A Stranger Man

84 11 0
                                    

Pria itu meskipun sudah terlihat seperti pria paruh baya tetapi dari wajahnya terpancar aura yang indah. Stevanny mencoba mengamatinya. Ya, pria ini tampak kuat dan berwibawa. Dengan raut mukanya yang ceria, serta senyumannya yang merekah, membuat hati orang lain yang melihatnya ikut bahagia. Kulitnya kuning langsat, matanya agak sipit, dan matanya kecoklatan, rambutnya mulai beruban, dan tinggi badannya kira-kira 170 cm. Tak hanya fisik yang terlihat sempurna, tetapi sikapnya juga sangat sopan kepada orang lain yang baru dikenalnya.

Tanpa basa-basi, pria itu mengajak Steve dan Stevanny pergi berkunjung ke rumahnya. Karena merasa kelelahan, mereka pun menerima ajakan pria tersebut. Setelah beberapa langkah berjalan, Steve dan Stevanny tiba di depan pintu masuk  rumah pria tersebut. Mereka melihat halaman depan rumahnya yang luas. Rumah pria ini cukup bagus dibandingkan rumah penduduk yang lainnya. Terlihat sederhana tetapi terkesan mewah. Dengan senyuman ramahnya, pria itu membukakan pintu rumahnya dan mempersilahkan Steve dan Stevanny masuk ke dalam rumahnya. Luar rumahnya sudah tampak mewah dan ternyata di dalamnya sungguh seperti istana. Banyak perabotan dan lukisan yang indah terpajang di dalam rumahnya. Kombinasi warna dan penempatan perabotan yang tepat semakin memperindah rumah pria tersebut. Sungguh takjub Steve dan Stevanny melihat kondisi dalam rumah pria tersebut, sebab rumah mereka yang sudah dianggap mewah masih tidak ada apa-apanya dibandingkan rumah pria tersebut.

Pria tersebut membawa Steve dan Stevanny ke ruang tamu. Ia pun mempersilahkan mereka duduk dan kemudian ia pun pergi meninggalkan Steve dan Stevanny berdua. Tak lama, pria itu kembali dengan membawa dua handuk dan juga dua pakaian lengkap untuk digunakan. Ia pun mengantarkan Steve pergi ke kamar mandi dan menyuruh untuk membersihkan badan dan berganti pakaian, sedangkan pelayan wanita mengantarkan Stevanny pula ke kamar mandi yang berbeda dengan tujuan yang sama.

Beberapa menit berlalu, Steve dan Stevanny telah menyelesaikan mandi mereka dan kembali ke ruang tamu. Disana, nampak pria tersebut duduk menunggu dan mempersilahkan mereka duduk dengan senyumannya yang khas tersebut. Steve dan Stevanny kembali berterima kasih kepada pria tersebut. Sekarang mereka sudah tampak segar kembali meskipun badan mereka sudah lumayan capek.

"Ya, mohon maaf sebelumnya. Belum sempat saya memperkenalkan diri kepada kalian berdua. Saya adalah kepala desa disini. Nama saya Michael. Apa kepentingan kalian berdua sehingga datang di desa kami yang terpencil seperti ini? Mohon kalian jelaskan!" terang Michael sambil kembali menampakkan senyumannya yang menawan.

"Ya, Pak Michael. Terimakasih sebelumnya. Perkenalkan, saya Steve dan ini adik kembar saya, Stevanny. Kami sebenarnya mau pergi ke rumah nenek kami. Tetapi, kami tersesat dan mengalami kecelakaan. Akhirnya, sampailah kami di desa hilang ini tanpa sengaja" terang Steve menjelaskan.

"Oh, jadi begitu kejadiannya. Baiklah, kalau begitu kalian boleh menginap untuk beberapa hari di rumah saya. Tak perlu sungkan, anggap saja seperti rumah kalian sendiri. Ya beginilah rumah saya. Mohon dimaklumi" jelas Michael yang kemudian berdiri dan mengantarkan Steve dan Stevanny ke kamar tidur mereka masing-masing.

Steve dan Stevanny pun sekali lagi berterima kasih atas niat baik Pak Michael tersebut. Mereka dengan senang hati menerima penawaran Pak Michael dan mengikutinya hingga sampailah mereka di kamarnya masing-masing. Mereka pun akhirnya tertidur lelap karena kecapaian seharian berada di perjalanan.

The Dark Ritual In The Lost Village Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang