Part 5

54.1K 2.4K 39
                                    

MENEMUKAN TYPO? KOMEN DI INLINE, YA😉😉😉

Happy reading😊

***

Mereka terdiam. Sang tuan tidak berhenti menyeringgai dan Alicia hanya bisa menunduk sambil mecengkeram nampan.

"Jadi, kau sudah melihatku. Sekarang aku mau kau menuangkan wine itu."

"Tuan Edward, apa maksud semua ini?" Alicia mendonggak, menatap Edward dengan berani.

"Menurutmu, kau pantas mengetahuinya? Dengar, kau hanya pelayanku. Tugasmu melayaniku, mematuhi semua yang aku perintahkanㅡtanpa bantahan."

"Saya memang pelayan, tetapi Tuan tidak berhak merendahkan saya. Apalagi meneror dan mengancam saya!"

"Kau tidak berhak meninggikan suaramu! Kau mau aku menghabisiㅡ"

"Cukup! Saya akan melakukan semua yang Tuan inginkan, jangan pernah menyentuhnya. Saya sudah di sini," lirih Alicia bergetar menahan segala emosi yang memuncak di dadanya.

Edward mengambil gelas dari nampan, mengubah sandaran sofa menjadi turun, membuat tubuhnya setengah berbaring.

"Bagus, sekarang membungkuklah dan tuang wine itu ke atas gelas."

Apa? Membungkuk? Dengan pakaian seperti ini? Jika dia membungkuk garis payudaranya akan terlihat dan roknya akan terangkat memperlihatkanㅡ

"Tunggu apalagi? Cepat, Alicia. Aku tidak suka menunggu."

"Biskah Tuan memberikan gelasnya kepada saya? Biar sayaㅡ"

"Wah, kau siapa sampai berani mengaturku? Mengatur seorang Edward Wellington?" Edward mendesis marah. Api di matanya menyala. Alicia buru-buru menunduk, menuang red wine ke dalam gelas. Alicia bersyukur rambut panjangnya menutupi bagian payudaranya.

Edward mengernyit, merasa terganggu dengan rambut Alicia. "Apakah Barbara tidak memberitahumu untuk mengikat rambut?"

Barbara?

"Siapa Barbara?" tanya Alicia takut.

"Barbara Steele, Kepala Pelayan."

"Tidak, Mrs. Steele hanya memberiku seragam dan menyuruhku ke sini."

"Turunlah ke bawa, ambil gelas wine khusus milikku, aku ingin saat kau kembali rambutmu sudah terikat." Edward mengibaskan tangannya angkuh. Alicia menunduk, lalu melangkah keluar dengan terburu-buru.

***

Alicia menggerutu dalam hatinya. Untuk apa Edward menyuruhnya mengambil gelas? Rambut saja dipermasalahkan. Dia sadar telah menjadi bahan perbincangan pelayan-pelayan, tetapi apa pedulinya? Orang lain tidak berhak mengurusi hidupnya. Dia sudah cukup lelah dengan apa yang telah terjadi.

Dia mengambil karet gelang dan mulai mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda. Dia mengambil gelas, lalu melangkah menaiki tangga yang akan membawanya ke neraka yang baru—kamar Edward.

"Ini gelas yang Tuan inginkan." Alicia menunduk sopan, meletakkan gelas di atas meja.

"Tuangkan wine dan duduklah di sebelahku. Malam ini kau akan menemaniku minum."

Alicia tercengang. Minum bersama dan selanjutnya apa?

"Maaf, saya tidak bisa minum."

Edward mengambil botol anggur menuangkannya ke gelas kosong yang dibawa Alicia. "Jangan khawatir ini hanya wine merah, minum beberapa teguk tidak akan membuatmu mabuk." Edward menyesap wine-nya, mata biru kehijauannya menatap Alicia tajam dan menggoda.

Alicia tergagap. Ragu-ragu dia duduk di sudut sofa, mengambil jarak terjauh dari Edward. Dia mengambil gelas, mendekatkan gelas ke bibirnya. Dia ingin membuat gerakan pura-pura seolah-olah minum, tetapi Edward bukanlah orang yang bodoh. Mata Edward yang tajam terus mengawasinya.

"Habiskan, Alicia."

Alicia memejamkan matanya dan dengan cepat meneguk red wine itu sampai habis. Dia langsung terbatuk-batuk merasakan hidungnya yang terasa perih dan rasa manis yang pekat tertinggal dalam tenggorokannya.

Edward mengernyit, lalu menyeringgai puas. "Bukan begitu cara menikmatinya. Kau harus menyesapnya perlahan, merasakan bagaimana rasa manisnya. Kau akan kehilangan sensasi melayang dan memabukkan."

Alicia memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing, pandangannya mengabur. Dia ambruk nyaris jatuh di sofa, jika saja lengan yang kuat itu tidak segera memeluknya.

Edward menyeringgai. Dia berhasil membuat Alicia tertidur. Dia menatap wajah Alicia, kepala Alicia terkulai lemas, ditahan telapak tangannya. Posisi itu membuatnya bisa melihat seluruh wajah Alicia. Dia menggeram merasakan helaian rambut Alicia yang halus menyentuh jari-jarinya, lalu dia menunduk meraih bibir merah alami Alicia yang sedikit terbuka—menggoda, mengecupnya dalam.

Edward tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Terbakar gairah hanya karena melihat bibir merah merekah seperti bunga. Baru kali ini dia menyentuh gadis yang sedang tidak sadar. Lupakan saja! Dirinya hanya sedang terbawa permainannya sendiri. Dia berdiri sambil menggendong Alicia, sekarang saatnya permulaan.

***

Alicia terbangun saat rasa nyeri itu kembali menusuk. Perlahan dia mengerjapkan matanya dan langsung berhadapan dengan lampu operasi yang terang. Cahaya putih itu menusuk retina matanya dengan kejam. Dia mencoba duduk sambil menyipitkan matanya sampai jejak jahitan samar-samar terlihat di pergelangan tangan kirinya.

"Itu pelacak. Kau tidak bisa memotongnya tanpa melukai arteri, kecuali kau siap mati. Setiap dokter yang bekerja padaku, melakukan prosedur implantasi cip. Itulah kenapa tidak ada yang bisa melarikan diri darikuㅡbaik pengawal, pelayan, dan orang-orang yang bekerja di bawah kekuasaanku."

Alicia menoleh dengan wajah pucat. Di dekat pintu Edward berdiri dengan bersedekap. Tatapannya sangat dingin dan tidak tersentuh.

"Kenapa kau memasangnya? Kau iblis! Kau sudah melanggar hak asasi manusia!"

"Aku tidak peduli dengan hak asasi yang kau bicarakan. Kau mau tahu? Aku bukan iblis—aku lebih kejam daripada iblis." Edward mendekati Alicia, mencengkeram dagu mungil itu. Alicia menatap Edward benci, lelaki itu boleh menang. Alicia berada di sini, karena ketidakberdayaannya karena ancaman Edward mengendalikannya.

"Saya tidak akan melarikan diri. Kau tahu pasti apa yang menahanku di sini, seharusnya anda tidak perlu repot membayar mahal dokter hanya untuk memasangkan alat pelacak ini."

"Untuk berjaga-jaga, Alicia. Kau tahu jaminan yang menahanmu saat ini berada antara hidup dan mati, jika dia mati kau akan kabur tanpa berpikir dua kali. Jadi, aku hanya mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi."

Mengetahui bahwa tidak ada yang dapat Alicia lakukan untuk menghentikannya, membuatnya membenci dirinya sendiri. Dia mengalihkan tatapannya dengan pedih. Dia mengepalkan tangannya, marah dengan apa yang menimpahnya. Ternyata Edward sangat kejam. Dia tidak pernah tahu di balik sikap hangat dan tawa yang dia lihat menyimpan kekejaman, tanpa belas kasih, melindas orang-orang lemah sepertinya. Sebenarnya apa salahnya? Dia selalu bertanya-tanya, dia tidak pernah bertemu Edward sebelumnya, dia hanya melihat sekilas saat Edward datang ke mansion Tuan Charles.

"Mandi dan bersiaplah. Aku menggajimu bukan untuk duduk dan meratapi nasib." Edward bergumam sinis sebelum berbalik pergi.

***

<TBC>

Ternyata Edward lebih kejam dari Charles😣😣😣 poor Alicia😢

12 Agustus 2018

Into a Dangerous CEO [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang