Book Diary: Trouble Begin

47 6 0
                                    

Pukul 12.00 di desa hilang.
Entah apa yang aku lakukan sekarang. Pikiranku kacau dan tak ada akal untuk mencari tau dimana keberadaan Kak Albertin saat ini. Aku dan Michael hanya berkeliling dari satu rumah ke rumah yang lain untuk menemukan keberadaan kakak. Tetapi hal itu susah dilakukan. Sebab, semua penduduk desa secara kompak mengunci rapat rumah mereka masing-masing dan tidak menjawab atau pun merespon kedatangan kami saat berkunjung ke rumah mereka.


Aku hanya bisa melanjutkan diary kakak ini agar suatu hari ada orang yang bisa menghentikan perbuatan gila yang dilakukan oleh para penduduk desa hilang ini. Sudah banyak sekali orang tidak berdosa yang menjadi korban ritual gila ini. Aku tak percaya ritual ini dapat membawa kebahagian dan ketertraman desa. Yang ada hanya pemikiran orang psiko yang tega membunuh nyama orang tak bersalah.


Aku harap hari ini aku dan Michael berhasil menyelamatkan kakakku. Meskipun gagal menyelamatkannya, semoga diari ini dapat berguna sebagai informasi untuk calon korban berikutnya atau para pihak berwajib untuk menyelidiki dan menghentikan tindakan gila yang mengatasnamakan ritual tersebut.


Air mataku tak berhenti menetes saat aku menulis diari ini. Michael hanya bisa mensupportku dengan semangat dan tetap berfikir untuk mencari cara agar dapat menemukan kakakku. Sungguh aku begitu berterima kasih dengannya karena dengan kebaikannya dan pertolongannya sudah membuatku sedikit agak tenang menghadapi semua situasi yang terjadi kepadaku.


Sore harinya, Michael pun mangajakku elihat kondisi sekitar dari atas rumahnya. Mungkin dengan cara itu kami dapat melihat gerak-gerik mencurigakan dari penduduk desa atau yang lainnya. Ternyata cara tersebut berhasil. Di kejauhan ternyata para warga desa mulai keluar dari rumahnya melalui pintu belakang dan pergi menuju ke hutan. Satu demi satu para penduduk melalukan hal yang sama secara bergiliran. Aku pun bergegas pergi bersama Michael untuk mengikuti para penduduk desa ke hutan.


Kami mengikuti secara diam-diam para penduduk desa menuju ke dalam hutan. Ternyata apa yang kupikirkan benar. Kak Albertin sedang dikurung di dalam rumah kosong dan di luar rumah tersebut terlihat ayah yang berdiri tegap menjaganya. Aku mencari akal dan mulai berpikir. Ya, aku akan menghampiri ayah untuk mengecohnya dan Michael akan pergi untuk menyelamatkan kakak saat ayah sedang lengah.


Aku pun menghampiri ayah dan mengajak ayah pergi dari tempat tersebut agar Michael dapat dengan mudah menyelamatkan kakakku. Tetapi sayangnya rencana kami gagal total. Michael tertangkap oleh salah satu warga desa dan ayahku pun juga menangkapku. Aku dan michael pun diikat dengan tali agar kami tidak dapat bertingkah lagi. Aku sungguh merasa kecewa dengan tindakan ayahku. Mengapa ia begitu tega terhadap kakak anak kandungnya sendiri. Apa yang ada dipikirannya sehingga tega menjadikan putri nya itu korban ritual gila yang dijadikan tradisi ini. Aku mencoba melawan ayah dan kabur. Tetap saja tenagaku sendiri kalah dengan ayah yang kompak bersama dengan para warga desa yang mengepung kami. Mereka hanya bisa tertawa dan mengatakan aku bodoh karena mencoba melawan ritual yang menjadi tradisi tersebut.


Ayahku akhirnya memasukkan ku dan Michael ke dalam rumah kosong itu bersama kakak. Akhirnya meskipun berakhir seperti ini tetap saja untuk terakhir kalinya aku bisa berpamitan dengan kakak dan menghabiskan waktu bersama.


Kak Albertin pun melepaskan tali ikatan kami. Beruntung rasa sakit akibat ikatan tali yang kuat itu kini berkurang. Aku pun langsung memeluk kakak dan menangis dipelukannya. "aku hanya bisa menangis dan berkata maaf kepada kakak karena sikapku selama ini yang dingin terhadapnya. Mungkin apabila dari awal aku percaya apa yang dikatakan oleh kakak. Kejadian seperti ini pastilah tidak akan terjadi. Namun kakak tetap menghiburku. Dengan wajah pucatnya, ia masih sempat tersenyum kepadaku dan menyeka air mataku. Sungguh beruntung diriku memiliki kakak yang sangat baik hati sepertinya.


Kakak Albertin pun melanjutkan tulisannya. Ya aku masih membawa buku diarinya tersebut di dalam tas kecilku. Michael hanya bisa terdiam melihat kami berdua yang begitu menyedihkan. Kakak Albertin pun melanjutkan menulis diarinya.


Kembali ke pagi hari, pukul 05.00
Ayah tiba-tiba membuka pintu kamar dan membangunkanku dengan paksa. Aku berusaha melawan dengan sekuat tenaga berharap bisa kabur tetapi apa daya aku hanyalah gadis yang lemah. Aku diikat dengan erat dan ditarik paksa pergi ke luar rumah. Ayah memasukkanku ke dalam mobilnya dan pergi dari rumah dengan cepat. Aku pun hanya bisa pasrah dengan semua yang dilakukan oleh ayahku ini. Aku hanya bisa menangis dalam perjalanan berharap pertolongan dari siapapun itu datang. Sayangnya tak ada orang yang bisa menolongku.


Aku tau mungkin ini adalah hari terakhir aku hidup. Tapi kalian yang sedang membaca diariku ini harus bisa membantu mengungkap semua peristiwa yang terjadi di desa hilang ini. Setidaknya tidak akan terjadi korban lagi yang sama seperti aku. Ayah membawa mobilnya ke tengah hutan. Dengan berjalan kaki sampailah aku di rumah tua yang tak berpenghuni. Ayah pun memasukkanku ke dalam rumah tersebut dan membuka ikatanku. Ia pun mengunciku dari luar dan berdiri di depan rumah untuk menjagaku agar tidak kabur. Hingga bertemulah aku sekarang dengan adikku Alberto dan temannya Michael.

The Dark Ritual In The Lost Village Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang