CHAPTER 2

1.4K 215 5
                                    

Don't forget to vote and comment

Baiklah, Seungwan bangkit dari tempatnya duduk. Membawa serta tas miliknya juga buku biru yang ia pegang sejak tadi, Ia menyeberang jalan mengikuti gadis yang baru saja bertanya padanya itu.

Gadis itu merasa di ikuti lalu berbalik. Mendapati seorang perempuan tengah menatapnya dengan wajah judes dan dingin, Jujur, gadis itu sedikit takut.

"Kak, Kakak ngapain ngikutin saya ya? Ooh, saya tahu, Kakak  fans nya Kak Jungkook kan? Mau ngelabrak saya juga kan? Ngaku deh Kak." Ucap gadis itu pada Seungwan.

Seungwan bingung, wajahnya seketika mengernyit. Fans? Jungkook? Melabrak? Sungguh tidak masuk akal.

Tanpa banyak tanya, Seungwan lalu menarik gadis itu, membawanya ke dalam kamar mandi. Gadis itu meronta meminta di lepaskan.

Begitu masuk, Gadis itu terkejut, menyadari ada tiga laki-laki bertampang preman tengah duduk-duduk di depan toilet umum wanita ini.

"Cepetan kalau loe kebelet, gue jagain dari luar." Ucap Seungwan pada gadis itu. Gadis itu mengangguk lalu memasuki kamar mandi, Ia mendengar sedikit percakapan antara Seungwan dan preman itu dibalik bilik kamar mandi.

"Loe kalo mau nongkrong jangan depan toilet ini bisa gak? Loe gak liat ini toilet wanita? Atau loe followersnya Lucinta Luna?" Ucap Seungwan tegas, dingin, dan terdengar menyeramkan pada beberapa preman itu, preman itu tertawa.

Bukankah lucu? Seorang perempuan mengancam 3 preman sekaligus. Bisa di bayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya? Preman itu mulai lancang menarik tas yang tersampir di bahu Seungwan, Seungwan segera menepis lengan agak kekar itu dan memutarnya. Namun, ia lengah, preman itu mendorong dan menghantam tubuh Seungwan ke dinding lalu mencengkeram kuat lengan Seungwan hingga membiru, Seungwan meringis. Ia lalu menendang perut preman itu,  melemparkan kursi plastik yang tadi di duduki oleh ketiga preman itu lalu mengancam akan menelepon polisi. Membuat para preman itu memasang raut menantang namun beranjak pergi.

Dari bilik kamar mandi gadis tadi tersenyum lega.

Para preman itu telah pergi begitu mendengar ancaman Seungwan,  Seungwan lalu duduk kembali di depan bilik memasang headsetnya tenang, walau keadaannya yang terlihat cukup berantakan.

"Loe bisa keluar, udah aman." Ucap Seungwan pada gadis di balik bilik kamar mandi gelap ini.

Gadis itu keluar, menunduk lalu menatap memar di tangan Seungwan.

"Ma-makasih kak, udah jagain saya. Maaf saya tadi sempet salah sangka." Ucap gadis itu tengah menahan tangis karena kebodohannya berburuk sangka atas kebaikan seniornya itu.

"Sa-saya gak tau kalo gak ada kakak tadi bakalan gimana, sekali lagi makasih kak."

Gadis itu hendak meraih tangan Seungwan yang membiru, namun sayangnya Seungwan segera menghindar dan menjauhi tangannya.

"Gue gak suka dipegang-pegang." Ucap Seungwan pada gadis itu. Gadis itu pun hanya bisa tersenyum maklum.



♦♦♦

                           


"Yerim mana sih?! Bilangnya tunggu di halte ini! Udah setengah jam loh gue disini. Dia gak keliatan lagi." Ujar Yoongi. Khawatir adik semata wayangnya itu kenapa-napa.

Tidak lama, matanya tertuju pada seorang wanita yang menyeberang jalan diikuti adiknya yang ia tunggu-tunggu sejak tadi. Adiknya, Yerim tengah mengejar wanita itu. Namun wanita itu tetap berjalan tanpa memperdulikan Yerim yang terlihat mengejarnya. Min Yoongi berpapasan dengan wanita itu, Son Seungwan. Yoongi memberikan tatapan sinis kepada gadis itu.

Sayangnya, Seungwan membalas tatapannya tak kalah sinis. Membuatnya harus membuang muka merasa tersaingi.

Ia melihat Yerim lalu mengajaknya pulang, Yerim hanya mengangguk mengiyakan ajakannya. Di perjalanan pulang, Yerim menceritakan apa yang sudah di alaminya barusan. Sungguh, ia menyesal menuduh Seungwan yang bukan-bukan tadi.

"Kak Yoongi tau gak, tadi tangannya Kak Seungwan itu biru banget tau. Bayangin aja tangan kakak diputer sama preman. Pasti sakit banget, apalagi kakak itu perempuan." Ucap Yerim dengan nada imutnya.

Jujur, Yoongi tak menyangka dibalik Seungwan yang penuh misteri itu, Ia masih mau membantu orang lain yang tengah dalam bahaya. Lamunan Yoongi terbuyar karna suara Yerim yang memanggilnya.

"Kak, balikin ini ke kak Seungwan yaa?! Ketinggalan tadi, hehehe." Ucap Yerim sembari memberi sebuah buku note berwarna biru muda.

Yoongi mengambilnya, lalu menatap buku itu lekat. Sepertinya ini Kesempatan bagus untuk berterima kasih pada Seungwan.

                          


♦♦♦


  
Yoongi berjalan ke arah perpustakaan dengan membawa sebuah buku note berwarna biru muda di tangan. Ia berniat menemui Seungwan untuk berterima kasih. Senyum Yoongi yang tipis itu muncul melihat penampakan Seungwan tengah duduk sendiri di pojok perpustakaan yang sepi sedang membaca buku.

Seungwan terkejut mendapati Yoongi berada di depannya. Ia menjauhkan kursi yang kosong di sebelahnya itu dan dengan cepat mengambil buku miliknya yang tadi telah di sodorkan oleh Yoongi.

Yoongi duduk di sebelahnya namun dengan cepat Seungwan pindah ke kursi sebelahnya yang masih kosong, sayangnya Yoongi lagi-lagi duduk di sampingnya. Ia bergeser lagi, namun Yoongi tetap mengikutinya. Ia berhenti, menatap sinis mata yoongi dibalik kacamata minusnya itu.

"Gak mempan lo pelototin gue sekalipun, gue bukan Namjoon atau Hoseok yang kalo loe pelototin langsung ciut." Ucap Yoongi santai, Seungwan segera menjauhkan tangannya ketika tangan Yoongi tidak sengaja hendak menyentuhnya.

"Kenapa sih loe? Alergi loe sama kulit manusia? Di sentuh dikit aja gak mau, belagu banget sih jadi orang. Gue cuma mau temenan juga." Ujar Yoongi agak kasar. Seungwan yang mendengarnya agaknya sedikit tersindir. Lantas Seungwan menoleh menatap mata Yoongi. Raut wajahnya terlihat sinis. Namun, Bagi orang yang mengerti, raut wajah Seungwan terlihat seperti memancarkan kesedihan yang terpendam.















"Gue mohon, jangan dekat-dekat gue, jauhin gue kalau loe gak mau kena sial."


♦♦♦



🔜 CHAPTER 3

Don't forget to vote and comment.

Menjauh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang