8 - English Club

31 4 0
                                    

Tak terasa, sebulan berlalu sejak hari pertamaku di sekolah. Aku sudah mengenal hampir seluruh anggota kelas, meskipun masih ada beberapa orang yang namanya sering tertukar. Sejauh ini sekolahku berjalan lancar.

"Senja!"

Aku dan Nayla yang sedang mengobrol di taman sekolah menoleh ke arah sumber suara. Fajar menghampiri sambil membawa selembar kertas.

"Kenapa, Fajar?" tanyaku penasaran.

Nayla ikut menatap Fajar penuh rasa ingin tahu.

"Mam Ai menyuruhmu ikut speech competition Sabtu ini."

Perkataan Fajar membuatku terbelalak.

"Wow, serius, Jar? Ja, ini kesempatan!" seru Nayla antusias. Aku masih tak percaya mendengarnya.

"Nggak salah, Fajar?" tanyaku memastikan.

Fajar menyerahkan selembar kertas.

"Nih, dari Mam Ai. Peraturan lombanya. Kamu disuruh persiapkan diri dari sekarang. Kalau mau kamu bisa temui Mam Ai pulang sekolah nanti," jelas Fajar.

Aku menerima kertas dari Fajar dengan tangan gemetar. Serius? Mendadak sekali?

"Ah, kamu kan emang orang Amerika," kata Nayla. "Mudah itu. Tinggal cas-cis-cus aja, kan?"

"Aku belum punya pengalaman berpidato, Nayla. Aku nggak tahu caranya," sahutku dengan ekspresi setengah panik.

Fajar tertawa kecil.

"Kalau masalah itu gampang. Kamu tinggal pilih tema yang kamu mau, lalu tentukan judulnya. Nanti kamu kembangkan menjadi satu teks pidato yang berisi opini dan argumen kamu. Kalau bisa kamu masukkan pendapat ahli atau data-data yang mendukung."

"Nah. Udah itu, kamu cuma tinggal memahami inti pidatomu. Karena bahasa inggris adalah 'bahasa ibu'-mu, aku yakin kamu bisa berimprovisasi dengan mudah. Itu menjadi salah satu keunggulanmu, makanya Mam Ai menyuruhmu untuk ikut. Sekalian nambah pengalaman."

Fajar mengakhiri penjelasannya sambil terkekeh. Aku masih menatap selembar kertas ditanganku dengan pandangan tak percaya.

"Ngapo dak (kenapa nggak) mengutus anak English Club?" tanya Nayla. "Kau anak EC kan, Jar?"

Fajar mengangguk.

"Karena itu juga, Ja," Fajar menatapku, "ayo bergabung ke English Club!"

***

Aku turun dari motor Nayla. Sejak Nayla berkunjung ke rumahku, aku selalu berangkat dan pulang dari sekolah bareng Nayla. Ternyata rumah kami searah, dan Nayla selalu melewati gang rumahku jika hendak pergi atau pulang sekolah. Nayla dengan senang hati menawarkan untuk berboncengan denganku. Ibu pun menyetujuinya—bahkan beliau bercanda, "hitung-hitung hemat uang."

"Makasih, Nay."

"Yoi, Ja." Nayla tersenyum. "Jadi gimana? Kamu mau masuk EC?"

"Kupikirkan dulu," jawabku.

"Soal lomba pidato?"

"Mau gimana lagi? Mam Ai sudah menyuruhku. Aku harus ikut." Aku menjawab pasrah. Aku sudah menemui Mam Ai sebelum pulang, dan beliau memaksaku untuk ikut. Aku tak bisa menolak lagi.

"Semangat! Aku yakin kamu bisa."

Nayla mengepalkan tangan kirinya. Aku tersenyum melihatnya.

"Aku pulang, ya."

Aku melambaikan tangan hingga Nayla menghilang dari belokan gang. Aku berjalan memasuki rumah setelah mengucap salam.

Kulihat Ibu sedang menjahit di ruang tamu. Kusalami ibu, lalu aku duduk di sebelahnya. Aku ingin mendiskusikan tentang lomba dan tawaran Fajar.

"Bu," aku membuka topik, "guru sekolahku menyuruhku ikut lomba speech."

"Oh ya? Bagus, dong!" Ibu tersenyum senang mendengarnya. "Kapan lombanya?"

"Minggu depan."

"Oh, gampang itu. Ibu yakin kamu bisa. Tinggal bicara aja, kan?" Ibu tersenyum jahil. Aku sedikit merengut.

"Kalau gampang, kenapa dijadikan perlombaan?"

Ibu terkekeh.

"Bagi kamu, Ja. Bahasa inggris kan emang bahasamu. Sekarang kamu cuma perlu bikin teks. Ya udah, kamu bikin. Kalau ada kesulitan, kamu bisa tanya ke guru bahasa inggrismu," ujar Ibu. "Oh, atau kalau ada temanmu yang pernah ikut lomba speech, kamu bisa minta tips and trick darinya."

Aku diam sejenak. Baiklah, aku sudah pasti mengikuti lomba. Sekarang masalah ekskul.

"Ng ... terus, Bu, temanku ada yang nawarin untuk masuk English Club."

"Jadi?"

"Jadi ... aku harus masuk?"

"Yah, kamu maunya gimana?"

"Aku bingung, Bu," keluhku.

"Kok itu aja kamu bingung? Sekarang Ibu tanya. Apa aja kegiatan klub itu?"

Aku bergumam, mengingat-ingat penjelasan Fajar.

"Banyak, Bu. Salah satunya sebagai wadah bagi murid-murid yang ingin meng-improve kemampuan bahasa inggrisnya. Termasuk murid-murid yang ingin berlatih untuk persiapan lomba. Makanya kalau ada lomba bahasa inggris, yang diturunkan pasti anak klub."

"Nah, Senja." Ibu menatapku lamat-lamat. Ia menghentikan aktifitas menjahitnya. "Kamu kan memang bisa berbahasa inggris. Kalau kamu menjadi anggota klub, kamu bisa membantu teman-temanmu dalam melatih kemampuan mereka. Kamu juga bisa belajar banyak dari mereka dan mendapat pengalaman. Lantas kenapa kamu bingung?"

Aku terdiam. Yang Ibu katakan betul adanya. Kenapa aku bingung pada hal yang tak seharusnya? Aku pasti bisa memberi manfaat pada teman-teman yang lain jika bergabung dengan English Club. Klub itu pasti juga akan membawa manfaat padaku. Ya, pasti.

***

Sehari Di SanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang