Alberto's Diary Part 2

42 7 3
                                    

Mentari mulai menyapaku dengan sinarnya yang terang. Aku terbangun dengan mataku yang sembab. Semalaman aku hanya bisa menangis sampe tertidur. Aku harus berfikir keras sekali lagi. Pasti ada cara agar aku dapat membuat kak Albertin terbebas dari dalam kamarnya. Setelah lama berfikir aku pun mendapatkan ide.

Senin, 28 Februari 1972
Aku ingat dengan pertemuanku kemarin dengan michael. Michael anak kepala desa itu membawa walkie talkie dan memberi tau kepadaku kemarin untuk menghubunginya disaat kondisi terdesak. Segera, aku bergegas mencari walkie talkie milikku dan menghubungi Michael untuk membantuku. Setelah mencoba mengubunginya beberapa kali, Michael pun merespon panggilanku.

"Halo, Michael ... Kumohon, aku butuh bantuanmu sekarang. Aku sedang dikurung di dalam kamar. Kak Albertin sedang dalam bahaya. Kita harus segera menolongnya" ucap ku dalam walkie talkieku.

" Iya, tunggu sebentar kak. Aku akan bergegas kesana. Sabarlah aku akan menolongmu dan kak Albertin juga" jawab Michael dalam walkie talkienya.

"Baiklah, aku tunggu kedatanganmu. Berhati-hatilah dengan ayahku. Dia menjadi sangat berbeda dari biasanya. Aku takut dia bisa melukaimu. Semoga ayah masih tertidur di kamarnya atau sudah pergi dari rumah. Waspadalah. Aku harap kedatanganmu bisa menyelamatkan kami berdua dan terimakasih atas bantuanmu" ucapku.

"Oke siap kak, aku akan berhati-hati. Kuawasi dulu rumahmu jika bisa aku akan menyelinap kesana" balas michael.

Aku memikirkan cara agar dapat keluar dari kamarku ini. Aku harus mendobrak pintu kamarku atau aku merusak pintunya dengan apapun itu agar aku bisa terbebas. Awalnya aku berteriak keras-keras untuk memastikan apakah ayah masih berada di rumah atau tidak. Setelah beberapa lama aku berteriak, tak ada respon dari luar. Sepertinya ayah sudah tidak ada di rumah. Aku pun mendobrak pintu kamarku beberapa kali. Akhirnya pintu kamarku berhasil terbuka.

Aku bergegas berlari menuju kamar ayah untuk mengambil kunci kamar kak Albertin. Setelah mencari beberapa lama di laci kamar ayah, kunci kamar kakak tidak juga ditemukan. Aku pun keluar dari kamar ayah dan pergi menuju kamar kakak. Terlambat sudah, kamar kakak terbuka dan tak ada keberadaan kakak disana. Sepertinya ayah telah membawa kakak pergi dari rumah. Aku binggung. Apa yang harus kulakukan untuk menyelamatkan kakakku. Aku pun menanyakan para asisten rumah tangga di rumahku untuk menanyakan keberadaan ayah dan kakak. Sayangnya mereka tidak dapat menjawabnya. Mereka hanya tau bahwa ayah mengajak paksa kakak dan pergi dengan menaiki mobil. Kini aku hanya bisa menunggu kedatangan Michael. Mungkin Michael tau apa yang harus kulakukan untuk dapat menyelamatkan kakak.

Aku menunggu kedatangan Michael di depan rumahku. Beberapa menit kemudian, tampak Michael dengan menaiki sepedanya menuju ke rumahku. Segera aku memanggilnya dan menceritakan semua yang terjadi. Michael juga bingung kemana kak Albertin berada sekarang. Ia pun mengajakku pergi berkeliling desa untuk mencari keberadaan kakak.

Anehnya setiap rumah warga tertutup rapat saat kami menghampiri tiap rumah untuk menanyakan tentang keberadaan kakak. Apakah ini sudah jadi rencana yang dilakukan oleh para penduduk desa untuk mengurung diri mereka sebelum ritual pengorbanan dilakukan nanti malam. Aku pun diantar oleh michael pergi ke rumahnya. Mungkin ayahnya bisa mengetahui keberadaan kakak dan membantu mereka. Kami pun sampai di rumah kelapa desa. Dengan cepat michael mempersilahkan aku masuk dan kami pun bergegas menuju ke ruangan Pak Robert, ayah Michael. Namun sayangnya, Pak Robert tidak terlihat di kantor ataupun di kamarnya. Para asisten rumah juga menjelaskan bahwa Pak Robert sudah pergi setelah michael tadi pergi dengan menaiki sepedanya. Aku pun semakin bingung dan sedih. Apakah tidak ada cara untuk menemukan kak Albertin dan menghentikan ritual pengorbanan ini.

The Dark Ritual In The Lost Village Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang