Part 7 - Diteror Nikah

7.4K 341 10
                                    

Terima kaih bagi yang sudah vote dan kasih komen

Selamat membaca








Barbie POV

Akhirnya setelah lebih dari 2 bulan latihan persiapan di ajang bergengsi turnamen Esport dari salah satu game MOBA ini, akan segera dilaksanakan. Gue sudah nervous saja dari semingguan ini. Rasa senang, bahagia, deg-degan, gelisah takut kalah semua ada dibenak gue. Semua persiapan sudah rampung dari mulai laptop, dua smartphone yang tentunya satu lagi buat cadangan takut-takut error, baju jersey tim, baju sehari-hari, sepatu, pelengkapan mandi dan make-up. Yap, meskipun penampilan gue ini agak tomboy ya, bukan TOMBOY ABIS.  Gue begini juga masih suka memakai make up tapi tidak pernah sampai menor. Make up secukunya dan se-natural mungkin.

Gue sering dianggap orang sebagai cewek tomboy. Padahal gue hanya malas saja memakai rok, handbag, atau higheels kemana-mana. Gue tidak menyukai hal-hal yang berbau ribet alias rempong. OOTD yang bias ague pakai sehari-hari, iya unisex style. Alias gaya busana yang jika dipakai cewek atau cowok cocok saja.

Ah sudahlah, gue suka emosi kalo memikirkan soal penampilan sekarang. Soal perjodohan yang diasumsikan 'ta'arufan' oleh Papa-Mama. Jujur gue merasa semakin hari semakin emosi dan terganggu.

Bagaimana tidak? Tiap hari seperti diteror saja. Tiada hari tanpa menanyakan pernikahan. Entah orang tua gue atau orang tua Erlangga yang selalu memberikan kode keras dan pesan tersirat yang menunjukkan kami harus segera menikah. Gue sampai stress setiap kali mereka mengingatkan atau membahas soal itu. Belum lagi kalo Erlangga berkunjung ke rumah, padahal dia hanya mampir untuk bermain game tetapi Papa-Mama sudah heboh tidak karuan menafsirkannya.

'Laah ... dianggapnya dia ngapelin gue? Mana ada ngapelin di hari-hari biasa? Udah gitu dia datang cuman main game doang. Ngapel dari mananya? Emang suka lebay deh mereka,' itulah ocehan gue tatkala Erlangga berkunjung ke rumah.

Belum lagi kalau mereka suka nyinyir dan memberi kode keras kepada kami berdua. Misalnya :

-Wah kayaknya enggak lama lagi nih ruler cincin;

-Wah, sering-sering ngapelin mah tanda-tandanya mau segera ngelamar nih;

-Ega cocok banget yah jadi mantu Mama;

-Enak deh kayaknya kalo punya mantu dokter, jadi kalo sakit langsung ada yang ngobatin, gratis lagi;

-Kalo udah cocok mah ngapain lagi, langsung nikah aja.

Dan masih banyak lagi ocehan dari Papa-Mama yang sering membuat gue emosi jiwa. Mau menikah bagaimana? Orang setiap ketemu kita cuman main game, ngobrolin soal game? Topik pembicaraan kita juga biasa saja tidak ada baper-baperan seperti orang pacaran. Hubungan gue dengan dia layaknya teman biasa seperti member TC Esport. Sama sekali tidak ada istimewanya. Dia masih dengan pacarnya dan gue juga masih mencintai mantan.

Iya, meskipun kadang gue suka baper juga. Kadang ya, tidak sering! Gue akui Erlangga itu ganteng, hot guy, tinggi semampai bak model, mata agak sipit namun tajam setajam silet!! Eh, salah setajam mata elang maksudnya hahaha ...

OMG! Barusan gue bilang apa? Haduh ... sadar Barbie! Inget Danu! Yap ... mantan yang membuat gue susah move on itu bernama, Danu. Hingga sekarang gue belum menemukan kabar keberadaannya. Apa gue nekad saja gitu pergi cari dia ke Riau? Tapi gue gak berani ngebolang sendiri di kampung orang, apalagi luar Jawa.

Gue hampir lupa, siang ini harus pergi ke bootcamp. Hari ini terakhir latihan untuk persiapan turnamen. Sudah tidak ada waktu lagi karena besok kami harus berangkat ke Surabaya. Saking tertekannya dengan perkara perjodohan, gue sampai lupa dengan jadwal kegiatan hari ini. Perjodohan ini sudah membuat pikiran gue kacau dan daya fokus berkurang. Tiba-tiba saja ponsel gue berdering, tanda panggilan masuk dari Koh Stefan.

Istriku Pemain Game Online (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang