CHAPTER 1

2K 224 1
                                    

Don't forget to vote and comment.

Seungwan terus melangkah dengan cepat menjauhi kerumunan mahasiswa dan mahasiswi yang berada di sekitarnya, berusaha menghindar agar tidak menyenggol ataupun menyentuh kerumunan manusia itu. Ia bergegas menuju tempat yang saat ini mungkin dapat membuat dirinya tenang.

Yap, taman belakang kampus.
 
Di sana pasti sepi sekali, karena orang-orang telah berkumpul di depan lapangan kosong yang cukup lebar untuk menyaksikan penutupan masa orientasi mahasiswa baru yang akan di meriahkan oleh Bangtan Genks.

Seungwan terus melangkahkan kakinya cepat, tanpa perduli tatapan sinis orang orang yang menyapanya namun tak ia tanggapi. Ia tau, orang-orang itu sengaja menyapanya untuk melihat reaksi yang di berikan Seungwan pada mereka yang selalu berakhir dengan Seungwan yang membuang muka lalu dibicarakan atau lebih tepatnya digosipkan mungkin?

Ia sudah terbiasa akan hal itu, menjadi bahan perbincangan orang lain di belakang Seungwan sendiri. Hahaha, begitu munafiknya orang-orang ini, menyapa Seungwan dengan ramah lalu menjadikannya bahan gosip karena reaksi yang Seungwan berikan.

Seungwan mundur satu langkah dari tempatnya berdiri. Ia segera menghindari juga menjauhi para anggota Bangtan Genks yang kini tengah tersenyum ramah dari arah berlawanan diikuti fans mereka yang berada di belakang.

Seungwan menjauh, membuang muka dan memberi tatapan sinisnya. Untungnya tempat ini sudah agak sepi, jadi tidak ada orang yang melihat hal tersebut dan menjadikannya bahan gunjingan lagi.

Satu poin keberuntungan untuk Seungwan karna merupakan cucu dari donatur terbesar untuk kampusnya ini. Jadi, tidak ada yang berani membully Seungwan karena sikap buruknya itu. Karena jika ada yang berani menyentuhnya secara kasar dan di sengaja, maka orang itu akan hilang.

Maksudnya di drop out dari kampus ternama ini. Oh, jangan tanyakan bagaimana Seungwan bisa masuk kampus ini. Bukan karna bantuan Oma nya yang merupakan donatur kampus terbesar. Melainkan, melalui jalur beasiswa karna nilainya yang diatas rata-rata.

Jika saja Seungwan tidak mempunyai sifat yang buruk seperti sekarang ini, Ia yakin ia juga akan termasuk wanita idaman di kampusnya ini. Dengan wajahnya yang kebule-bulean, tubuhnya yang putih mulus, kecerdasannya yang tinggi, bonus ia seorang cucu dari donatur terbesar kampus ini.

                  

♦♦♦

  

Semua anggota Bangtan Genk tengah berkumpul di kantin merayakan kesuksesan penampilan mereka yang baru selesai sebagai penutup masa orientasi mahasiswa baru.

"Eh itu bukannya cewek yang tadi sombong banget itu ya?" - Seokjin

Sontak saja semua anggota Bangtan Genks mengikuti arah mata Seokjin.

"Oh si Seungwan." -Namjoon

"Lo kenal Joon?" -Yoongi

"Iyalah, gue sama Hoseok Seangkatan, sejurusan juga pula sama tu cewek." -Namjoon

"Haters bangtan mungkin ya?" -Jungkook

"Bukan, dia emang gitu sama semua orang. Aneh banget di kelas, gak pernah mau di deketin siapapun. Cewek, cowok, tua, muda. Bahkan gue pernah satu tugas kelompok sama dia. Tapi dia maunya sendiri, karena dia cucu donatur kampus ya di ladenin aja sama dosen. Coba kalo bukan, udah di tendang keluar kali." -Namjoon

"Satu lagi, itu cewek gak mau di senggol atau di sentuh sedikitpun. Kalo lo kesenggol dikit aja, muka judesnya auto keluar, nyeremin banget deh mukanya." -Hoseok

"Bang Yoongi versi cewe tuh." -Jungkook

"Hooh, gue aja heran sama Seulgi dan adek gue Sooyoung. Kok masih mau nemenin cewe judes, dingin, jutek kayagitu ya." -Jimin

"Joohyun juga noh. Masih aja nemenin itu cewek judes, belagu begitu juga." -Taehyung

Sementara para anggota Bangtan yang sibuk menggosipkan Seungwan, ada satu orang yang hanya mendengarkan sekaligus mencerna cerita kawan-kawannya itu, Yoongi.

Jujur saja, dia cukup penasaran pada perempuan itu yang katanya adalah versi perempuan dari dirinya. Namun bila diakui, Yoongi masih mau berbaur dan tersenyum pada orang lain. Berbeda dengan gadis itu, ia hanya berbicara jika marah dan terganggu, jarang tersenyum, dan selalu memasang wajah sinis dan juteknya pada orang lain.

                         

♦♦♦

 

Hari sudah makin sore, jalanan kampus juga sudah mulai sepi. Seungwan tengah menunggu jemputannya di depan halte dekat kampus sambil menulis sesuatu di atas buku tebal berwarna biru diatas pahanya. Di sela kegiatannya itu, ia merasakan ada yang menepuk pundaknya.
 
Ini bahaya, tolong jangan biarkan ini terjadi lagi. Seungwan tersentak kaget dan menyentak tangan yang berada di pundaknya itu. Tangan putih itu berada di genggamannya sekarang. Ia menggenggam tangan itu cukup lama. Merasakan hawa aneh yang merasuki tubuh dan pikirannya. Ia lalu melepas tangan itu dan menatap si empunya tangan.







"Maaf kak, saya ganggu. Cuma mau ta-tanya kamar mandi umum deket sini dimana ya ka-k?" Tanya gadis itu sedikit takut pada Seungwan karena Seungwan yang menatapnya sinis. Seungwan hanya menunjuk tempat di seberang jalan yang cukup gelap itu.  Ketika gadis itu hendak melenggang pergi, Seungwan menahan pergelangan tangannya dengan cukup kuat.

"Jangan kesana!" Sentak Seungwan tiba-tiba.

Gadis itu menatap Seungwan bingung. Apa yang dikatakan perempuan ini? Dia sedang kebelet dan perempuan ini malah menyuruhnya jangan ke kamar mandi?

"Pakai kamar mandi kampus, lebih aman!" Perintah Seungwan pada gadis itu.

Gadis itu hanya menggelengkan kepala seraya berkata "Saya kebelet kak, kalo kamar mandi kampus jauh lagi. Kalo gitu saya permisi." Pamit gadis itu pada Seungwan, Seungwan hanya memandang gadis itu dengan tatapan datar tanpa ekspresinya. Membiarkan punggung gadis itu lenyap dari pandangannya karna gadis itu yang perlahan menjauh.


♦♦♦



🔜 CHAPTER 2
Don't forget to vote and comment

Menjauh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang