Albertin's Diary Part 2

52 8 0
                                    

Senin,  14 Februari 1972
  Seminggu ini aku telah membaca hampir setiap buku yang berada di perpustakaan desa hilang ini.  Aku kesusahan bila membaca semua buku yang ada di perpustakaan ini sendirian. Terpaksa ku ajak adikku Alberto untuk membantuku membaca buku di perpustakaan ini. Untunglah Alberto dengan senang hati membantuku tanpa mengeluh. Dengan bantuan Alberto,  kami berdua kembali membaca satu persatu buku yang ada di perpustakaan ini.


Setelah menghabiskan beberapa jam membaca, Alberto menemukan informasi yang sangat penting. Buku tersebut berjudul tradisi bulanan warga desa hilang. Diberikanlah buku tersebut kepada ku. Kami pun membaca bersama-sama isi buku tersebut. Ternyata apa yang aku curigai selama ini benar.  Pada bulan Februari, Desa Hilang ini memiliki tradisi yang sangat aneh. Tradisi aneh tersebut adalah para warga desa  melakukan ritual pengorbanan. Pengorbanan nyawa iblis yang menjelma di diri para manusia yang terpilih karena sifat jahatnya. Tradisi ini dilakukan setiap tahun kabisat nya. Ritual tersebut dilakukan di tepi jurang, di dalam hutan saat tengah malam tanggal 28 februari menuju ke 29 februari. Ritual ini bertujuan untuk mengusir jiwa-jiwa jahat dalam hati manusia dan menghilangkan kesialan di seluruh desa dan menggantinya dengan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi para warganya.


  Kami sangat terkejut melihat isi buku tersebut.  Ternyata benar apa yang aku pikirkan selama ini. Alberto pun terkejut membaca langsung isi buku tersebut. Sebab perlakuan penduduk desa kepadanya sangatlah baik sekali, tetapi berbeda dengan ku mereka sangatlah asing. Apakah yang terjadi pada malam 28 februari tahun ini. Sangat mengejutkan dan sungguh mengerikan. Siapakah korban yang dimaksud untuk ritual tersebut? Itulah pertanyaan besar yang harus kami selidiki satu bulan ini sebelum jatuh korban berikutnya.


Senin,  21 Februari 1972
Seminggu sudah, Alberto mencari informasi kepada para warga desa hilang ini, tetapi jawaban mereka selalu sama. Sepertinya para warga desa memang sepakat untuk merasahasiakan hal tersebut kepada anak-anak seperti kami ini. Hal itu juga ku tanyakan kepada ayah.  Hingga bukti buku tersebut kubawa untuk ayah,  tetapi tetap ia bungkam untuk memberi tahu lebih lanjut info tentang siapakah korban yang dimaksud untuk ritual pengorbanan tersebut. meskipun minim informasi,  namun kami tak mudah menyerah.  Aku dan Alberto pun mencari informasi di kota dekat desa hilang ini dengan menaiki sepeda motor.  Di tengah jalan tiba-tiba ban motor kami bocor. Di desa hilang ini jarang ada tukang tambal ban. Terpaksa kami pun kembali ke desa dengan wajah kecewa. Di tengah jalan,  terlihat tatapan warga desa yang sangat aneh kepada kami. Kami hanya terus berjalan sambil membawa sepeda motor.


Sampai di rumah ayah justru memarahiku. Ia mengatakan bahwa kejadian itu merupakan hukuman sebab kabur meninggalkan desa dengan sengaja. Tradisi bulan febuari ini harus dilakukan oleh seluruh warga dan anak-anak mereka wajib berdiam diri di dalam rumah. Ayah pun akhirnya menghukumku. Aku dikurung di dalam kamar selama seminggu. Sebelum dikurung dalam kamar,  aku menyerahkan buku diari ku pada Alberto. Aku ingin Alberto melanjutkan penyelidikan kepada warga desa dengan sangat hati-hati. Aku hanya berharap tidak ada lagi korban pengorbanan warga desa yang sangat tidak berperikemanusiaan tersebut.

The Dark Ritual In The Lost Village Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang