Part 3 - Gamers

8.3K 398 7
                                    

Terima Kasih untuk Vote nya😊
Happy Reading😁

EP 3

GAMERS

Barbie POV

            Sepulang kuliah, gue lanjut pergi ke bootcamp TC Esport atau 'The Conqueror Esport'. Suatu perkumpulan atau club gamers yang sudah berdiri tiga tahun. Tim Esport yang terdiri dari 2 coach, 15 member laki-laki dan 5 member perempuan. Coach kami membaginya ke dalam beberapa tim berdasarkan skill dan minat kami pada genre game yang disukai. Bootcamp Esport ini dikelola dan dikembangkan oleh dua coach kami yang kece dan berwajah oriental, Koh Stefan dan Koh Willy. Apalagi bulan depan ada Turnamen Game MOBA. Turnamennya akan diselenggarakan di Kota Surabaya dan ada Event Female's Cup juga.

            Zaman memang sudah berubah. Sekarang gamers tidak hanya digandrungi oleh laki-laki saja, tetapi wanita juga sudah diakui eksistensinya. Banyak gamers cewek yang skill-nya bagus dan tidak kalah dengan gamers cowok. Jangan harap disini anggota ceweknya anggun bak Miss Universe, memakai rok atau dress, handbag, high heels, make-up menor dan alis tebal. Tidak! Kami adalah cewek mandiri, tangguh, cuek, tidak rempong dan tidak suka bergosip seperti cewek normal lainnya.

Di dalam bangunan yang berlantai tiga ini, gue dan beberapa member lain sedang fokus melihat teman kami yang sedang latihan untuk persiapan turnamen. Iya, tentunya latihan dalam dunia Esport itu bukanlah pemanasan seperti pada umumnya sit-up, push up atau lari keliling lapangan hahaha. Tapi, kami berlatih dengan bermain game online tersebut untuk mempelajari sistemnya, karakter tiap hero, item-item yang harus dipakai hingga strategi yang harus digunakan untuk mengalahkan tim lawan.

            "Bie, lo serius mau ikut?" tanya Gio, salah satu member TC Esport yang paling koplak dan akrab.

            "Iyelah ... masa gue sia-siain kesempatan emas ini sih. Sayang dong gue udah conqueror," sahutku sambil mengepalkan tangan dan menepuk-nepuk dada kiriku, mengekspresikan rasa bangga dan keangkuhan dihadapannya.

            "Njiir ... Gal Gadot kumat," ejek Gio sambil menoyor kepala gue.

            "Eh ladies, habis beres match ini giliran kalian ya? Soalnya gue harus balik lagi ke toko," sahut Koh Stefan, Coach of TC Esport yang bijak dan enak kalo diajak diskusi, terlihat berwibawa meski kadang suka ngeselin juga. Tapi sayang doi sudah married tahun kemarin. Banyak cewek yang baper dan patah hati pas tahu Koh Stefan married.

Dan tak lama kemudian ponsel gue berdering, tanda panggilan masuk dari Papa.

            "Iya, Pa," tanya gue sambil melangkah keluar menghindari kebisingan teman-teman dan suara dari game online yang terdengar keras dan menggema.

            "Kamu dimana?"

            "Masih di Bendhill Pa, lagi latihan persiapan turnamen."

            "Kamu itu udah gede! Masih aja main begituan kayak anak kecil! Yaudahlah terserah, pokoknya nanti pulang lebih awal ya? Kita mau makan malam. Itu temen Papa, Dokter Hengky itu lho—."

            "Iya, Pa. Dokter yang di rumah sakit itu kan?" potong gue cepat. Sudah kepalang malas.

            "Iya itu, entar malam jam tujuh ngajak dinner. Dia juga bawa keluarganya. Kamu harus ikut. Awas kalo enggak—."

            "Iya ... iya ikut! Jam empat Arbie pulang!"  potong gue lagi karena sudah malas mendengar ocehan Papa.                                              

Istriku Pemain Game Online (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang