Tentang Aku dan Kerinduan Untuk Umi

64 1 0
                                    

Gerimis masih saja turun pagi ini. Hawa dingin pun menyeruak ke dalam kamar seorang gadis dengan balutan gamis warna cream dipadukan dengan khimar senada. Manik matanya menatap sendu ke arah ujung jalan yang tadi malam terguyur hujan

Dia adalah Hasna Alma Humaira. Gadis usia 20 tahun itu sekarang menjadi sosok pendiam dan irit bicara. Ia masih saja fokus menatap ujung jalan yang mempunyai banyak kenangan itu. Pikiranya kembali ke masa lalu, di mana ia kehilangan sosok yang sangat Hasna cintai

Flashback on

Sore itu gerimis mengguyur kota Bandung, hawa dingin yang dibawa membuat gadis berusia 13 tahun itu mengeratkan sweater yang dipakainya. Setelah bangun tidur tadi, Hasna ingin membuat coklat panas yang akan menemani belajarnya sore ini. Hasna turun ke bawah dan menemukan Ummi-nya yang berpakaian rapi mengenakan gamis berwarna mocca dengan khimar yang senada. Terlihat Umminya sedang sibuk memasukkan mukena, buku catatan, dan beberapa kue-kue kering di dalam toples kecil. Hasna menatap bingung ke arah Umminya yang berpakaian rapi

"Eh Ummi, Ummi mau kemana? Kok sudah rapi?"

"Oh Hasna, sudah bangun sayang. Iya Ummi ini mau ke rumah Budhe Mirna, soalnya nanti malam ada pengajian"

"Ooo gitu ya Ummi, yaudah Ummi hati-hati ya"

"Iya sayang"

...

"Tunggu Ummi!"

"Apasih sayang bikin kaget Ummi saja" Umminya sedikit tersentak

"Ehehe, iya maaf Ummi. Eh iya afwan, Ummi kesana naik motor atau mobil?"

"Naik motor sayang, oh iya. Pesen Ummi nanti Abi suruh minum obatnya ya sebelum tidur. Terus kamu rajin-rajin belajar ya tingkatin nilainya, terus jangan tidur kemaleman ya"

"Ummi, kenapa Ummi berkata seperti itu? Ummi temenin Hasna belajar malam ini ya"

"Iya, jika Allah mengizinkan ya, yasudah Ummi berangkat. Assalamualaikum Hasna"

"Waalaikumussalam Ummi"

Setelah Ummi berangkat, perasaanku tidak enak, entah karena apa. Aku berulang kali beristighfar dan mengabaikan perasaan aneh yang hinggap menakutiku

Aku berjalan ke arah dapur dan membuat coklat panas kesukaanku, ketika lewat ruang tamu terdengar suara tubrukan benda keras yang membuatku kaget

Ciiittt.... Braakkkk

Tanganku gemetar hebat.Gelas coklat panasku jatuh. Reflek aku keluar dari rumah dan berteriak melihat kejadian di ujung jalan itu

"Ummiiiiiiiiiiiii"

Segera aku berlari tanpa memerdulikan teriakan Abi yang menyuruhku berhenti. Yang terpenting hanya satu nama yang terpikirkan

Ummi

Hujan semakin deras. Kulihat Ummi kesayanganku itu tergeletak bersimbah darah di tengah jalan. Tak peduli bila aku nantinya akan jatuh sakit. Ku rengkuh tubuh Ummi, dan berusaha memebuat Ummiku bangun. Aku sempat ingat ketika aku merengkuhnya, beliau berkata

"U-Ummi sayang Ha-Hasna, U-Ummi pergi ya"

"A-Ashadu A-Alla Illaha Illallah... Wa-ashadu A-Anna Muhammadar Ra-sulullah"

"Ummmiiiii, Ummi nggak boleh pergi! Siapa yang menemani Hasna belajar malam ini Ummi..." ucapku sambil tertunduk sedih

Aku tidak bisa lagi menyembunyikan air mata. Aku mengeratkan pelukanku pada Ummi sambil menggoncang tubuhnya. Berharap Ummi membuka matanya untukku. Namun takdir berkata lain, beliau telah tiada untuk selamanya. Tak lama pandanganku pum menjadi buram dan...

Antologi Cerpen - Orang TerkasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang