ngomong ini dari dulu sama kamu. Tapi, tante takut. Karena kalo Tante kasih tau kamu, pasti dia gebukin Tante setelah kamu pulang. Tapi, akhirnya Tante udah bener-bener ngga kuat, Ran. Kamu bener-bener harus tau ini. Sebelum hubungan kalian makin jauh," jelas Mama Ardo mulai menangis.

Air mata Rania semakin deras.

"Bener-bener masih status suami orang, Tante?" Rania bertanya meminta keyakinan atas jawabannya.

"Iya," Mama Ardo menjawab dengan terisak.

Ya Tuhan.. mimpi buruk apa ini.. jerit Rania dalam hati.

"Istri sama anaknya kemana, Tante?" tanya Rania lemas mendapati kenyataan ini.

"Ada di Jakarta. Sama istrinya dibawa karena mereka berantem," jelas Mama Ardo sambil menundukkan kepala. Seakan tak sanggup menatap kedua mata Rania. Ia sangat merasa bersalah.

Rania terdiam.. tidak kuat untuk melanjutkan pertanyaan selanjutnya. Kini hanya ada air mata yang mengalir terus. Seakan menjadi saksi, betapa pilu hatinya. Sakit tak terbendung, tiada tara.

Sepertinya keributan di luar mereda. Terdengar suara beberapa Bapak-Bapak. Mungkin mencoba untuk melerai Ardo dan Januar.

"Biasanya Tante yang misahin. Tapi, ini Tante ngga kuat. Habis tenaga Tante," jelas Mama Ardo.





YANG TERBUANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang