Part 4 - Perjodohan

9.2K 402 39
                                    







Barbie POV

Sepulang dari bootcamp, aku langsung mandi dan siap-siap. Karena nanti malam itu cara formal dan pastinya ala table manner. Acara makan yang paling membuatku malas karena banyak sekali aturan makannya. Duduk diatur makan diatur. Memakai napkin dan memakai sendok, garpu serta pisau yang berjejer. Dan aku suka salah pilih alat makan mana yang harus aku pegang.

"Arbie, cepet, kita udah telat" teriak mamah dari bawah

"Bushhet.. dah sabar napa! lagi make-up ala Han Yura nih (youtuber han yura dan artis komedi di salah satu TV swasta) harus flawless dong biar keceh kaya artis KPOP" sahutku sambil cekikikan mengingat-ingat beberapa wajah artis Korea yang dulu pernah aku tonton.

Beberapa menit kemudian aku turun ke bawah menghampiri kedua orangtuaku.

"Cantik banget anak mama, kenapa enggak gini terus sih nak ke kampusnya, kan anggun enak di lihatnya" sahut mama sambil menggandeng lenganku.

"Iya, kamu kan jadi kelihatan cewek kalo gini, ayo berangkat" tambah papa.

'Bushhet,, berarti tampilan gue tiap hari pakai kaos putih/hitam dan outer kemeja serta celana jeans itu aneh?? ini muji tapi kok ngejek secara tersirat yahh..' ocehku dalam hati

***

Sesampainya di Hotel Victory, kami pun di sambut hangat oleh Dokter Hengky dan istrinya tante Nia, kecuali cowok jutek songong sok kegantengan itu yang sedari tadi memprhatikan penampilanku dari atas sampai bawah. Tapi, rasanya aku pernah lihat dia. Wajahnya tidak asing bagiku.

'Anjir.. pengen gue gibaz ini orang yak.. pake pedang si Astrid' (salah satu hero cewek dalam Game MOBA-AOV). Aku pun membalas dengan mimik jijik kepadanya.

"Kalian dari tadi kok pada diem si, kan tadi udah kenalan" goda tante Nia ke arah kami yang sedari tadi hanya diam saja.

Bukannya aku engak mau ngomong, tapi aku terlanjur malas saja ketemu ini orang. Dia terus melihatku dengan senyum merendahkan ketika aku gelapan saat makan appetizer bingung pake sendok atau garpu atau pisau yang mana, gila banyak banget. Aku sudah lihat tatapan dan senyuman merendahkan dia serta gumaman dia bilang aku 'kampungan'. Walupun tidak terdengar jelas, tapi aku bisa menangkap dari gerakan mulutnya.

'Ya Lord..! rasanya gue pengen banget colok mata dia pake pisau ini' ocehku dalam hati.

"Arbie umurnya berapa sekarang? Masih kuliah ?" Tanya om Hengky.

"21 Om, Arbie harusnya masih kuliah S1, tapi kan papa pengen Arbie lulus cepet terus nyuruh lanjut S2." Jawabku dengan nada kesal.

"cumlaude?" Tanya tante Nia antusias

"Iya dia cumlaude jeng, aku bangga banget dia akhirnya lulus 3,5 tahun dan bahkan lebih awal dari pada teman-temanya" jawab mamaku dengan bangga.

"Wah hebat anakmu ben! ternyata anakmu ini cerdas ya?! Usia segitu sudah S2." Puji om Hengky hingga membuat hidung mancung yang aku peroleh dari gen mama ini rasanya ingin terbang haha..

"Kamu udah bilang ke Arbie belum soal pertemuan kita ini" sambungnya.

"Belum, kalian saja yang bilang, aku dan Irina enggak berani soalnya takut diamuk masa, imut-gemes gini kayak boneka, galak lho kalo marah" kata Papa mengejekku..

"Apaan sih pa enggak lucu tahu" jawabku keki

Mereka pun tertawa melihat tingkah dan ekspresiku yang menurut mereka lucu. Kecuali si Erlangga ini yang hanya diam dan sibuk memainkan Iphone teranyar.

Istriku Pemain Game Online (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang