Jangan Lupakan

28 0 0
                                    

Dea seorang gadis cantik yang tak pernah mengenal kata lelah untuk menghadapi sikap teman - temannya.  Dia akan selalu berusaha yang terbaik untuk kebahagiaan sahabat-sahabatnya itu.  Karna dia telah berpikir bahwa sahabat adalah keluarga keduanya.
Pita, Dinda, dan kunestri. Mereka adalah tiga orang yang sudah Dea anggap keluarga kedua hingga saat itu tiba.....

"Guys,  apa kalian pernah berpikir bahwa hari akan terjadi? ". Ucap pita dengan isakan tangis yang ia tahan.
"Entahlah,  aku nggak pernah berpikir untuk pisah dengan kalian". Ucap unes yang juga menahan isaka tangisnya.
"Aku sebenarnya masih mau disini, tapi keadaan nggak mendukung aku sama sekali". Dea yang merasa akan kehilangan segalanya setelah ini
Giliran Dinda yang berucap "mungkin setelah ini aku akan yang kehilangan yang mendalam dari pada kehilangan pacar tersayang".
Dea dan pita berhasil tersenyum setelah mendengar ucapan Dinda."hahaha bisa aja kamu memang bener nggak merasa kehilangan mendalam kalau putus sama si doi?". Godaan dea berhasil membuat Dinda malu dan mendengus sebal."ah kamu mah de, emang paling bisa bikin aku kesel aja!". Ucapan Dinda kali ini berhasil membuat sahabat-sahabatnya ini tertawa.  Apalagi dengan ekspresi Dinda saat ini, sungguh membuat mereka merasa terhibur untuk waktu yang singkat.
Memang sebuah perpisahan akan membawa kesedihan mendalam untuk waktu yang panjang jika sendiri dan singkat jika bersama. Dan Dea, entah apa yang akan terjadi jika ia benar-benar berpisah dengan sahaba-sahabat nya ini.  Sungguh hanya membayangkan saja ia tak bisa apalagi nanti jika benar-benar akan terjadi.  Mereka memang baru dipertemukan tapi mereka telah menganggap persahabatan ini adalah ikatan yang kuat antara mereka selain keluarga.

Dea hanya menganggap semua ini hanyalah bualan takdir semata.  Karna ia yakin takkan pernah berpisah dari sahabatnya ini.  Tapi hari itu tiba.  Perpisahan yang tak terbayangkan dari sebelumnya.

Tiga hari sebelum perpisahan sekolah......
" aku ngga ngerti sama kamu din,  mau kamu tuh apa sih? Kalau emang kamu mau pacar aku silahkan.  Tapi jangan gini caranya,  pake komunikasi sama pacar ku dibelakang ku lagi.  Kamu punya otak ngga sih din?! Dia tuh pacar aku.  Dan kamu sendiri juga punya pacar kan..? Jadi buat apa kamu ngelakuin ini semua,  aku tau sejak awal pacar aku kenal kamu dia emang kayaknya suka sama kamu.  Tapi aku ngga nyangka kamu akan setega ini sama aku din.  Aku nyesel udah kenal kamu... ".unes yang dilanda emosi hanya bisa mengeluarkan air mata dan mengeluarkan semua yang ia rasakan hanya lewat kata-kata.
"Bukan gitu nes,  kamu tolong dengerin aku. Kamu salah paham nes, please...  Dengerin aku". Bantah Dinda dengan isak tangis yang sejak tadi ia keluarkan.
"Halah...  Aku udah ngga butuh penjelasan kamu.  Udah sekarang terserah kamu mau apa, aku udh lepas tangan untuk hubungan ini,  untuk hubungan kita,  persahabatan kita.  Aku udah males sama kamu.  Kamu bener-bener orang yang ngga tau diri dan gak punya malu". Ucap unes dengan penuh kekecewaan dan perasaannya yang kacau.  Ia telah menganggap Dinda seorang sahabat yang tak tau diri. Ia sudah kecewa pada Dinda. Dan ia telah merelakan hubungan persahabatan mereka.
"Tapi nes,  kamu benar-benar salah paham nes.  Aku mohon dengerin penjelasan aku dulu... " mohon Dinda kepada sahabatnya itu.
"Apa?  Apalagi din?  Apa nggak cukup buat kamu nyakitin aku?  Apa nggak cukup buat kamu ngecewain aku dan sahabat-sahabat kamu ini? Apa kamu nggak malu sama apa yang telah kamu lakukan ini? Aku benar-benar nggak nyangka kamu setega ini din... Mana Dinda yabg aku kenal dulu?  Apa semua nasehat dan semua perhatian kamu buat aku itu palsu?  Hah,  mungkin iya, kan emang aku nggak pernah kamu anggap kan din?  Kamu jahat tau din.  Jahat banget! ". Ucap unes yang sudah kepalang emosi dan sudah tak memandang siapapun saat ini.
"Ku mohon nes...  Hiks hiks hiks dengerin aku dulu...  Please... ". mohon Dinda sungguh-sungguh.
"Udahlah terserah kamu.  Aku capek.  Aku capek din sama kelakuan kamu yang seenaknya kayak gini.  Udahlah,  terserah!! ". Ucapan terakhir unes sebelum ia berlalu dari hadapan Dinda, Dea dan pita. Ya, memang mereka sedang berkumpul sekarang.  Awalnya Dea dan pita tak tau-menau tentang masalah antara Unes dan Dinda.  Karena mereka berdua terlihat baik-baik saja selama ini. Dea dan pita pun tak pernah menyangka sikap diam unes selama ini adalah ini hasilnya.  Ia diam karena masalah ini.  Unes tak sekalipun cerita kepada Dea maupun pita.  Apakah ini akhirnya dari persahabatan mereka? Pikir Dea.
"Nes....  Hiks hiks hiks". Parau Dinda yang terisak dalam pelukan Dea saat ini.  Semenjak kepergian Unes tadi, pita dan Dea membagi tugas mereka untuk menemani salah satu sahabatnya dan kini Dea sedang bersama Dinda di tempat tadi. Taman belakang sekolah.
"Udah din,  udah.  Kamu nggak boleh nangis kayak gini.  Kamu harus kuat buat mempersatukan pecahan kaca yang kamu ciptakan din. Aku ngerti kamu pasti ada alasan dibalik semua ini.  Tapi nggak menutup kemungkinan Unes akan mengerti semua ini din. Kamu harus sabar dan kuat ya? ".ucap Dea dengan penuh ketulusan.  Ia tak ingin hubungan persahabatan mereka akan hancur begitu saja hanya karena hal sepele seperti ini.  Dea yang tak pernah mengenal kata Cinta ataupun merasakan apa itu Cinta.  Cukup paham bagaimana cara untuk menengahi masalah ini. Ia sering dijadikan sebagai tempat curhat jika sahabat-sahabatnya sedang mengalami masalah. Tapi entah mengapa kali ini Unes tak bercerita kepadanya.  Mengetahui saja tidak.
"Unes salah paham de,  dia salah paham... ". Ucap Dinda di sela-sela isak tangisnya.
"Okey,  kamu bilang Unes salah paham kan? "Tanya Dea dan mendapat anggukan oleh Dinda. "Sekarang cerita sama aku apa masalahnya? Kenapa Unes bilang kamu mau ngerebut pacarnya? Apa yang udah kamu lakuin din? ".lanjutnya.
Dinda yang sudah duduk berhadapan dengan Dea kali ini dia berusaha kuat dan tegar demi menjelaskan semua kesalahpahaman ini.  Dan ia harap Dea akan mengerti.  Karena ia satu-satunya harapan agar Unes akan mau mendengarkannya. "Jadi gini,  ang selama ini aku chattingan sama pacarnya Unes, tapi itu karna dia yang duluan chat aku de. Dan aku juga nggak punya pilihan lain buat nggak ngebales chat dari dia. Karena dia pacarnya sahabat ku dan dia juga sering minta tolong sama aku buat mantau Unes de. Dia takut kalau Unes bakalan selingkuh.  Padahal aku udh ngeyakinin dia bahwa Unes nggak akan selingkuh dari dia.  Karena aku tau Unes itu kayak gimana de.  Mereka udah pacaran 4 tahun de.  Masa iya aku tega nyakitin sahabat aku sendiri.  Walaupun begitu aku juga udah punya pacar de.  Aku sayang banget sama pacar aku. Sampe saat itu tiba.  Si Ubay pacarnya Unes chat aku.  Dia bilang sama aku,  kalau dia lagi dipantai sama temennya. Dan dia tanya mau di buatkan tulisan nggak di pasir pantai?. Karena dia tau dari status ku kalau aku pengen banget di tulisin tulisan nama ku di pasir pantai.  Kamu tau sendiri kan de, kalau aku ngga pernah boleh main jauh apalagi sampai keluar kota sama ortu ku?. Nah sangking senangnya akhirnya aku terima tawarannya dia.  Dan aku ngga tau kalau Unes nggak tau tentang chat itu.  Dan besoknya paketan aku abis de,  makanya aku pernah off sampai 3 hari kan waktu itu? Nah aku nggak tau kalau setelah fotonya dia kirim ke aku.  Besoknya di buat story sama dia de.  Dan aku nggak tau itu,  karena aku udah off besok nya. Aku baru tau setelah aku dikasih tau temen ku yang juga punya nomornya dia.  Katanya tulisan itu dibuat story sama dia dan juga ada tambahannya 'love you' dan ternyata yang dia kirim ke aku itu udah dia crop sebelumnya. Aku kira itu cuma main-main doang.  Karena selama ini aku liat Unes juga nggak ngomong apa-apa sama aku.  Jadi aku kira Ubay udah bilang ke Unes.  Maka dari itu aku tenang aja. Dan aku nggak nyangka akhirnya kayak gini de.  Aku ngga nyangka Unes nggak tau apa-apa.  Aku nggak nyangka Ubay akan setega itu buat ngejelek-jelekin aku di mata sahabat ku sendiri de.  Apa salah aku sama Ubay de?  Apa? ".ucap dinda sedih dengan air mata yang telah ia tahan sedari tadi kini lolos lagi. Ia juga tak menyangka jika Ubay akan setega itu padanya.
Dea yang kini telah mengerti masalahnya pun berbicara. "Trus, aku mau tanya sama kamu sekarang din.  Apa pacar kamu tau kalau kamu chattingan sama Ubay?". Pertanyaan Dea barusan mendapatkan anggukan dari dinda. "Iya de, pacar aku udah tau semuanya.  Karena aku selalu cerita ke dia. Dan dia juga simpan nomernya si Ubay kok de.  Tapi Ubay kayaknya nggak simpan nomernya pacar ku deh.  Jadi dia nggak pernah ribut sama pacar ku.  Pacar ku juga tau koq kalau aku minta dibuatkan tulisan sama Ubay di atas pasir pantai.  Tapi pacarku nggak tau kalau ada tulisan tambahan.  Sama nggak tau nya sama aku de". Jelas dinda.  Berharap Dea akan mengerti. "Hm, aku paham sekarang. Berarti yang salah disini adalah Ubay.  Kayaknya dia niat banget buat ngerusak persahabatan kita.  Dan aku nggak akan biarin itu.  Oh ya, kamu masih simpan chattingan kamu sama Ubay kan din?". Lagi-lagi Dinda mengangguk. "Iya masih aku simpan.  Aku nggak pernah hapus apapun di handphone ku selain berkas-berkas yang nggak penting". Ucap Dinda yakin.
"Okey,  besok akan aku selesaikan msalah ini". Ucap Dea dengan senyum mengembang di wajahnya.  "Tapi kenapa nggak sekarang aja de? Aku mau Unes tau semuanya sekarang". Tanya dinda. "Nggak din sekarang waktunya gak tepat. Karena Unes juga lagi emosi tadi.  Dia terlalu kaget dengan semua masalah ini. Apalagi ayah nya belum lama meninggal din.  Jadi kita beri wakti Unes buat nenangin hati sama pikirannya dulu.  Kamu yang sabar ya?pasti semuanya akan selesai kok". Ucap Dea dengan penuh keyakinan. Dan mendapat anggukan mengerti dari dinda.
2 hari sebelum perpisahan....
"Nes aku mohon kamu dengerin semua penjelasan dari dinda dulu ya?  Aku bukannya mau ngebela Dinda.  Tapi aku hanya enggak mau kalau persahabatan kita akan berakhir disini dengan masalah seperti ini". Ucap Dea penuh permohonan kepada Unes.
"Iya nes,  lagi pun apa salah nya jika kamu dengerin penjelasan dari sahabat kamu dulu nes?  Toh itu juga nggak akan nyita waktu kamu kan? Lebih baik mendengarkan dari pada ada penyesalan nes". Kali ini pita yang berucap.
"Nggak guys,  aku udah capek sama dia, aku udah nggak akan anggap dia sebagai sahabat ku lagi!".ucap Unes dengan penuh penekanan. Sebagian siswa yang sedang berada di kelas pun keluar.  Karena mereka tau bahwa akan ada masalah yang tak ingin di ikut campurkan oleh siapapun. Ya,  mereka di kelas sekarang.  Sedangkan Dinda sudah di suruh Dea untuk mengunggu di taman belakang sekolah.
"Nes,  apa nantinya kamu gak akan menyesal jika kamu tak mendengarkan penjelasan dari sahabat mu sendiri?  Apa nggak adil namanya jika kamu saja mau mendengarkan Ubay pacar mu sedangkan sahabat mu sendiri Dinda,  tak sedikitpun kamu beri kesempatan? ". Dea yang sedang memberi pengertian untuk Unes.
"Iy nes, penyesalan akan datang terlambat jika kamu memberinya peluang untuk penyesalan itu datang di akhir masalah". Ucap Pita yang juga sedang memberi pengertian kepada Unes.
Diam. Hening. Tak ada yang berucap kali ini.
"Okey aku mau".ucap Unes pada akhirnya. Kini senyum mengembang di wajah kedua sahabatnya itu.  Dea merasa senang karena Unes mau mendengarkan penjelasan dari Dinda.  Sekarang hanya waktu dan takdir yang memainkan perannya.  Ia hanya  mempasrahkan semuanya.
Mereka pun menghampiri Dinda yang sedari tadi sudah menunggu dengan cemas di taman belakang sekolah. Dinda cemas karena ia takut jika Unes akan menolak untuk mendengarkan penjelasannya. Tapi semua kecemasannya hilang seketika saat ia melihat Unes, Dea, dan Pita sedang berjalan ke arahnya. Rasa bahagia yang tak bisa di gambarkan saat ini,  itulah perasaan Dinda saat ini.  Ia tak menyangka jika Unes akan mau untuk mendengarkan penjelasannya. Ia tersadar dari lamunannya saat Pita menepuk bahu kanannya.
"Eh, kalian udh sampe sini". Senyum yang terukir di wajahnya sedari tadi tak pernah hilang. "Oh iya, ayo duduk dulu guys? ". Dinda seperti salah tingkah saat ini.  Ia bingung menghadapi situasi seperti ini.  Jika sebelumnya ia selalu membuat lelucon untuk sahabatanya tertawa.  Kini ia tak bisa melakukannya karena situasi yang tak pernah ia inginkan selama ini. "Nggak usah bertele-tele deh, sekarang mau jelasin apa? ". Sontak saja Dinda kaget karena sikap ketus Unes padanya kali ini.  Ia tak pernah menyangka kejadian seperti ini akan menimpanya.
"Eh, hehehe itu...  Hmmm anu...". Hanya kata itu yang keluar dari mulut Dinda saat ini.  Dia takut.  Takut jika Unes akan lebih membencinya.  Ia takut jika ia akan salah ngomong nantinya. Di samping rasa itu, ia juga merasa tidak enak kepada Unes.  Ia tau jika Unes sedang merasa lebuh sedih darinya kali ini.
"Itu anu itu anu.  Cepetan mau ngomong apa?!". Geram Unes karena sedari tadi Dinda tak menjelaskan apapun sama sekali.  Sudah lima menit ia menunggu. "Sabar nes,  sabar.  Jangan emosi dulu.  Dengerin dulu.  Kalau kamu ketus kayak gitu Dinda nya juga takut buat ngejelasinnya sama kamu nes".ucap Pita memberi pengertian. " lah abisnya dari tadi diem aja.  Bikin kesel aja! ". Ucap Unes dengan geramnya.
1 detik 2 detik hingga lima menit berikutnya. Dinda masih tak bersuara untuk menjelaskan semua kesalahpahaman ini.  Unes yang tidak sabaran pun akhirnya beranjak dan meninggalkan sahabat-sahabatnya itu.  Pita pun menyusul Unes.  Sedangkan Dea menghampiri Dinda yang sedari tadi diam dan bergulat dengan pikirannya sendiri. Karena ia terlalu takut.
"Din,  kamu gimana sih?  Tadi padahal Unes udah mau dengerin penjelasan kamu loh.  Kamu kenapa?  Ada apa sama kamu? ".tanya Dea yang sedari tadi pun geram pada Dinda. "Aku takut de". Hanya kata itu yang keluar dari mulut nya.  Alasan yang tak logis menurut Dea.  " kamu takut apa Din? ". Tanya Dea lagi dengan penuh kesabaran. "Aku takut kalau Unes ngga bisa terima penjelasan aku nanti de". Jelas Dinda.
"Oh ya ampun...  Kamu nih ya, haduh Dinda...  Ihhhhh gemes aku sama kamu nih.  Gini ya din, kalau Unes ngga mau nerima penjelasan kamu setelah kamu jelasin nanti itu gak masalah.  Itu urusan waktu din, sekarang tugas kamu tuh cuma jelasin!  Jelasin! Jelasin semua kesalahpahaman diantara kalian din...  Kamu nggak mau kan kalau persahabatan kita selesai hanya sampai sini aja? ". Ucap Dea panjang lebar.
"Huhhhh iya de, maaf ya aku udah kecewain kalian sama sikap aku yang kurang dewasa? ". Kata Dinda sedih.
"Iya din,  gak apa-apa kok.  Aku paham. Ya udah sekarang kamu susul Unes ya jelasin ke dia... ".belum selesai ucapan Dea terdengar bel sekolah berbunyi yang menandakan jam istirahat telah habis.  Da. Mereka harus segera kembali ke kelas. " hah,  ya sudahlah nanti saja istirahat berikutnya kamu jelasin ke dia ya din? Aku berharap banget sama kamu, untuk memperbaiki keretakkan yang sudah kamu ciptakan". Ucap Dea pasrah dan penuh harap kepada Dinda. " baiklah de,  aku akan berusaha buat mengembalikan semuanya seperti semula". Ucap Dinda diiringi senyuman.  Dea membalasnya juga dengan senyuman.  Mereka pun segera beranjak ke kelas.  Jika terlambat sudah pasti mereka akan dihukum.  Walau sudah tak ada jam pelajaran. Tapi bagi pihak sekolah peraturan tetaplah peraturan.

Antologi Cerpen - Orang TerkasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang