"Mulai sekarang kamu jangan beranggapan kalau Gatta itu Ayah kandung kamu. Karena Ayah kandung kamu yang sebenarnya adalah pria yang ada di hadapan kamu ini."
Ternyata adik yang selama ini tumbuh dan berkembang bersama Gefta tidak satu ayah dengannya?
"Besok kalian ke Bali?" suara Cilla mengintrupsi dua pasang telinga putranya.
Dua remaja itu ada dalam satu ruangan. Sedang menyusun lego bersama. Biasanya kakak beradik itu berkomunikasi untuk mengabungkan lego-lego kecil agar bisa menjadi satu bentuk tujuan. Tapi, kali ini Gefta dan Giga diam. Konsentrasi dengan tugas masing-masing.
Sebelum menjawab Gefta dan Giga saling berpandangan. Ke Bali? Ah! Bahkan mereka lupa kalau besok jadwalnya menyebrang ke Pulau Para Dewa.
Fyi, saat weekend tiba Gefta-Giga akan pergi ke Bali untuk menjual kartu pos dan beberapa kerajinan handmade buatan mereka.
Cilla tidak pernah mengijinkan dua putranya bekerja sebenarnya. Ia masih sangat sanggup menafkahi atau memberi uang jajan lebih pada anak-anaknya. Tapi Gefta-Giga terlalu keras kepala. Lagipula mereka melakukan itu untuk sekadar mencari kesibukan di tengah weekend yang kebanyakan nggak ngapa-ngapain. Sekalian cuci mata juga.
"Mmm..." gumam Giga menunggu jawaban Gefta.
"Enggak. Aku capek," ucap Gefta memutuskan.
Giga mengangguk setuju sementara Cilla tak masalah dengan keputusan yang diambil anaknya.
"Eh Bunda mau ngomong sama kalian berdua—terutama Mas Ge," ucap Cilla duduk dihadapan kedua anaknya.
Giga menghentikan aktivitas sepenuhnya sementara Gefta masih asik dengan mainannya.
"Ge," sapa Cilla ketika tahu si sulung tak mendengarkan.
Gefta menyerah jika Cilla sudah memanggilnya seperti itu. Ia menjauhkan lego yang sudah seperempat jadi lalu beralih menatap sang Bunda.
"Yes, Bunda."
Cilla menghela napas dalam sebelum dikeluarkan. Pertama-tama wanita itu fokus menatap Gefta.
"Kamu harus tahu sesuatu," awalnya mengelus rambut si sulung.
Dalam melakoni peran Cilla tidak bisa berakting setengah-setengah. Ia harus mengeluarkan semua kemampuannya untuk meyakinkan si lawan. Dan untuk pertama kalinya Cilla terpaksa mengikuti alur yang diciptakannya bersama Pande.
"Sebelumnya Bunda mau minta maaf karena baru bisa ngasih tahu sekarang," ucap Cilla lebih dulu. Kemudian ia meraih tangan si sulung. "Maaf baru ngasih tahu kalau kamu dan Giga nggak satu ayah. Giga anak kandung Ayah Pande," ucapnya.
Gefta ingin tertawa setelah mendengar pernyataan itu. Selain ingin tertawa ia juga merasa sakit. Tepat di bagian telinga dan terlebih hati. Hal yang sama dialami adiknya. Giga juga ingin menertawakan kebohongan Cilla. Kakak beradik itu sama-sama merasa sakit.
"M-Maksud Bunda?" respon Gefta.
Cilla meangkup wajah Gefta dengan kedua tangannya. "Kalian berdua Bunda yang lahirkan, tapi beda ayah. Sampai sini paham?"
Gefta memejamkan mata. Ia pasti salah dengar.
"Bunda bohong," sanggahnya tak terima.
Cilla menggeleng. Berusaha sebisa mungkin meyakinkan Gefta.
"Dengerin Bunda," Cilla menatap lekat manik Gefta. "Apa yang pernah dibilang Ayah Gatta itu benar. Giga bukan anaknya karena Giga anak Mas Pande," lanjutnya.
"Benar apa yang dikatakan Ayah Gatta kalau wajah Giga nggak mirip sama dia,"
Cilla memejamkan mata. Sakit sekali mengatakan hal itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/154132803-288-k846097.jpg)