CHAPTER 15

1K 132 3
                                    

Dont forget to vote and comment

Namjoon tahu, sedari tadi duduk di samping Yoongi, pandangan Yoongi terlihat tidak fokus seperti sedang mencari sesuatu, atau lebih tepatnya seseorang. Dan Namjoon juga tahu, bahwa orang yang telah membuat Yoongi terlihat gelisah adalah Seungwan.

Harusnya, gadis itu berada di dalam bis yang sama dengan mereka, Bangtan Boys, Seulgi, Sooyoung, Joohyun, serta Jongin dan kekasih barunya, Krystal. Harusnya saat ini Seungwan berada di antara mereka, bernyanyi dan tertawa bersama.

"Semuanya sudah siap? Gak ada yang ketinggalan?" Tanya Tiffany selaku panitia yang memantau kegiatan camp tersebut.

"Maaf bu."

"Iya, Yoongi?"

"Teman saya Seungwan belum ada disini, Bu." Ujar Yoongi yang diiyakan oleh kawan-kawan Seungwan yang lain.

"Sudah punya teman rupanya. Gak usah perdulikan dia, urusin diri kamu sendiri aja. Pak, ayo langsung jalan!" Ujar Tiffany sedikit ketus, membuat semuanya yang berada di sana terheran karena perubahan mood dosen mereka yang awalnya begitu ceria tiba-tiba menunjukkan ekspresi tidak suka kecuali Jongin, Seulgi, Joohyun dan Sooyoung yang mengetahui alasan dibalik sikap Tiffany.

"Tapi bu-"

Yoongi yang tadinya ingin membantah, terpaksa mengurungkan niat karena Jongin yang kebetulan duduk di kursi samping menahan niatannya.

"Tadi Seungwan chat gue, dia bilang pergi dianter sopirnya, Yoon." Ujar Jongin memberitahu. Bukannya lega, Yoongi malah merasa gelisah entah karena apa.

Sudah hampir separuh perjalanan mereka tempuh, Namjoon yang duduk di dekat jendela begitu speechless ketika mendapati sebuah mobil menyalip bis mereka dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Gila, mobil depan laju nya gak kira-kira. Gak takut mati apa, ya." Ujar Namjoon terdengar oleh Yoongi yang duduk di sampingnya.

Benar apa yang dikatakan Namjoon, mobil tersebut berkendara begitu laju. Bahkan dengan nekatnya menyalip bis mereka. Walaupun jalanan tidak terlalu ramai, tetap saja berbahaya untuk berkendara laju karena adanya jurang di pinggir jalan itu.

Tidak lama kemudian, sopir bis tiba-tiba menghentikan bis mereka dan mengangkat telepon miliknya yang sedari tadi berdering nyaring.

Setelah mengangkat telepon miliknya, sang sopir mendadak gemetar. Tiffany yang duduk tepat di belakang sopir memberanikan diri bertanya perihal keadaan si sopir, takut-takut jika si sopir tiba-tiba sakit.

"Pak, bapak kenapa? Gak enak badan?" Tanya Tiffany.

Sopir bis masih menggeleng seperti sedang shock, suasana bis yang tadinya cukup riuh mendadak hening karena rasa penasaran.

"Ta-tadi istri saya te-lepon, menanyakan keadaan saya. Beberapa meter di depan bis kita, terjadi kecelakaan antara truck pengangkut kayu dan sebuah mobil." Jelas sang sopir yang masih shock.

Duarr

Semua yang berada di dalam bis mendadak tegang mendengar sebuah ledakan begitu nyaring yang berasal dari arah depan.

"Saya diberitahu kalau truck kayu itu rem nya blong. Seandainya mobil tadi tidak menyalip bis ini... Kecelakaan itu akan terjadi dengan bis ini, Bu. Jadi kita semua harus banyak-banyak bersyukur karena kita semua terhindar dari maut." Jelas Sang sopir.

Semua yang mendengar penjelasan si sopir juga merasa sedikit shock.

"Walaupun gila, seenggaknya gue berterima kasih sama yang bawa mobil itu. Kalo enggak, bisa mati muda gue, Yoon." Ucap Namjoon pada Yoongi.

Jantung Yoongi bergemuruh begitu cepat. Entah karena shock atau karena hal lain.

"Seulgi, Joohyun, Sooyoung!"

Semua terkejut ketika Jongin tiba-tiba berdiri dan memanggil ketiga temannya dengan lantang. Bahkan, aksinya tak luput dari pandangan terkejut Tiffany dan sang sopir bis yang masih dalam keadaan shock.

Ketiga temannya itu lalu menghampiri Jongin yang entah kenapa tiba-tiba terjongkok dan meremas rambutnya kasar, menyembunyikan isakannya. Yoongi yang duduk di kursi samping Jongin menatap lelaki itu penuh tanda tanya dan segera beranjak untuk sekedar menepuk punggung Jongin, memberi ketenangan.

Min Yoongi terbelalak kaget begitu mendengar Jongin bersuara pelan yang hanya bisa terdengar olehnya.







"Seungwan, udah gak ada."


Tangannya yang tadinya menepuk punggung Jongin terhenti. Kepalanya menggeleng tidak mempercayai ucapan Jongin barusan. Matanya beradu pandang pada ketiga gadis di depannya yang masih mempertahankan raut bingung di wajah mereka.





"Seungwan... Udah gak ada."



Tiffany yang sedari tadi menyaksikan mereka mendadak bisu ketika mendengar ungkapan Yoongi barusan. Ia menoleh begitu Jongin dan Yoongi berada di sampingnya.

"Terserah Ibu mau perduli atau enggak, setidaknya ibu berterima kasih pada anak yang gak pernah Ibu anggap. Yang harus Ibu tau, putri yang Ibu katakan pembawa sial, pembawa bencana dan semacamnya adalah orang yang merelakan nyawanya sendiri demi menyelamatkan nyawa tante dan banyak orang disini!"

Lagi, Yoongi kembali terkejut untuk kesekian kalinya mengetahui fakta bahwa Tiffany adalah Ibu kandung Seungwan. Inikah sebabnya Seungwan begitu keras kepala untuk mengandalkan kemampuannya? Bukan hanya untuk menyelamatkan nyawanya saja, melainkan untuk menyelamatkan semua orang yang di sayanginya.

Seungwan bukanlah pembawa bencana atau pencelaka, his an angel. Dia rela dibenci, dia rela jika orang-orang berpendapat buruk tentangnya, agar mereka semua menjauh darinya. Seungwan rela menjauh dari orang-orang karena kemampuan yang dimilikinya. Awalnya memang sulit dipercaya, jika dia memiliki kemampuan untuk melihat bahaya seseorang hanya dengan berkontak fisik. Tapi memang begitu kenyataannya, Seungwan bahkan rela menyakiti dirinya sendiri supaya terhindar dari kemampuannya melihat kejadian buruk yang menimpa orang lain, terutama sahabat dan orang-orang yang disayanginya. Ia tidak ingin melihat orang-orang yang disayanginya terluka walau harus mengorbankan dirinya. Itulah sebenarnya alasan Seungwan, menjauh.




- END -

EXTRA 1

Sorry to sad ending guyss:')

Menjauh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang