KISSING

4.7K 217 4
                                    

Dengan segala rutinitas harian yang membosankan dan sangat membuat penat, Rania memutuskan untuk pulang ke Bandung walau ia tidak ada cuti panjang. Selain refreshing, sebenarnyaia juga ada keperluan disana selain ketemu kangen Mama dan adik kembarnya. Tapi, Mama dan adik kembarnya lagi pulang ke Semarang karena keluarga Mama ada yang menikah. Tujuan Ranja jelas menemui Ardo karena suatu hal.

Kali ini Rania tidak mengabari Ardo ke rumahnya. Ia mengatakan pada Ardo bahwa ia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Ardo pun mempercayai itu. Maka jadilah Rania saat ini berada di teras rumah Ardo.

Mama Ardo menyambut seperti biasa. Tapi, ada yang berbeda.

"Tan, Tante kenapa lebam mukanya? Badannya juga kenapa lebam begini?" tanya Rania khawatir sambil pelan menyentuh badan Mama Ardo.

"Ng ini.. Tante di..."

"Rania?? Kamu kok dateng ngga ngabarin aku?" saut Ardo tiba-tiba masuk ke ruang tamu.

"Eh, hay, Do. Iya sengaja. Mau bikin kejutan aja," ucap Rania di akhiri cengiran.

Ardo tersenyum.

"Do, Mama kamu kenapa? Kok muka sama badannya lebam begini?" tanya Rania sambil memandang Mama Ardo.

"Oh itu. Jatoh di wc sama ketatap ujung tangga. Ngga tau itu Mama kenapa bisa begitu lebamnya," jawab Ardo memandang Mama.

Mama Ardo terdiam memandang Ardo. Rania melihat keduanya secara bergantian dalam diam. Rania merasa tatapan mata Mama Ardo beda kali ini. Atau hanya firasatnya saja? Seperti ada sesuatu yang di sembunyikan...

"Masuk aja yuk ke kamarku," ajak Ardo.

"Hah? Kamar???" tanya Rania terkejut langsung memandang Ardo. Jelas. Karena selama mereka berpacaran, Rania belum pernah masuk ke kamar Ardo. Karena sungkan dan Rania takut terjadi "sesuatu".

"Iya. Kamar aku,"

"Ng.. ngga di Cafe aja, Do?" tanya Rania menyakinkan.

"Ngga. Di kamarku aja ngga papa. Lagian aku males ke Cafe. Ketemu Dewa. Aku lagi ribut sama dia,"

Rania terdiam. Bingung. Menatap Mama Ardo meminta persetujuan. Belum Mama Ardo menjawab, Ardo sudah menarik tangan Rania ke dalam untuk mengikutinya.

"Permisi, Tante," ucap Rania mengangguk kecil tanda sopan sambol agak membungkuk. Mama Ardo terdiam. Rania masih sempat menatap jelas pandangan mata itu. Ya. Memang ada sesuatu!

Setelah menaiki anak tangga, Rania dan Ardo tiba di kamar Ardo. Ini pertama kalinya Rania ke kamar Ardo. Kamarnya biasa. Hanya ada beberapa poster band kesukaan Ardo dan sticker logo brand baju. Kasurnya tidak memakai ranjang kayu, tapi kasur lantai. Spreinya berwarna hijau segar, begitupun sarung bantal dan guling. Ada AC, meja kecil, lemari baju, sound system, asbak, rokok, korek, tv, dvd, dan beberapa kaset dvd. Tapi tunggu.. kaset dvd bokep? Jangan-jangan...

Rania beku memandang Ardo yang membelakanginya. Masih berdiri terdiam. Ardo pun duduk.

"Kamu kenapa diem? Sini," panggil Ardo.

Rania masih terdiam. Ketakutan. Kedua bola matanya bergerak pelan ke arah kaset dvd. Seakan mengisyaratkan Ardo tentang apa yang membuatnya mematung. Ardo seakan mengerti dan melihat ke arah pandangan mata Rania.

"Oooh itu. Punya Dewa. Waktu itu sebelum aku ribut sama Dewa, Dewa nonton sama anak-anak yang lainnya disini. Aku suruh bawa pulang ngga mau. Katanya biarin disini buat mereka tonton lagi," jelas Ardo.

"Beneran?"

"Ya, sayang," Ardo meyakinkan. Tapi, Rania masih memandang kaset dvd bokep itu dengan nista. Sampulnya benar-benar vulgar dan rrrrrr... menggoda!

Ardo pun agak menarik tangan Rania agar duduk di dekatnya. Rania terkejut.

"Santai aja kenapa sih, yank?" ucap Ardo sambil senyum meremehkan.

"Ng.. oke," jawab Rania berusaha tenang. "Ohya. Ini..." Rania melepaskan tas selempang andalannya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Yang langsung di sambut mata Ardo yang berbinar.

"Waw gila! Iphone 6s plus! Serius yank ini buat aku?" tanya Ardo langsung mengambil handphone itu.

"Iya. Jangan di ilangin lagi ya. Syukur bonusku cair kemarin. Jadi bisa beli ini," jelas Rania.

"Gila. Ini kan masih keluaran terbaru," pekik Ardo heboh seakan tidak mendengar perkataan Rania.

Rania mendengus jengkel.

"Ya ya aku denger, sayang. Jangan ilang lagikan? Siaapp," jawab Ardo menatap Rania dengan pandangan senang. Lalu hormat dan menurunkan tangannya.

"Syukurlah kalo kamu suka," ucap Rania. Wajahnya ikut senang.

"Aku pasti senenglah. Makasih ya, sayang," ucap Ardo masih sumringah. Ia pun mengecup dahi Rania. Lalu memandang Rania. Tangan kanannya mengelus pipi kiri Rania.

Tatapan mereka beradu dalam hening. Hembusan angin dari AC begitu terasa. Membuat suasana yang kaku menjadi dingin. Perlahan, Ardo memajukan wajahnya mendekati wajah Rania.

DEG DEG... DEG DEG...

Jantung Rania berdegup kencang. Ia tahu akan apa yang selanjutnya terjadi. Tapi, seakan ia tidak bisa menolaknya. Ia pun menutup matanya, dan saat itu juga bibir Ardo menyentuh bibirnya.

Hangat... hembusan nafas Ardo begitu terasa. Namun, Rania masih terdiam tidak membalas ciuman itu. Ardo mencoba melumat lembut bibir Rania.

Ah! Rania mulai terpancing. Ia pun menggerakkan bibirnya perlahan membalas ciuman Ardo. Saling melumat pelan, namun dalam ritme membalas agak cepat hingga berbunyi "cup cup cup". Nafas mereka memburu. Ardo meletakkan handphone yang d pegangnya dan menjalar menyentuh paha Rania.

Rania berharap itu tidak menjalar ke atas. Tapi, lagi-lagi Rania tidak bisa menolak. Kini dengan perlahan pun tangan kiri Ardo menyentuh dada Rania dari luar. Mengelusnya lembut beberapa menit kemudian meremas pelan.

"Mmhh.." Rania mengerang. Ardo makin kuat melumat. Ya. Nafas mereka kian memburu. Tangan kanan Rania meremas pelan pundak Ardo saat Ardo meremas dada Rania. Tangan kanan Ardo yang sedari tadi di pipi kiri Rania pun kini merengkuh Rani agar semakin dekat. Tangan kiri Ardo kini berusaha meremas dada Rania dari dalam baju.

PLAK!

Mereka berhenti berciuman karena Rania menepis tangan Ardo. Refleks. Ardo memperlihatkan wajah terkejutnya.

"Ma.. maaf, Do. Aku refleks," ucap Rania terbata-bata.

"Kenapa?" tanya Ardo tak bisa menyembunyikan wajah kesalnya.

"A.. Aku takut kita kebablasan," jawab Rania jujur.

Ardo terdiam.

"Tapi, aku pacar kamu," jawabnya.

"Ya. Tapikan bukan berarti kita harus.." Rania tidak bisa melanjutkan ucapannya. Ia pun merapihkan pakaiannya dan bergegas pergi dari kamar Ardo.



YANG TERBUANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang