HAMIL

4.9K 188 8
                                    

"Huueekkk..!" suara seseorang muntah terdengar dari toilet cewek kantor.  Beberapa kali suara itu terdengar bersamaan dengan kucuran air. Badannya terasa lemas, kepalanya pusing, dan dia merasa amat mual. Apapun yang di makannya keluar semua. Padahal ia merasa kesehatannya mulai membaik sejak kejadian itu. Sejak kedatangan Ardo datang untuk minta maaf.

DUG DUG DUG!

"Raniaaa.. Raaann.. ini gue Siska. Lo kenapa, Ran?" tanya Siska sambil menggedor salah satu pintu wc.

"Sis, gue mu... Hueekk..!" Rania tidak menyelesaikan omongannya karena kembali muntah.

Siska panik. Tidak ada jalan lain, ia harus membawa Rania ke dokter. Karena kondisi Rania kembali mengkhawatirkan setelah kemarin kondisinya sempat membaik.

Setelah membujuk Rania untuk di bawa ke dokter, Siska meminta izin ke Pak Dodit untuk memeriksakan Rania ke dokter. Rania sempat menolak karena Ardo telah berjanji akan menemaninya periksa. Namun, sehari sejak kejadian itu Ardo tak kunjung datang. Ardo lebih sulit di hubungi dan hilang-hilangan. Balas chat selalu singkat dengan alasan sedang persiapan acara keluarga. Akhirnya mereka pun pergi ke rumah sakit terdekat. Beberapa menit menunggu giliran dan akhirnya di periksa, kini Rania dan Siska berada di ruang pemeriksaan. Duduk berdampingan berhadapan dengan dokter cewek yang barusan memeriksa Rania.

"Jadi, bagaimana keadaan teman saya, Dok?" tanya Siska penasaran.

Dokter tersenyum menatap keduanya bergantian. "Tidak ada yang perlu di khawatirkan," ucap Dokter.

"Tidak ada yang perlu di khawatirkan? Maksudnya gimana, Dok?" tanya Siska lagi masih bingung.

"Ini hal lumrah dalam masa periode kehamilan. Selamat ya. Teman anda sedang mengandung dua bulan," ucap Dokter kemudian tersenyum sambil mengulurkan tangan hendak mengajak berjabat tangan.

JEGER!

Bak petir di siang bolong. Rania dan Siska terkejut tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Hamil?!" Siska seakan tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Di tatapnya Rania yang kini pucat pasih.

Berarti making love yang pertama waktu itu.. Ardo ngga benar-benar keluarin di 'luar'... batin Rania sedih.

BRUK!

"Raniaaa..!" pekik Siska melihat Rania pingsan. Siska dan dokter langsung menolong Rania.

Langit di luar nampak mendung. Angin mulai berhembus lumayan kencang meniup daun-daun yang bertahan pada tangkai pohon. Menerbangkan sampah-sampah kecil yang berserakan. Jakarta nampaknya akan hujan. Cuaca yang seharusnya pas untuk beristirahat setelah pulang bekerja. Tapi nayatanya, warna kelabunya menambah kelam keadaan salah satu kost di kawasan Jakarta Selatan.

Bintang nampak mondar-mandir sambil memegang kepalanya. Raut wajahnya gusar dan kesal. Entah mimpi apa dia semalam mendapat kenyataan pahit ini. Sementara Siska duduk disamping Rania. Memeluk dan menenangkan Rania yang menangis terisak-isak. Tangan kanannya mengelus lengan atas Rania.

"Kenapa, Rania..? Kenapaaa..?! Lo bisa ngelakuin hal setolol ini?! Demi Tuhan, Rania.. Lo.. Argh!" Bintang tak bisa melanjutkan omongannya setelah sempat memandang Rania.

Siska khawatir tapi takut memandang kekasihnya yang sedang emosi itu. Dia tidak pernah melihat Bintang semarah itu. Tapi, Siska tidak bisa menyalahkan Bintang atas kemarahannya saat ini.

"Gue ngga mau tau, kita samper cowok lo sekarang, Ran!" ajak Bintang. Mereka pun pergi ke Bandung saat itu juga tanpa membawa baju ganti dan perlengkapan lainnya. Terlalu mendesak untuk melakukan persiapan itu semua.

Di perjalanan menuju Bandung, Mama terus menelfon Rania. Namun, Rania tidak menjawabnya. Dia belum siap menjawab panggilan telfon Mama dengan keadaan begini. Suaranya serak dan bindeng. Mamanya pasti curiga. Kalau Rania bilang sakit, pasti Mama langsung menuju Jakarta menjenguknya. Rania segera mengirimkan chat ke Mama setelah telfonnya mati.

Ma, maaf Rania ngg bs jwb tlfn Mama. Rania lg rapat sbntr ya...

Terkirim. Tak butuh waktu lama, Mama pun langsung membacanya dan membalasanya.

Perasaan Mama ngg enk knp yh? km gpp kan, Nak? Smg km baik2 aj yh... Semangat krjnya syg. kbrn Mama klo ada apa2.. Mama syg km, kgn km..

Rania meneteskan air matanya lagi. Membuat Siska yang disampingnya memeluknya lebih erat. Rania melihat chatnya kepada Ardo. Pesan yang di kirimkan dari kemarin ceklist satu. Tandanya belum terkirim.

Tuhan.. apa yang udah gue lakuin.. Jahat banget gue.. Hina banget... Bego banget! BEGO BEGO BEGO BEGOOOOO!!! Rania merutuki dirinya sendiri dalam hati dan reflek memukul-mukul kepalanya. Siska berusaha menenangkan dengan wajah khawatir. Dari kaca kecil di depan yang menggantung, nampak Bintang masih berwajah gusar, sejenak melihat Rania yang memukul-mukulkan kepalanya.

YANG TERBUANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang