CHAPTER 7

1.3K 193 4
                                    

Dont forget to vote and comment

Seungwan dan Jongin tengah duduk di hamparan rumput sembari memakan makanan yang mereka beli di kantin barusan. Jongin memandangi sekelilingnya yang terlihat sepi, ia lalu mengalihkan pandangannya pada Seungwan yang hanya diam menikmati makanannya tanpa suara sambil memandang lurus kedepan.

Jongin lalu menatap Seungwan cukup lama.

"Loe gak cape harus terus-terusan di benci dan di jauhin orang-orang karena sandiwara loe ini?" Tanya Jongin membuka suara.

Seungwan menoleh, melihat Jongin sebentar lalu memalingkan kembali wajahnya ke arah depan. Seungwan menunduk, membiarkan satu butiran air bening lolos di balik pelupuk matanya yang indah.

"Ini bukan sandiwara Jong, aku memang pantas di jauhin bahkan di benci, dan itu bukan kata orang lagi. Kata-kata Itu bahkan keluar dari seseorang yang ngelahirin aku. Aku bakal jadi sebuah kesialan aja kalo terus-terusan berada di sekitar orang-orang. Bener kan?"

"Terkadang, aku pengen menjalankan aktivitas selayaknya perempuan seumuranku di luar sana... Belanja bareng sahabat-sahabatnya, belajar bareng temen-temennya, dan merasakan apa itu cinta. Tapi di sini, aku sendiri, kemana mana sendiri, kalaupun itu bareng Seulgi, Joohyun, atau Sooyoung, aku bakalan takut. Aku gak mau mereka dalam bahaya, maka dari itu aku lebih baik sendiri. Kalaupun ada yang mendekat, aku akan selalu merasa was-was, aku takut orang-orang sekitar yang aku sayangi celaka cuma gara-gara deket sama aku."

Jongin mendekatkan tubuhnya di samping Seungwan, membiarkan tubuhnya memeluk erat Seungwan.

"Jujur aku sakit hati hiks tiap denger orang-orang jelek-jelekin aku tanpa mereka tau apa aja yang harus aku hadapi selama ini, mereka menghina aku dengan kata-kata yang bikin aku kadang memilih nangis sendirian. Mau gimana lagi Jong? Aku juga cape hidup sendirian terus, kalo aku mau gue bakal lebih milih mati sendirian-"

"Huss, Wan, lo kuat, lo udah bertahan sejauh ini. Lo bisa! gue percaya itu, gue yakin." Potong Jongin.

"Tapi hidupku di dunia ini buat siapa Jong? Ayah udah gak ada, dan penyebabnya karena aku, Ibu memilih tinggalin aku, bahkan membenci aku, dan sebabnya karena aku sendiri. padahal Ibu ada di sekitar sini, dan dia tau kalo aku juga ada di sini, tapi apa kalo kita papasan dia pernah setidaknya memberi senyuman untuk anaknya ini? Enggak kan? Dia Ibu aku Jong, aku butuh semangat paling utama dari Ibu, kalo Ibu aja memilih buat tinggalin aku, sekarang karena siapa aku harus terus-terusan bertahan dibalik penderitaan ini?"

"GUE! Gue mau lo kuat ngejalanin ini semua. Loe gak inget, ada Oma yang sayang banget sama loe. Seulgi, Joohyun, Sooyoung-"

"Kamu gak faham gimana rasanya. Aku gak akan selamanya kuat bertahan di balik sandiwara wajah dingin ini, sifat buruk ini, aku juga gak akan setiap saat kuat mendengar orang-orang menjelek-jelekkan aku ketika lewat. Akan ada saatnya aku capek Jong, saat dimana aku capek mengalami ini semua sendiri. Akan ada saatnya aku merasa ingin menghentikan semuanya, dan mungkin sekarang adalah saatnya."


♦♦♦




"Tante Tiff, ada yang perlu saya omongin." Ucap Jongin pada seorang wanita paruh baya yang dipanggil Tiff olehnya.

"Oh Jongin?! Kamu balik dari Singapore nih? Oleh-olehnya tante mana!" Jawab Wanita tersebut santai.

"Gakusah basa-basi tan, saya kesini cuma buat pastiin sesuatu. Mau sampai kapan Tante Tiffany terus-terusan begini ke Seungwan? Apa tante gak kasihan sama dia yang berjuang sendirian? Apa tante gak kasihan melihat Seungwan yang notabenenya adalah anak tante dibenci dan dijauhi orang-orang?"

Menjauh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang