Part 2

55.6K 2.4K 23
                                    

Menemukan TYPO? KOMEN DI inline, ya😄

Happy reading😊

***

Edward menggendong Maximilian sambil menggoyang-goyangkannya dengan semangat. Anak itu tertawa bahagia sambil bertepuk tangan, lalu Edward merasakannya—rasa basah yang hangat terasa di perutnya mengalir turun ke bawah kakinya, seketika dia terdiam, lalu menunduk menatap Maximilian yang memandanginya dengan polos sebelum cengengesan memamerkan giginya.

 Anak itu tertawa bahagia sambil bertepuk tangan, lalu Edward merasakannya—rasa basah yang hangat terasa di perutnya mengalir turun ke bawah kakinya, seketika dia terdiam, lalu menunduk menatap Maximilian yang memandanginya dengan polos sebelum ce...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau!"

"Ada apa, Edward?" Sophia muncul bersama Charles. Pria itu melingkarkan lengannya di pinggang ramping Sophia dengan mesra.

"Putra kalian yang nakal kembali mengompol."

"Astaga, Max," tegur Sophia, mata hijaunya menatap Maximilian penuh peringatan, bibir anak itu mencebik dengan mata hijau yang serupa dengannya mulai berkaca-kaca.

Maximilian menangis keras. Sophia terenyuh. Dia mendekat mengambil Maximilian dari gendongan Edward. "Sudah, jangan menangis. Mommy tidak marah. Lain kali, beritahu Uncle Edward jika Max mau buang air kecil, paham?"

Maximilian mengangguk-angguk seakan mengerti apa yang dikatakan ibunya.

"Mommy akan memandikanmu anak nakal." Sophia tersenyum lembut, jemarinya yang lentik mencubit pipi tembam Maximilian. Anaknya tertawa geli, mengalungkan tangan mungilnya di lehernya dengan manja, lalu tanpa dilihat siapa pun Maximilian menjulurkan lidahnya ke arah Edward.

Edward tercengang, matanya terbelalak. Jadi, Maximilian memang sengaja! Tentu saja sengaja. Dia tidak lupa bagaimana dulu saat dia menggendong Maximilian yang masih bayi. Anak itu selalu mengusap ingusnya di jasnya, menjilat dasinya, memukul wajahnya, dan mengompol. Dasar setan kecil, rutuk batin Edward kesal.

"Kau pulang saja. Aku pikir kedatanganmu bisa sedikit berguna—kau bisa menjaga Maximilian sementara aku dan Sophia menghabiskan hari Minggu kami berdua di dalam kamar, tanpa ada Maximilian di antara kami. Yang terjadi di luar harapan, ternyata kau malah semakin merepotkanku. Kau membuat Sophia sibuk mengurus Maximilian, dibandingkan mengurus diriku." Charles mengomel, dia menatap Edward kesal.

Edward menahan tawanya melihat Charles yang mengomel seperti anak kecil yang tidak dituruti keinginannya. Charles yang ada di hadapannya ini sangat berbeda dari yang Edward kenal dulu. Pernikahan, cinta, dan kehadiran setan kecil itu telah mengembalikan jati diri Charles yang sebenarnya.

"Tunggu sebentar, aku merepotkanmu?" Tanya Edward menunjuk dirinya sendiri dengan kesal. Charles hanya melirinya sekilas dengan tak acuh. "Yang ada aku yang merasa direpotkan! Kau lihat ini, cium bau ini." Setan kecil itu mengompol di bajuku, padahal baru kemarin aku membelinya.

"Kau memanggil anakku setan kecil!" Teriak Charles marah.

"Maaf, maaf. Aku hanya bercanda." Edward cengegesan, lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia membuat wajahnya seakan-akan sangat sedih dan menderita. "Charles, bisakah kau meminjamkan aku kamar mandi dan baju?"

Charles mendengus. "Ikut aku, dasar menyusahkan."

***

Sophia menatap Alicia kaget. Mata hijaunya terbelalak seakan tidak percaya dengan apa yang dia baru saja dengar.

"Kau serius mau berhenti bekerja? Ada apa, Alicia? Apakah kau merasa gajimu kurang, atau pekerjaan terlalu banyak?"

"Tidak, Nyonya. Gaji yang diberikan Tuan sudah lebih dari cukup, bahkan pekerjaan saya tidak berat, ada banyak pelayan di sini."

"Lalu apa? Kau butuh liburan? Aku baru saja mau mendiskusikannya dengan Charles."

"Bukan!" Alicia menggeleng kuat, lalu menyadari dia baru saja menaikan nada bicaranya. "Maafkan saya—maksud saya adalah ingin berhenti, karena saya merasa ingin mencari pengalaman lain. Saya sudah memikirkan masa depan dan saya rasa sudah waktunya saya keluar dari zona nyaman saya." Suaranya terdengar lirih. Dia mendunduk, meremas jari-jari tangannya. Telapak tangannya berkeringat. Dia tersenyum kecut, seakan dia baru saja melakukan kesalahan fatal.

"Ada apa ini?" Charles bertanya, dia baru saja turun, di belakangnya ada Edward yang sudah berganti baju dengan rambut basah dan wajah yang segar memakai kaos putih Charles yang tipis menampilkan kedelapan otot perutnya.

"Aku dan Alicia sedikit berdebat."

"Hmm, berdebat tentang apa?" Charles mendekat dan menarik pinggang ramping Sophia, setengah memeluknya. "Di mana Maximilian?" Bisiknya di telinga Sophia.

"Max tidur siang. Anak itu tertidur lelap, setelah aku memandikannya. Melupakan kekacauan yang dia buat," canda Sophia dalam tawanya.

"Aku senang mendengarnya. Jadi, kita bisa berduaan di kamar dan—"

Edward berdehem keras dengan sengaja, membuat pipi Sophia merona.

"Tidak bisakah kau pergi?" Tanya Charles sinis.

"Tentu, aku baru mau berpamitan, tetapi kalian bermesraan seakan tidak ada hari esok."

Sophia merasakan pipinya semakin merah, dia menyikut Charles dengan kesal.

"Edward, maaf, karena Max kau harus berganti baju. Nanti bajumu akan aku cuci dan akan segera aku kirim." Sophia menatap Edward dengan tidak enak. Edward menatap Sophia beberapa saat dengan lekat, kemudian tertawa.

"Tidak masalah. Itu bukan pertama kalinya. Aku rasa Maximilian sangat menyukaiku sampai terus menjahiliku."

"Menyukaimu? Yang ada putraku membencimu dan aku bangga padanya," decih Charles tersenyum sombong.

"Terserah kau saja, tetapi putra yang kau banggakan itu lebih membencimu. Dia tidak mau membiarkanmu bahagia dengan Sophia. Aku bisa menebak kau dan Sophia sudah jarang bermesaraan lagi, bukan?"

Charles gelagapan, wajahnya sedikit merona. Tepat sasaran, sudah lama sekali sejak dia dan Sophia bisa bermesraan.

"Edward, itu semua tidak benar. Waktuku dan Charles mungkin tidak intens seperti dulu, tetapi percayalah saat kau memiliki anak nanti—tidak ada yang lebih membahagiakan dari menghabiskan waktu bersama buah hatimu."

Charles mengangguk, menyetujui perkataan Sophia, karena dia pun merasakannya. Dia senang anaknya tumbuh bahagia, tidak seperti dirinya dan Sophia. Mereka sudah berjanji akan memenuhi apa pun keinginan Maximilian, selagi dia bisa—selama itu baik, tidak melebihi batas, dan bisa membuat putra mereka bahagia, kenapa tidak?

Edward tersenyum—ada sinar misterius di sana. Charles dan Sophia tidak tahu, Edward tidak akan bisa seperti mereka.

"Kalau begitu, aku pulang. Sampai jumpa, Sophia, dan salam untuk si kecil yang nakal." Edward mengangguk ke arah Charles, lalu tersenyum manis kepada Sophia.

***

Baca cerita Charles & Sophia judulnya The Dark Life. Edward & Alicia jadi cameo di sana😄😆

<TBC>

Ig: @dessychandra3103

28 Juli 2018

Into a Dangerous CEO [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang